Senin, 20 Juli 2009
Kamis, 18 September 2008
ekstase I(satu)
J u f t a z a n i
Antologi P u i s i
E K S T A S E
I
E K S T A S E
redup senja
azan menari
di batang – batang waktu
memanggili ruhmu
bernyanyi,
sujud pada melodi abadi 1
dinihari “love of my life”
menggeletari kesunyian ruhku
mengangkasa di puncak jiwa
menari-nari
rukuk!
sujud !
semesta bercinta pada alunan
surah al-hasyr:
“yaa ayyuhal-ladziina aamanut
taqullaha waltanzhur nafsummaa
qaddamat lighad!”
cerah pagi
ayat-ayat quran melilit ruhku
seperti sulur-sulur cahaya ‘arsy
melingkari jiwa
segala taufan dan prahara
menyingkir dari semesta 2
suara tuhan “freddy mercury”
melambungkan cinta
dan kebesaran
aku mabuk
ekstase pada keindahanmu.
EKSTASE 1
aku berdiri
di depan altar
bintang bergetar
langit menggelegar
menangkup ruhku
membisik satu lagu 3
keagunganmu meraja
di seluruh semesta yang sujud
berpelukan dengan cahaya
jibril seakan kembali
menyampaikan wahyu
“katakan, dengan karunia dan rahmat allah
sungguh kamu hendaknya gembira
itu lebih baik
dari apa yang kalian kumpul-kumpulkan!” 4
hembusan nafasmu
membasuh jiwaku
angin semilir di celah daunan
nyanyian tuhan erwin gutawa 5
merengkuh ruhku
gelombang musik
membubungku ke langit ‘arsy
aku ekstase
dalam cahayamu.
Ciputat, 18-5-2005
EKSTASE 2
kerinduanku seperti pusaran prahara
pintu-pintu keabadian
api melodi
memabukkan keasyikan ruhku
menari-nari dalam dentingan
piano kematian
bohemian rhapsody 6 menyungkurkanku
pada sajadah abadi
berlinang cinta, airmata
vokal keabadian yang menggetarkan!
penabuh drum kefanaan
menguburkan beribu jasadku
dalam pusara abadi
dihiasi keindahan dan keagunganmu
aku menari-nari di tengah manusia
yang asing
karena mengikuti melodi kefanaan
yang menggetarkan jantung naluri duniawi:
“mama just killed a man
put a gun against his head
pull my trigger now he’s head
mama, life had just begun
but now I’ve gone and thrown
it all the way
mama , ooo
didn’t mean to make you cry
if I’am not back again this time tomorrow
carry on, carry on if nothing
really matters
Ciputat, 2 Mei 2005
EKSTASE 3
tarian mawar
membetot senar-senar kepedihan
mencuatkan nyanyian cinta
kulakoni tarian itu
sepanjang tahun
mabuk!
kepayang keindahanmu
membangkitkan berahi abadi
tarian camar
meliukkan lengking biola jiwa
mencarimu di ketinggian semesta
‘arsymu tak sampai kugapai
aku ekstase
engkau menari-nari
menuangkan secawan anggur
ketika kubangun
kau tak lagi menari bersama
kau sembunyi
kekasih jiwa!
Ciputat, 26 Mei
EKSTASE 4
airmata itulah melodi kesucian
mencakar langitmu
seperti harimau lapar
mencakar setumpuk daging
di dalam kaca
o tangisanku menguraikan tujuh nada abadi
melahirkan orkestra percintaan
drum yang menghentak
seperti jatuhan salju kasihmu
gitar menderai
bagai titik-titik kesabaran
menunggumu dalam penderitaan dan ujian
melodi dan biola ruhku
meliuk-liuk menarikan kerinduan
yang tak tertahankan!
Ciputat, 26 Mei 2005
EKSTASE 5
syekh!
kaulah pemakai jubah ekstase abadi
seperti gemuruh alam semesta
yang bernafas tak henti
aku ingin selalu berada
dalam jubahmu
ekstase!
seperti shalawat badar
yang bergetar
dalam ruh
syekh!
bimbinglah aku
di jalan utama
menuju cinta
ketika musik kerinduan
terus bernyanyi dalam jiwamu
aku ingin selalu bersamamu
dalam getar kerinduanmu
akan dia!
Ciputat, 26 Mei 2005
EKSTASE 6
larut jiwaku
seperti sampan
hanyut diterpa angin
dipermainkan arus air
segala prahara
kulewati dengan cinta
renjana-renjana gelombangmu
membuatku mabuk
buih-buih kefanaan bertaburan
di tengah lautan keabadian
camar terbang dan lupa pulang
karena telah menemukan cinta
melenyapkan segala
kaulah kekasih
aku mabuk
seperti pemabuk-pemabuk khamar
tapi aku camar
mabuk anggur abadi
melayang di lautan cahayamu!
Ciputat, 26 Mei 2005
EKSTASE 7
luluh!
wujudku dalam dzatmu
bagai kertas
musnah terbakar
lagu apa lagi
dapat kunyanyikan
“soldier of fortune” 7 tak
menggetarkanku
seperti nyanyian abadimu
yang menguras airmata
rindu yang kekal
hampa!
segala wujud yang tampak
wujudmu abadi
mata ruhku menyaksikanmu
jantungku gemetar
bagai petir
melodi alam semesta
bergetar dalam jiwa!
Ciputat, 26 mei 2005
EKSTASE 8
kuhamparkan sajadah kepasrahanku
lalu kau sembahyang di atasnya
menyembahmu
ah,
kau menyembah dirimu sendiri?
kuhamparkan tikar kepatuhanku
kau duduk
dan berbincang denganmu
aneh,
kau berbincang dengan dirimu sendiri?
kubentangkan sajadah kefanaanku
dirimu sujud dalam keabadiannmu
menyembah dirimu yang abadi
aku musnah
hancur dalam gemuruh keabadianmu!
Ciputat, 27-5-2005
EKSTASE 9
seperti elang
merindukan ketinggian
terbang di angkasamu
yang abadi
abadinya nyanyian cintamu
digubah schubert
klarinet kesabaranku
biola kefakiranku
piano kepedihan ruh
flute kerinduanku
bersatu memujamu
puja dalam ekstase
seperti elang
ekstase diiringi gubahan schubert
melayang!
tuangkan anggurmu, kasih
agar kuterus melayang
musik pun berhenti
aku jatuh dalam gelegak kebadianmu
yang berbinar!
Ciputat, 27-5-2005
EKSTASE 10
daun-daun yang bergetar
dicintai angin
saling berpelukan
di malam dingin
ruhku yang samar
nunggu kehadiranmu
terasa sepi
karena kau tak juga datang
dalam hadirku yang fana
aku terus menunggu
“engkau lebih dekat
dari urat leherku” 8
tapi dimana?
lelah aku menunggumu
kau tak hadir juga
kau menyuruhku berbincang denganmu
di malam sepi
tapi kau tak mendengar sahutanmu
sampai kelopak mataku
banjir tangis kerinduan
saat ekstase
engkau membopongku
dalam mimpi
saat terjaga
kau telah pergi
kekasih
engkau seperti dara
yang kurindukan
tapi terhalang tirai
yang selalu tak mampu
kutembus
kapan kuberhenti menunggumu?
Ciputat, 27-5-2005
EKSTASE 11
ketika kau pisahkan aku
dari wujudmu
dengan tegas tapi lembut
kau bersabda:
“sudah mengerti bukan
aku ini tuhan (sesembahanmu)mu?”9
aku pun ekstase
karena kutahu
kita akan terpisah
begitu jauh
aku pingsan berkali-kali
mengingat perpisahan
yang pasti terjadi
kekasihku!
kekasihku!
lambaian tanganku
disertai derai airmata
saat jibril membawaku
ke arena pengembaraan
yang berat tak bersahabat
di alam semesta!
Ciputat 28-5-2005
EKSTASE 12
ruhku yang lemah
tempias di lautan alam semestamu
bintang-bintang bagai kapal
bayang ruhku
gemetar dipermainkan gelombang
saat kapal-kapal raksasa itu
gemetar dipermainkan
saat mengetahui jibril
menggenggam seutas ruh
membawanya berlari ke bumi
aku memandang heran
menyaksikan semua bintang itu
menangis
melepaskan airmata meteor
dari kelopak matanya yang bersinar
bintang-bintang ekstase
mengingat ruhku
terlepas dari azali
harus mengembara
di bumi!
Ciputat, 28-5 2005
EKSTASE 13
senja
azan berlari
di jalan berliku
kau mengantarku
sujud dari rahim ibu
ke hamparan sajadah itu
tangisku membahana
mendengar suaramu
memanggilku:
“hayya ‘alash shalaah
hayya ‘alal falaah!”
rindu
teringatmu
tapi aku telah kau lepas
ke alam yang lain
diriku terbalut darah
dan lendir
segala kesedihan dan bencana
telah menyingkir
kulihat ibuku
neteskan airmata
kusaksikan
kau tersenyum di ketinggian a’rsymu
meledaklah tangisku
sesaat suara azan
meninggalkan panggung semesta
aku ekstase
baru saja mengenal cintamu
yang besar itu.
Ciputat, 28-5-2005
EKSTASE 14
gelombang cahayamu
menerpa ruhku
sangat dahsyat
aku menangis
menjerit
ingin kembali ke pangkuanmu
tapi ibuku
merengkuh tubuhku
dan menyodorkan teteknya
yang hangat
aku terus menangis
dan menolak sodoran tetek
hangat itu
jika kumampu bicara
aku berkata kepada ibuku:
“bukan itu mauku
cahaya itu
aku ingin kembali!”
ruhku ekstase
dan air susu itu
kureguk dengan nikmatnya!
Ciputat, 28-5 2005
EKSTASE 15
dinihari
aku terbangun
jeritku menggetarkan malam
kulihat cahaya itu
terang bagaikan kubah
menyungkupku
“kekasih
bawalah aku pergi
bawalah aku kembali
ke pangkuanmu!”
malaikat-malaikatmu
sibuk merawat ruhku
yang goncang
akibat trauma perpisahan itu
ibuku merangkul diriku
“tetek itu lagi
tetek itu lagi!” jeritku
tapi ibuku tak mendengar
kecuali jerit tangisku
ayahku tersentak
berlari ke padasan
ia berdiri
mengangkat tangan
berjubah cahaya
bersajadah airmata!
Ciputat 28-5-2005
EKSTASE 16
fana!
segala duka
segala bencana
sirna!
hanya engkau
yang mewujud
dalam ruhku
ekstase
mendengar nyanyian “che sara!” 10
cantikmu
mengalun lembut
dalam jiwa
semua ruh kurasakan ekstase
di lobang-lobang barzakhnya
dan satu ayat cantik
terbantun menerpa malam:
“allahu nuurussamaawaati wal ardh
matsalu nuurihi kamisykaati mishbaahu.
lil ishbaahu zujaajah. Azzujaajatu kaunaha
kaukabun durriyyyu yuuqadu minsyajaratin
mubaaarakatu zaituunatin
laa syarqiyyatin wala gharbiyyatin
yakaadu zaituha yudhii-u
walau lam yamsashu naarun
nuurun ‘alaa nuurin
yahdillahu linuurihi man-yasyaa-u.
wayadhribullahu al-matsala linnaas.
wallahu bikullisyai-in ‘aliim.11
Ciputat 28 Mei 2005
EKSTASE 17
seseorang menarik keabadian ruhku
pada kefanian
ekstase
menyebut nama tuhan
tapi di ujung waktu
seperti tak mengenal sabar
ia sapu awan kemusyrikan
ke langit jiwaku
“astaga,
engkaulah iblis terkutuk itu!” teriakku
ia lari terbirit-birit
sambil memegang obornya
yang telah padam
Ciputat, 28-5-2005
EKSTASE 18
keabadian
santapan orang
yang mengenal cinta
saat malam
laut menerkam pantai
dan pulau karang
ia dengungkan nyanyian kepasrahan
bersama cinta
ia diperjalankan
ke sidrah al-muntaha
di ujung kefanaan
penuh kegelapan
setitik sinar menerpa
ia ekstase
sujud dalam labirin cahaya!
Ciputat, 28-5-2005
EKSTASE 19
pertemukan lagi aku
kekasih
aku tak sabar
menunggu lama
tapi kau belum melepaskan
ujian dan rintangan
bencana dan prahara
masih akan datang
menguatkan akar ruhku
menghunjam kokoh
ke dasar semesta cahayamu
raih lagi aku
dalam pangkuan kasihmu
aku rindu
dengan percintaan
yang telah jadi kenangan
tiada sabar lagi
tapi kau biarkan aku
berdiri di karang ketabahan
sabar tak mengenal batas
kecuali kau
membatasinya!
Ciputat, 28-5-2005
EKSTASE 20
cahaya
bergetar menggelegar jiwa
terpanggang ruhku
hangus
ekstase abadi
laut menari-nari
sepanjang pantai cahaya
aku tertatih mencari
sumbernya
segalanya menipu
cahaya yang kupeluk
iluminasi 145.000 cahaya-cahaya
prahara dan bencana
dunia antara cahaya-cahaya
di dalamnya aku tergelincir
lumut licin
penuh batu
aku muncul lagi
ke permukaan cahaya
bagai serdadu kalah perang
pakaianku penuh sobekan dan lumpur
senjataku kehabisan peluru
di depan terus menghadang
kegelapan dan cahaya
seperti pengembara
yang begitu lelah
tapi perjalanan belum usai
kulihat kekasih menanti
dengan rindu
ingatmu kekasih
sering aku tak sabar
dan ingin lekas sampai
mabuk aku karenamu
sayang
perjalanan sungguh
masih sangat panjang
lumpuh seperti menerkam
seakan tak sanggup
aku meneruskan
pengembaraan ini!
Ciputat, 28-5-2005
EKSTASE 21
pagi
piano kesunyianku berdenting
seperti sebutir air
mengalir di parit kecil namamu
kukenang cintamu
kenang yang tak terucapkan
dingin waktu makin mengeratkan pelukan
seperti sepasang burung pipit
yang terbang
air kerinduanku berlari
mengejar perigi kasihmu
nun di muara
tempat segala cahaya mengalir
lenyap di lautan cahayanmu!
Ciputat, 29-5-2005
EKSTASE 22
aku pahami
arti cinta ini, kasih
seperti memahamimu
tak juga tertuntaskan
seperti senar biola
memahami lagu semesta
bahkan suara biola jadi fals
atau musnah
untuk memahami sebuah opus abadi
pada konserto terbesar
penciptaan alam semesta
sempat juga adam
melagukan nyanyian opera
saat ia dicipta
wajahnya tempias pada lautan cahaya
ekstase
seperti ruhku
tempias pada lautan kasihmu.
Ciputat, 29-5-2005
EKSTASE 23
kubenamkan ruhku
ke dalam lautan kebesaranmu
nafasku megap-megap
menahan tekanan air di lautan itu
ikan dan karang
mengajarkan kepasrahan
padaku
laut dan gelombang
menyanyikan keagungan
sepanjang malam
perahu dan nelayan bernyanyi
menari-nari mengikuti
diorama keagunganmu
ekstase!
mereka pasrahkan kehidupan ini
bagi cinta abadi
laut pun sujud
saat gelombang tertidur
dibelai tangan kasihnya.
Ciputat, 29-5-2005
EKSTASE 24
hidup
malam yang sangat gelap
nyanyian cahaya
mengiringi sendratari
pencarian hamba
akan kekasihnya
dentuman gong, guyuran piano,
siraman klarinet dan melodi
menyambut protes azazil
kepada tuhan
ruh dan malaikat
melolong panjang dalam sujudnya
mendengar pembangkangan abadi
sujud penuh ekstase
tatkala si tua12 berkata dengan
angkuhnya:
“aku lebih baik
aku kau ciptakan dari api
adam kau ciptakan dari tanah13
o gemuruh c mayor werk ohne opus 1514
makin menggema dalam ruh yang sujud
ketika si tua terpelanting
dari cahaya kasihmu
dan terlunta di alam
semesta yang murka.
Ciputat, 29-5-2005
EKSTASE 25
malam yang bening
bulan terseyum kepadamu (hamba yang pasrah)
bintang menyapa
dengan jerit histeris
di kejauhan angkasa
bergetar
tangis jiwanya
tiada reda sampai subuh tiba
namun iblis pulang
ke peraduannya dengan penuh murka
malam menyingkir
semesta menari bersamamu
yang sujud mengiringi irama cinta
iblis tambah terasing
dari hari pembangkangannya
gemuruh badar16 menuntaskan subuh
yang penuh sujud 16 kepadamu
sementara kau ekstase akan sujud serta cintanya
iblis schizoprenia menjalani hari-hari tersisa
sebelum eksekusi alam semesta.
Ciputat, 29-5-2005
EKSTASE 26
gemuruh cahaya
menderu saat penampakan akal pertama 17
melewati kegelapan dan cahaya
akal pertama menggarami ruhku
aku ekstase!
bagai rasa asin lebur dalam lautan
lautan adalah penampakan wujudmu
tak terkendali dan tak terbatasi
gemuruh gelombang memukul karang
menggelora saat sebagian sosokmu
menjadi prahara dan badai bencana
tapi bagimu bukan prahara
kebesaranmu yang tak terbantah
prahara
hanya bagiku yang hina
dan lemah
Ciputat, 30-5-2005
EKSTASE 27
perahu
di tengah lautan
bagai setitik debu
di tengah kenyataan wujud semesta
laut berkata:
“bukankah aku ini tuhanmu?
ya, jawab perahu. 18
berlayarlah sekarang
kau telah kuberi esensi dan eksistensi
tak ada determinisme (keterbatasan kehendak)
yang kau miliki pada dirimu
kau bebas menentukan dirimu
menuju ku
yang kau agungkan dalam
mimpi-mimpimu” ujar laut.
bergerak perahu penuh ekstase
dihempas gelombang
diterpa ombak
tatkala laut tenang
perahu pun bernyanyi
kenangan cinta
keindahan yang menguras ilham
seperti bongkahan es
musnah digarang terik matari.
Ciputat, 30-5-2005
EKSTASE 28
bergeraklah perlahan
menuju ruhmu
dengan perjalanan yang lamban
tapi pasti 19
berkonsentrasi pada terangnya
ia bergerak secepat kilat
mengembaralah dengan ketetapan cinta
mencari ruhmu yang abadi
tangisi cahayamu
tinggal kerlip lentera
bergeraklah perlahan
namun pasti
ruhmu menyinari
seperti matahari.
Ciputat, 30-5-2005
EKSTASE 29
ruh!
cahaya yang dianugerahkan
cahaya yang dipisahkan
cahaya yang diperintahkan
mengembara!
bermain sandiwara
ruh fana disuruh mencari ruh abadi
ketika ruh fana mengetuk
setiap rumah:
“adakah di sini ruh abadi?”
“ada. kau siapa?” tanya penghuni rumah
“aku ruh fana!” jawabnya dari luar.
“tunggu sebentar. ruh abadi sedang mengaji!”
ruh!
singkaplah kabut dan debu
yang menghalangi penglihatanmu
ruh abadi mencari-cari dirimu
tapi kau tak mencarinya
ruh abadi ingat kepadamu selalu
tapi kau melupakannya
jika kau terus melupakannya
ia akan melupakanmu
selamanya
mampuslah kau
terasing dalam kefanaan kabut!
Ciputat, 30-5-2005
EKSTASE 30
wahai saqi
tuangkan anggur itu
di atas cawan kesadaranmu
awas!
jubahmu terbakar
anggur kefanaan
melimpah mengenai jubahmu
dalam fana
para bidadari berdatangan
menenteng baki berisi cawan-cawan anggur
pemabuk menari-nari
diiringi nyanyian lautan yang hidup
rintih keterpisahan seakan abadi
dentingan piano dan dentaman drum
meronta pada penjara
yang mencengkeramnya
ingin lepas - lepas seperti burung mengangkasa
anggur-anggur memabukkan terus dituang
nyanyian hulul ditingkah melodi
terus mencari
menari dan bernyanyi
tiada lagi kesadaran
pada penjara
yang terhempas
di permukaan altar persujudan.
wahai saqi
mabuklah sepanjang malam dan siang
tiada kewajiban bagimu
selama kau ekstase
yang tak mau berhenti
alam semesta pun menari
melagukan nyanyian syathahat
yang sangat dahsyat
planet bumi seakan terlepas
dari porosnya
dan kekasih menggantikan
perputaran bumi, waktu dan hari
dengan cahayanya!
Ciputat, 30 – 5-2005
EKSTASE 31
para balerina
dengan pakaian ruh yang ketat
jadikan hamparan bumi
lantai tarian yang indah
para soprano melengkingkan kerinduan
ke langit ‘arsy
biola dan suling merintih
dalam getaran-getaran ekstase
tongkat konduktor mengayunkan
partitur-partitur abadi
bercawan anggur terus dituang
direguk pemabuk yang terus meradang
‘arsy hanya sejengkal di bawah gapaian guru (pir)
para murid menjerit memberontaki penjara
agar ruh ittihad pada cahaya
tapi nur muhammad20
menyapu para pemabuk
dengan gelombang cinta dan kasihnya
para balerina bagaikan angsa
pulang ke kandang saat sepi
ketika pagi datang kembali.
Ciputat.,30-5-2005
EKSTASE 32
telah kutuangkan
secawan anggur
ke kerongkonganmu yang kering, sahabat
mari bernyanyi
tentang kerinduan yang tak terperikan
menari penuh gairah dan gelora
pertemuan abadi
menggetar-getarkan benteng keagungan
setiap penghuninya
menyebut-nyebut namamu
mari kita melupa
pembuk-pemabuk terus berdatangan
menyanyikan lirik cintanya
menarikan gairahnya
kekal dan tak terpadamkan
oleh prahara dan bencana
telah kuhamparkan
seluruh permukaan benua
tempat berasyik-maksyuk
menjalani ritual kemabukan
setan terbirit-birit
menyelamatkan diri ke gua-gua tergelap
di tempat mana mereka meratap
memaki-maki para pemabuk
yang mereka tuduh sebagai
“orang-orang sinting!”
Ciputat, 30-5-2005
EKSTASE 33
kelaparan orang-orang terlantar
adalah nyanyian ratapanmu, kekasih
siapakah yang melayanimu
memberi makanmu
dengan sesuap nasi
atau menghiburmu
dengan serenceng rupiah
lihatlah
zaman tiada peduli
dengan kemiskinan dan
penderitaanmu
orang-orang yang bergerombol di trotoar
bersiap menyodorkan tangan-tangan kosong
atau sekedar menyanyikan lagu
dan setengah mengemis
setelah melantunkan lagu indah
layanilah!
tuhan sedang ekstase dengan kemiskinan
dan kelaparannya
orang yang nmenyodorkan sebagian rezekinya
ekstase dengan ruh kekasih (tuhan)
yang memeluknya dengan cahaya abadi.
Ciputat, 30-5-2005
EKSTASE 34
lautan kemiskinan dan penderitaan
umat manusia
adalah lautan jeritan tuhan
meminta pertolongan
tuhan meminta pertolonganmu
meringankan beban penderitaannya
jika kalian menolongku yang lapar
di pinggir jalan itu
kubalas dengan skaratul maut yang indah
ruhmu kucabut dengan penuh kasih
kuberi kubur dengan taman asri
kuringankan azabmu di situ
di akhirat kuberi surga seluas bumi
dan seribu istri
cepatlah bergegas
tolonglah aku
yang terkena busung lapar
aku menjerit minta makan
tapi siapa yang mendengarkan?
hamba-hambaku
berilah setitik kasihmu
di atas lautan cintamu
kau ekstase di atas kedermawananmu.
Ciputat, 30-5-2005
EKSTASE 35
ku seekor elang
dengan paruh dan mata cahaya
dengan sayap metanarasi quranik
dan praktik tradisi sang nabi
pada sayap kirimu
kau arungi semesta-raya
beribu bulan mengembara
menuju cahaya
tapi tanpa paruh kejujuran
dan cinta kasih
sayap-sayap quranik dan tradisimu patah
sang nabi mengembangkan kedua sayap keagungan itu
dengan zakat dan sedekah
beliau terbang bersama orang-orang miskin
ke rumah ilahi
kasihnya turun bagai embun
kepada hamba-hamba yang jujur (tak korup)
dan dermawan!
Ciputat, 31-5-2005
EKSTASE 36
wahai saqi
jika kau ingin terbang
seperti elang yang tak mengenal lelah
terbanglah dengan sayap kemurahan hati
kesederhanaan hidup
kunci kedermawanan dan kemurahan jiwa
jika kemewahan
telah merasuki dirimu
senyummu
pun tak akan kau sedekahkan
kepada manusia!
Ciputat, 31-5-2005
EKSTASE 37
saqi terbang tinggi
mabuk bagai penari
ekstase
dalam gerakan abadi
tahapan-tahapan cahaya dilewati
tatkala saqi menjujut (take off) pada tahapan kasih
kelopak sayapnya luruh
dihempas entitas kekikirannya
menyergap seperti badai
membuahkan prahara dan bencana
saqi!
bangkitlah kembali
setahap dan setahap
kelepak sayapmu dikukuhkan
kemurahan jiwamu
entitas itu sebagian dari kasih
dan cinta kekasih
ia benci dengan kekikiran hati
tirai kegelapan
yang menutup pandanganmu
kepada cahayanya!
Ciputat, 1 juni 2005
EKSTASE 38
gemuruh rahmatmu, kasih
seperti hujan lebat
menyirami bumi dengan hebat
tapi siapa yang merasakannya?
“yang cinta kepadamu
merasakan kehadiranmu
menyambut tangan kasihmu
dengan lapang hati
ia rasakan pelukan rahmatmu
dengan sangkaan terbaiknya
wakil dari penyebaran cinta ini
bernyanyi akan keabadianmu
memetik harpa
meliuk-liukkan tubuhnya
memerikan ruhnya
yang tergila-gila kekasihnya
ekstase di tengah guyuran melodi abadi
tersungkur dalam pangkuannya!”
Ciputat, 1 Juni 2005
EKSTASE 39
berkali-kali ia tuangkan
anggur kemurahan jiwa
seperti umar
memanggul sekarung gandum
menuju rumah seorang janda
yang merebus batu
bagi anaknya yang menangis
menahan lapar
o pemabuk itu menyungging senyum
dengan tangan terbuka
menyebut kemurahan kekasihnya
yang melampaui segala kemurahan makhluknya
tanpa kemurahan kekasih
bumi akan mati
kering dari rasa cinta dan kelembutan
pembantaian, perampokan dan pemerkosaan
menggantikan cinta, kasih dan sayangmu
kekasih!
Ciputat, 1 Juni 2005
EKSTASE 40
malam pesta
jiwaku memiliki cinta
secawan anggur
hidupkan bara jiwaku membeku
basah lidahku dengan zikirmu
fikirku yang hampa
seperti ladang-ladang kering
disirami hujan
aku memerlukan kesalehan
antara ketakutan dan keyakinan
desahan nafasku
menggigil diarungi seruling kepastian
di tengah semesta yang dingin
malam pesta
kuhamparkan dadaku
dengan fikir dan zikir
agar cermin hati ini
dapat menyerap bayangan kesucian
dan kemurnian cahayamu.
Ciputat, 1-6-2005
EKSTASE 41
pesta telah membawaku
ke jalan perenungan
tujuh quark yang kau simpan
dalam partikel sunyi
berzikir dalam gigir hari
quark top dan quark down berlari
ke arahku
melagukan nyanyian abadi
bisikan cinta yang menggetarkan
rona wajahku
menghambur ke tengah pesta zikir
menyanyikan f mayor opus 50 21
di langit jakarta yang berdebu
pesta telah dimulai
dengan bacaan tahlil yang menggetarkan
dentingan piano, jerit ekstase pencinta
dan lengkingan seruling
menghebohkan pesta semalam suntuk
dan aku dipandang kafir oleh manusia
setelah aku meyakini cintamu, kekasih!
Ciputat,. 1-6-2005
EKSTASE 42
pemabuk!
dengan pesta anggur dan ekstase
berlari menerobos kegelapan
di ujung labirin – matahari berkerudung cahaya
berjubah cinta menyapa semesta
selamat malam matahariku
aku datang dengan kemabukan – karenamu
obatilah sawanku
karena cintamu
pucuk cemara menunjuk titik
persemayamanmu yang jauh
tapi kau lebih dekat dari urat leherku
namun dimana, aku tak mengerti posisimu
di mulut labirin
aku merangkak mencarimu
seperti seorang pengemis yang buta
kuayunkan tongkatku
mendeteksi dimana keberadaanku
sungguh kau dekat
tapi kau bersandiwara
dengan kegaibanmu.
oh kekasih
betapa rumit engkau
mewujud dalam kesadaran dan ekstaseku
engkau terasa seperti getaran
yang terus bergerak
tak pernah diam!
Ciputat, 1-6-2005
EKSTASE 43
suara piano itulah
yang menggigil dalam
f mayor opus 50
menggetar-getarkan jiwaku
sedang menyaksikan kebesaran abadi
diriku diterjang badai
timbul tenggelam dipermainkan gelombang
langit merah seakan runtuh
menangkup seluruh permukaan bumi
masih juga jiwaku gemetar
seperti seekor kambing menggigil
hendak diterkam harimau
keheningan tak menenangkan ruhku
saat f mayor opus 50 terhenti
dalam kesunyian malam.
Ciputat, 1-6-2005
EKSTASE 44
gemuruh zikir
mengangkasa di langit ruhku
zikir quranik yang melantunkan kaki pencinta
bagai ketukan tongkat konduktor
dalam pagelaran sonata haydn
lilin-lilin bertumbangan
dalam bayangan ruhku
matahari bersinar penuh gelora
membentuk pelangi
menurunkan emanasi cahaya
sungguh kaya
145 ribu tingkatan emanasi meruang di alam semesta
burung-burung berterbangan seperti pengembara
ditelan kabut semesta
yang menutup wujudnya dari kejauhan
para pencinta melayang dengan sayap emasnya
menyodorkan baki penuh cawan-cawan anggur
menambah junun para pencinta
ekstase dan terus berlari
dalam zikir dan nyanyi.
Ciputat, 1-6-2005
EKSTASE 45
dia berlari ke tiang gantungan
bernyanyi
seperti nyanyian taburan api
yang disemburkan matahari
dia berlari dan pijaran-pijaran cinta dari ruhnya
melayani brutalisme menteri hamid
dengan hulul
khaos politik telah mencabik-cabik kebebasan
ekspresi ekstase mansur:
“lebih sulit merenungkan tuhan kita
daripada mengucapkan perkataan
atas nama dia
tetapi terkadang kita disebut
sebagai seorang pembicara
bagi yang tak bisa diucapkan
mungkin akan kehilangan nyawa kita
bahkan ketika mati di tiang gantungan
tidaklah lebih baik daripada
sebuah anak tangga22
dia berlari atas nama cinta
dan matahari yang berusia 3,5 billiun tahun
meratap akan kepergian pemabuk abadi itu
langit dan bumi mengucurkan airmata kesedihannya
malam dan siang
“ana al-haq! ana al-haq!
haq! haq! haq!
aku mencemaskan mereka
yang terlampau berkonsentrasi
pada kekhasan-kekhasan lahiriah yang indah
sebagaimana iman
bukannya menyaksikan kedekatannya
tapi aku memahami, karena kita semua
lebih dekat kepada cinta setan
daripada cinta tuhan23
EKSTASE 46
dia mabuk
berhari, berminggu, berbulan
bertahun yang menggelisahkan
politikus baghdad
mempertahankan kekuasaannya
tidak!
sejarah tak pernah menghukum
ulama yang berkonsentrasi pada tubuh
dan melupakan ruh
selalu saja pemabuk-pemabuk
itu dianggap kafir dan sinting
akhirnya ekstase di tiang gantungan
darahnya mengalir
membentuk kalimat laailaaha illallah
di permukaan tanah.
Ciputat, 1-6-2005
EKSTASE 47
seperti gunung berapi
hallaj adalah satu dari gunung api
ruh manusia
ledakannya menimbulkan huru-hara
di seantero dunia
“dalam kesatuan
semua perpisahan adalah binasa!”24
maka pemisahan hallaj dan ruhnya
telah membinasakan kekuasaan
yang mengeksekusinya
“ana al-haq!” adalah:
“aku yang sejati!”25
EKSTASE 48
penampakan kekasih
di mata ruhmu
membuat tubuhmu gemetar
dan jiwamu terus bergerak
seperti quark atas, hallaj
kau memusnahkan mansur dalam ekstasemu26
nyanyian, zikir, tarian dan kesadaran adalah air
yang tumpah dari bibir bejana
menggelegak dan bergetar
air itu adalah wujudmu kasih
tiada lagi mansur dalam gelas ini
yang mabuk dalam getaran-getaran al-haq
jika dzatmu yang masuk ke dalam kesadaran tinggi al-mansur
musnahlah manusr seketika!
tapi karena asma, af’al dan sifatmu
yang mengaliri darah jantungnya
orang-orang yang iri dan tak mengerti
memusnahkan mansur
di tiang gantungan!
Ciputat, 2-6-2005
EKSTASE 49
laut keruhanian manusia
yang keruh dan kotor
diguncang mazhab baghdad
abad kesepuluh post masehi
hati yang lemah bergetar
hussayn ibn mansur al-hallaj
naik ketiang gantungan
matahari gemetar menaburkan pijar apinya
dari kutub terdingin dan terpanas
o laut keruhanian manusia
mulai menghitam
dikotori dosa-dosa politik, budaya dan sastra, ekonomi, filsafat
dihantam badai ekstase
bencana meninggalkan jejak-jejak kehancuran
prahara menelungkupkan mayat-mayat
bersujud kepada kekasih
seluruh permukaan sungai eufrat dan tigris
merah oleh darah hussayn al-mansur
eufrat dan tigris pun menjerit:
“ana al-haq!
ana al-haq
aku menangis kepadamu
bukan hanya untuk diriku
tapi bagi jiwa-jiwa yang merindukanmu
yang saksinya, aku sendiri
sekarang pergi kepadamu
saksi keabadian!” menirukan al-hallaj
dalam dialognya dengan syagab.27
Ciputat, 3-6-2005
EKSTASE 50
jauh
saat terjadi mekanika kuantum
nur muhammad hulul
bercawan anggur
telah ia reguk
tiada lagi yang ia lakukan
selain bernyanyi, menari , zikir
pada ruh abadi
muhammad berputar-putar di satu titik
seperti gasing
berotasi kian kencang
jauh
ketika ruh muhammad ekstase
dalam maujud cahaya abadi
saat berputar kencang
muncul kabut (ketiadaan) dari gerak ekstasenya
kabut pun mengikuti zikir ekstase muhammad
makin kencang dan sangat panas
kabut berdentum dengan hebat
sebagian hidrogen dan helium awal
mewujud unsur-unsur karbon dan oksigen
namun semua kefanaan
terus mereguk anggur yang disediakan
di baki-baki abadi
jauh
tatkala cahaya muhammad ittihad
seakan melagukan sonata haydn yang indah
bercucuran airmatanya
menyaksikan keindahan abadi
namun kefanaan (kabut) semakin mabuk
bercawan anggur terus direguk
partikel-partikel dalam semesta bergerak
mabuk dalam panas meninggi
gaya nuklir kuat dan lemah dan efek elektromagnetik
bernyanyi, menari, ekstase!
irama sonata terhenti
ledakan supernova, ekstase bintang dan alam semesta
kepada cinta abadi
jauh
waktu alam semesta mendingin
energi partikel mengyusut
semesta (kabut) yang kian siuman mengembang
ketiadaan (kefanaan) mewujud seratus juta galaksi
dalam satu galaksi bertabur seratus juta bintang
menari-nari, bernyanyi, zikir dan saling menyapa
dan tuhan mendinginkan semesta
di bawah titik beku
dalam kestabilan simetri antar gaya
timbul kelebihan energi
yang memunculkan efek antigravitasi
dan lahirlah semesta yang statik
dalam genggaman cinta abadi
dan kekasih bersemayam di a’rsy
di atas tujuh lapisan kefanaan ini.
Ciputat, 4-6-2005
EKSTASE 51
panik!
seperti khaos semesta pada dnetuman besar
aku berotasi dalam rahim ibuku
berputar-putar, mengembang,
menari, bernyanyi, zikir
o teatrikal abadi yang dahsyat
panik!
khaos itu semakin memuncak
perempuan itu mabuk
dan ledakan besar menumpahkan juftazani
dalam kesedihan abadi
tangis perpisahannya meledak
tuhan! tuhan! tuhan!
tuhan! tuhan! tuhan!
lelah menjerit memanggil tuhan
aku tertidur nyenyak
seperti pendinginan semesta
tanpa runtuhnya simetri antar gaya
aku mencari titik statis
dalam gaya gravitasi
o kepanikan telah jadi kodratku
benarkah aku lahir dari ketiadaan?
aku lahir dari ekstase ayah ibuku
melahirkan gumpalan darah
mengembang
ruhku ditiupkan!
jantungku berdentum dalam rahim ibuku
jantung itu berzikir, menari, bernyanyi:
“ laailaaha illallah muhammadurrasuulullah fi kullilamhatin wanafasin ‘adada
mawasi’ahu ilmullah
laailaaha illallah muhammadurrasuulullah fi kullilamhatin wanafasin ‘adada
mawasi’ahu ilmullah
laailaaha illallah muhammadurrasuulullah fi kullilamhatin wanafasin ‘adada
mawasi’ahu ilmullah.”
kadang ia ganti bernyanyi:
“ allah! allah! allah! allah! allah! allah! allah! allah! allah! allah! allah!”
Ciputat, 4-6-2005
EKSTASE 52
dalam mimpiku
aku duduk tertegun
di hadapan matahari
pijaran-pijarannya membara
ekstase pada cahaya
aku berkata:
“ dulu kau setitik debu
kini berwujud planet raksasa
dengan gumpalan (kutub) panas
dan gumpalan (kutub) dingin
di lembah-lembahmu yang dalam
kudengar ledakan-ledakan helium
dan oksigen yang dahsyat
pembakaran-pembakaran terus terjadi
dalam wujudmu
jika engkau neraka
aku akan masuk ke dalam dirimu
sebagai seorang pendosa
yang dihukum oleh kesalahan-kesalahannya
tuhan tak pernah menghukum siapapun
akulah yang menghukum diriku sendiri
karena tuhan pengasih dan penyayang
aku kejam dan berangasan
tuhan pintar dan agung
aku bodoh dan hina
dari kebodohanku lahir dosa
dari dosa aku jadi hina
agar aku dianugerahi sifat pengasih dan penyayang,
kepintaran dan keagunganmu
aku ekstase!
minta bercawan anggurmu
biar ekstaseku abadi
dan kujauhi titik kebodohan dan kehinaanku
menuju cahayamu
menyatu dengan cahaya muhammad
rentangkanlah tanganku
bersama tangan kekasih (muhammad)mu
aku ingin menyatu dengan ruh kekasihmu
abadi! abadi!
Ciputat, 4-6-2005
EKSTASE 53
setelah kabut itu kau pisahkan
mengembang jadi bintang
alam semesta meraung-raung
merasakan pedih perpisahan
maka semesta minta bercawan anggur
dari baki abadimu
menari, menyanyi, zikir, melakonkan
teatrikal perpisahan yang penuh tragedi
setelah ruhku
kau pisahkan dari dirimu
aku menangis begitu hebatnya
merasakan pedihnya perpisahan
bahkan lebih pedih
dari perpisahan kabut dengan nur muhammad28
aku mencarimu dengan nyanyian ini:
“lepas engkau yang ku inginkan29
akan kuulangi
maafkan jika kau kusayangi
dan bila kumenanti
seakan engkau coba mengerti
lihatlah kudisini
mungkinkah jika aku bermimpi
salahkah tuk menanti
takkan lelah aku menanti
takkan hilang cintaku ini
hingga saat kau tak kembali
kan kukenang di hati saja
kau telah tinggalkan
hati yang terdalam
hingga lewat
cinta yang tercipta di jiwa”
Ciputat, 4-6-2005
EKSTASE 54
pantai keabadian
kesana kita melaut
perahu dan jala
kita siapkan
bercawan-cawan anggur
kita siapkan
urat nadi nafsu
kosongkan
kita tidak berangkat dari lautan keabadian
ke daratan fana
lautlah yang abadi
kita lebur dalam kebesarannya
ekstase
trance!
air mata trance
lebih dalam dari airmata fana
yang trance pada permainan
kepalsuan!
Ciputat, 4-6-2005
EKSTASE 55
menarilah di putih kabut
seperti burung-burung
berputar mengelilingi ‘arsy
pucat pasi
hilang diri
fana!
ekstase abadi membakar ruh sunyi
keindahan tersembunyi
gairah tak terperi
seperti meteor terus melayang
mencari peraduan terakhir
o bernyanyilah di sunyi hari
denting piano haru rindu
getarkan luka – sejak kau tinggal sendiri
sembilu rindu
menyayat-nyayat daging cintaku
seperti seruling menusuk langit jiwa
tersentak dalam keheningan
gairahku mencarimu
menyatu dalam ruh abadi.
Ciputat, 23-8-2005
EKSTASE 56
seperti camar
membawa setangkai cahaya di paruhnya
burung-burung berdatangan
menari terbakar kegairahan
menceritakan kegairahan
dan kehangatan anggur
mabuk rindu
bertempur fana yang melena
aku tak mau terlena dengan apapun
kuikuti penuh kesadaran – cahaya di paruh camar
terbang melintasi langit tujuh
dan menaiki keluasan ‘arsy
camar tersasar rindu
tapi sang paduka tak ada di situ
ia saksikan kursi kebesaran dan keagungan
jatuh ia ke jurang fana
terserap ke lobang hitam cahaya
misteri apa tersembunyi di situ
hanya denyut ruh masih menandakan kehidupan
ruh camar bernyanyi:
allah ! allah ! allah ! allah !
allah ! hu! hu! hu! hu! hu!
makin menjauh suara itu
hanya terang benderang cahaya
tiada tawa, tangis atau nyanyi
hanya sunyi
diselimuti lapisan-lapisan cahaya
yang mencuat rasa takjub dan
kepasrahan abadi!
Ciputat, 23-8-2005
EKSTASE 57
ruh yang terkumpul di situ
bagai kumparan cahaya
bergerak liar dan tak terkendali
tak ada yang mampu mengidentifikasi
detil-detil ruh yang sangat aktif
seperti einstein mengidentifikasi
relatifitas waktu, jarak, massa dan kecepatan
menyisakan pertanyaan-pertanyaan
yang mengherankan
ruh yang bersekutu di situ
mengadakan zikir menggemparkan
mereka menari-nari
bergoyang seperti lambaian nyiur
dipermainkan angin
mereka berzikir:
rindu - pasti ketemu,
rindu – pasti ketemu,
rindu - pasti ketemu
dan mereka ganti zikirnya:
cinta – bawalah aku
cinta - bawalah aku
cinta - bawalah aku
abadi dalam pelukanmu
abadi dalam pelukanmu
lebur dalam cahayamu!
ciputat, 23-8-2005
EKSTASE 58
seperti balerina-balerina angsa
menukik, melayang dan menari
mengelilingi danau kerinduanku
o kekasih!
perlihatkan dirimu di seberang danau itu
dan kau perintahkan aku
natap batu sinai raksasa
demi kebesaranmu
aku ekstase dalam kehancuran kesadaranku
seperti hancurnya batu sinai raksasa
disentuh cahayamu
seperti balrina-balerina angsa
menukik, melayang dan menari
mengelilingi danau kerinduan
biarlah aku terus merindu
tanpa melihat rupamu
suaramu apalagi dzatmu
biarlah cintaku kulayarkan
bermilyar tahun penuh ketabahan
sebab rindu ku
kini tak sanggup menuntaskan pertemuan
dalam cinta dan rindu
aku ingin menghamba saja padamu
ajarkan aku ikhlas dalam kesabaran
yang sangat panjang ini
kekasihku!
Ciputat, 23-8-2005
EKSTASE 59
di jiwa-jiwa yang terbujuk
burung-burung ekstase
kepakan sayapnya
kekalkan zikir
semilir angin menyingkir
diterpa cahaya
laut tak berombak
gemuruh prahara
membangunkannya
riak gelombang perlahan hidup
mengulurkan lidah zikirnya
ke pantai-pantai sunyi
dan menarilah laut, camar, nyiur,
kelapa, ikan dan cakrawala
menyanyikan lagu abadi
ekstase pada kekasih
yang terus mereka cari!
Ciputat, 24-8-2005
EKSTASE 60
petiklah jiwa ragamu
menjadi alat musik
bagi kekasih merindukanmu
kau memujanya
nyanyianmu yang kekal abadi
bergetar setiap tarikan nafasmu
tiada henti ruhmu berlagu
mengitari danau sunyi
menelusuri sudut pulau sepi
tapi kau terus berlagu
tentang kekasihmu
di puncak waktu
kau ekstase
gila akan kehadirannya
tapi ia tak kunjung tiba
kecuali rasa
lalu kekasihmu pergi
tinggalkan asa
wajahmu pun bersimbah
airmata!
Ciputat, 24-8-2005
EKSTASE 61
telah terdiam pemabuk-pemabuk itu
setelah berterbangan ke lautan syathahat
hamparan delta
mihrab pesta keagungan itu
penuh burung-burung terkapar
tak redup oleh api mabuk
sinar lentera jiwa
tak pernah mati
seperti matahari
berkobar cahaya abadi.
Ciputat, 26 Agustus 2005
EKSTASE 62
kemanapun kau berpaling
syahadat itulah esensi sepasang sayapmu
mabuk dengan kepak syahadat
ekstase pada ma’rifat
lupa alam semesta
kau asyik-maksyuk
dengan getar keabadian
api yang membakar kecemburuan
cintamu
seluruh pohon menjadi arang
satu pohon tegak berdiri abadi
daun-daunnya bertulis
laailaahaillallah muhammadurrasuulullah
fiikullilamhatin wanafasin ‘adada mawasi’ahu
‘ilmullah
tidak ada kerontokan daun
dan ranting ranggas.
Ciputat, 26 agustus 2005
EKSTASE 63
mari kita menari
dalam tubuh
dengan ruh
agar nurani insani tak lumpuh
bahkan ekstase penuh seluruh
orang-orang hanyut
banjir meluap dan badai angin puyuh
ayolah naik ke kapal nuh
mari kita bernyanyi
apa lagumu?
beethoven, schubert, vivaldi
atau arman, leo kristi atau ikke nurjanah?
tapi kulangsung saja ekstase
pada lafal : “laailaahaillallahmuhammadurrasuulullah
fiikullilamhatinwanafasin’adadamawasi’ahu’ilmullah
aku menjerit dalam hempasan-hempasan syathahat
“akulah engkau!
akulah allah
juftazani lebur
larut dalam lautmu
musnah dalam wujudmu!”
Ciputat, 28 – 8-2005
EKSTASE 64
dalam gelombang ekstase
ikan dan teripang
menari riang
cahaya menerpa dari segala sisi
ombak dan karang
mabuk dalam cangkang ma’rifatmu
camar-camar ekstase
menari di atas gelombang
praharapun bersimpuh
camar, gelombang, ikan dan teripang, pohon dan karang
itulah prahara
prahara ekstase
berlari dalam labirin kerinduan
menuju hakikatmu
dengan perahu ma’rifat berjalan lambat
tapi pemabuk begitu sabar
menunggu prosesi
perjumpaan denganmu!
Ciputat, 28-8-2005
EKSTASE 65
ruhku menggelombang di ujung klarinet
seperti awan
bergulung-gulung ke angkasa
menari, menyanyi, berzikir, menghentak kaki
sambil menjerit memanggil ilahi
ekstase!
mataku memutih
yang kulihat hanya cahaya
alunan johann strauss menggetar-getarkan jantungku
berdenyut di baris-baris kalimatmu
laailaahaillallahmuhammadurrasuulullahfiikullilamhatin
wanafasin’adadamawasi’ahu’ilmullah
Ciputat, 28-8-2005
EKSTASE 66
atase tuhan pergi pulang
dari bumi ke ‘arsy
diikuti kobaran cahaya
membakar setiap ruang
di stalagtit langit luasmu
ruh-ruh kriminal
dari politikus (pembesar) sampai cunguk
menggigil dicecar kilat menyambar
tapi para pencinta menari-nari
dendangkan nyanyi
tusukan ujung panah biola
meliuk-liuk di taman pencinta
berjubah cahaya
drum dan melodi mengiringi ruh
mencumbu nama dan sifatnya
atase tuhan sibuk siang malam
mengurus tegaknya alam semesta
sebelum runtuh dalam kelam.
Ciputat, 28-8-2005
EKSTASE 67
pulanglah ke hakikatmu
kikis semua dosa dan noda
karena tak bersenyawa dengan cahaya
seperti ringkik kuda
rindu pada kecepatan dan ketangkasan
ruhmu – merindukan itu
ruhmu yang mabuk
terbakar cahaya
ekstase - manjat pohon sidrah al-muntaha
hanya ingin melihat wajahnya
“seperti apakah wajah kekasih!”
tapi di pucuk pohon itu
matanya buta
ia kembali turun
dan menatap segala wujud yang ada
“o kekasihku
perlihatkanlah wajahmu
walau sedetik saja!”
Ciputat, 28-8-2005
EKSTASE 68
ringkik setan yang terjerembab
tubuhnya ditembus ujung azan
yang bergema di pangkal subuh
gema cinta yang menusuk-nusuk
setan terpuruk di rawa-rawa busuk
begitulah hukum alam
sejak jatuh adam dari surga
kutub kejahatan kian mengkristal
ketika setan enggan sujud
sebagai penghormatan
o rindu muazin
pada ekstase
rindu setan pada pembangkangan
dan garis abu-abu antara kedua
hanyalah untuk makhluk tak berakal
ekstase untuk orang pintar
pembangkangan bagi yang cerdas
tapi ekstase terbakar cahaya tuhan
pembangkangan menggelombang
pada kobaran api kelicikan
dan petualangan!
Ciputat, 28-8-2005
EKSTASE 69
secangkir anggur
cukup memanaskan ruhku
yang dingin
tak bercahaya
putarlah lagu kerinduan
nyanyian cinta
mengingat kemesraan
di taman azali
tapi ekstase tanpa kerinduan
secangkir wine
kureguk malam itu
tangan putih menyodorkan sloki
dan aku mabuk
mengingat kecantikanmu
pernah kutahu - dulu
tambahkan lagi secangkir wine
tuhanku
aku ingin mabuk
sampai subuh tiba
bermandi keringat
ruhku bercucuran air mata
kesedihan
dalam misykat
yang pucat!
Ciputat, 28-8-2005
EKSTASE 70
darah dunia kian pucat
tapi orang-orang makin gairah
mencumbuinya
siang jadi malam
malam persis siang
mereka hambar pada darah tahajjud
pada sloki-sloki cahaya
malam pun bergetar
ketika mereka berputar-putar
di atas kanvas lukisan abadi
dan petualang-petualang dunia
sibuk menenggak ekstasi dan leksotan
mati dan dikuburkan
ekstase di jalan kemerdekaan
yang diproklamirkan setan
setelah adam dsiciptakan!
Ciputat, 28-8-2005
EKSTASE 71
mengembaralah manusia
kulepas kau
dari azaliku
taman surga yang tiada tantangan
juga tanpa kerinduan dan rasa cinta
kulepas kau dari surga
tapi kutanya:
“alastu birabbikum?” 30
setelah kau katakan “ya”
kulepas kau ke alam semesta
bila kau mampu menguasai alam semestaku
kuasailah
kau tak akan mampu
kecuali dengan sulthan 31
mengembaralah manusia
di dunia, jangan anggap dirimu
memiliki rumah
itu adalah pondok (saung)mu
yang pasti musnah
kau kini pencinta
yang mata terbuka, telinga mendengar,
akal dan rasa cinta menuju sempurna
mengembaralah manusia
tapi hati-hati
apapun yang kau temukan
dalam pengembaraan
semuanya fana
ingatlah jalan pulang
genggaman tanganku dan cinta kasihku
menjelma istana mewah
yang tak membuat kau lengah
di sana
di akhir masa.
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 72
berton-ton anggur
telah tumpah ke jantung para pencinta
mereka mabuk
sejak dunia terkembang
sampai akhir nanti
tapi pemabuk paling sohor
al-hallaj, al-junaid dan rumi
juga pemabuk di akhir zaman yang anonim
tak henti memegang sloki
tuak pemanas ruh
membakar kesadaran mereka
jatuh bangun dalam ekstase
menangis, tertawa, bernyanyi, menari
layaknya orang gila
polisi pun tak sanggup
menyiduk mereka
karena mereka bukan kriminal
penguasa hanya mampu memvonis sepihak
begitu pancung menetak leher pencinta
mereka menari, menyanyi
menuju pelukan kekasihnya
menangis
juga tertawa
o allahku!
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 73
larut dalam biduk
dimana para pemabuk
sibuk mengingat kekasih
tak peduli pohon tumbang, sapuan badai
atau bumi tergulung
biduk itu terus berlayar
meninggalkan lautan bumi yang telah musnah
biduk mencari lautan yang lain
berlayar penuh gairah
mencari dermaga abadi
o kekasihku
aku telah sampai
sambutlah kedatanganku!
mereka menjerit histeris
memanggil sang kekasih
kekasih datang dengan gemuruh
kebesaran dan keagungan
biduk hancur
ruh-ruh yang riang lebur
sunyi
seperti musa di bukit thursina.
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 74
kembarakan ruhmu
dalam koridor cinta
alam semesta pun bergetar
jika kau lewat
menuju ‘arsyku
mereka memuliakanmu
karena aku
daun-daun mengobarkan rindu
karena kau akan sampaikan salam
untukku
kobarkan api cintaku
di ceruk jiwamu
lentera yang hampir redup itu
menyala menerangi sekitarnya
kembarakan ruhmu
di alam semesta
sebut namaku
sebagai tanda cinta
allah allah allah allah
allah allah allah allah
Ciputat, 29-8-2005
‘
EKSTASE 75
demi jiwa
yang kalian semua
tergenggam dalam cipta
perbuatanku yang menjadikan kalian ada
demi cinta
ada karena pencinta
akulah pencinta utama
mencintai kalian semua
dari dunia sampai akhir sana
siang malam aku mabuk
mencintaimu
mabuklah untukku
aku suka
walaupun mabukmu
tak berarti bagiku
aku tak memerlukan mabukmu
aku tak membutuhkan ekstasemu
tapi kesukaanku padamu
adalah keridhaan tertinggi
kalau kau tahu.
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 76
berkobar cintaku
padamu kekasih
seperti cahaya bintang
menyirami malam
sinar yang kecil
tapi menjadi lentera
di ceruk jiwa nelayan
mengarungi lautan
berbinar ruhku
mencari wajahmu
seperti katamu
:”wajahku ada di timur dan di barat
di selatan dan utara
kemanapun ruhmu menghadap
di situlah wajahku!”
o aku mabuk mereka wajahmu
tapi tak mampu
aku hanya sanggup
menyebut namamu
seluruh aortaku
dipenuhi asmaramu
biarkan aku mencari wajahmu
telah kutangkap sebagian
tapi terlepas
aku kembali meraung
raungan perih pengembara
menapaki jalan cintanya
di antara dingin dan panas
ganasnya pancaroba!
Ciputat. 29-8-2005
EKSTASE 77
seperti penyair
aku turuni lembah
aku naiki lembah
kukatakan kepada penghuninya:
“kejarlah cahaya
dan tinggalkan lembah
karena cahaya kekal abadi
lembah pasti sirna dan mati!”
mabuklah kawan
seperti li tai po
mabuk menyisiri sungai yang tse
tapi hallaj mabuk
menyelami sungai dajlah.
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 78
berkobarlah cinta layla majnun
terhadap qais si gila
keduanya mati
dalam gelombang cinta membara
begitu jugalah kau pencinta
mencintai kekasih
yang tak pernah maujud
sampai segalanya fana
orang-orang meneriakinya:
-“hai si gila
si sawan cinta!”
+ biarkan!
mungkin merekalah yang gila
karena buta!”
si buta mencari kekasihnya
ketika kekasihnya sibuk mengadili
seluruh persoalan
kekasih yang menjelma seorang hakim
sementara pencinta
menghabiskan kerinduannya
yang tak terperikan
tapi si buta jadi terdakwa
yang sibuk mempertanggungjawabkan
segala sepak-terjangnya.
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 79
berkhotbah di sudut kota!
kata mereka
“aku sedang tidak berkhotbah
aku hanya bernyanyi saja
sebab aku tak mampu
berkhotbah!”
berceramah di atas mimbar
kata mereka
“bukan!
aku ini pemabuk yang hina
selalu menjunjung kemuliaannya
karena aku bukan penceramah
aku peminum khamar
untuk menghangatkan ruhku
agar aku terbang
seperti camar!”
Ciputat, 30-8-2005
EKSTASE 80
tempias tubuhku
dipermukaan laut
seperti tongkat patah
dipermainkan air
berhias ruhku
dalam binar cahayamu
menyongsong pertemuan denganmu
dalam pesta teramat agung itu
kulepas dari keranjang luh
burung-burung terbang
ke langit duniawi
selepas aku memisahkan diri
dengan ruhmu
aku menangis
mengingat beratnya pengembaraan
yang akan kau lalui.
Ciputat,. 30-8-2005
EKSKASE 81
kubakar cintaku
di anjungan menara
kunang-kunang berterbangan
mengejar cahaya
mabuk pada sinarmu
jalan-jalan yang pernah kutempuh
gelap-gulita
o kembang api cahayamu
menarik wujud semesta
melepas unsur-unsur tanah, air dan angin
ruh, itulah lentera jiwa
bersenyawa dengan cahaya
kubakar cintaku
di malam banjir renungan
saat rakaat tahajjud
tiada henti mengalir
di sungai cinta
menuju ‘arsymu.
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 82
seperti che guevara
aku bertempur melawan
feodal-feodal iblis
menembakkan senapan otomatis
mengembara dari havana
kubawa kemabukanku
menuju nikaragua
berton-ton anggur kusimpan
di hutan-hutan
dalam keadaan ekstase
aku sergap tentara amerika
penasehat-penasehat bajingan
yang mengadvis pemerintah bajingan
iblis menjelma penguasa dan santo.
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 83
seperti arman
aku berlari di atas panggung
menari
ekstase pada ilmu, keindahan dan kasihmu
sinar matamu berkobar
membakar kornea mataku
aku tak melihat siapapun
ekstase mataku
menatap wajahmu
seperti maulana
aku terpana pada suara indahmu
menari-nari dalam keheningan jiwa
ekstase seperti petempur di medan laga
menembak senapan cintaku
kepada semesta
seperti maulana
aku ikuti liukan melodi bujana
dengan suara kerinduanku
meloncati oktav-oktav kemabukan
mencakar seperti elang
mengaum bagai maung
aku hentakkan tongkat konduktor
menari, berlari
dalam ekstase abadi.
Ciputat, 29-8-2005
EKSTASE 84
robinho!robinho!
giring bolamu ke gawang lawan
lesakkan gol tunggalmu yang indah
mistar lawan bergetar keras sekali
sekeras lesakkan gol-gol kemenanganku
di gawang ruhani yang sunyi
robinho!
lihat aku berakrobatik
di tengah lapangan
menggiring bola-bola hidup
dengan tarian meliuk
mengecoh iblis
coba merayuku
aku menggeleng
bola terus kubawa
ke gawang musuh
lesakan kerasku
menggetarkan dunia iblis
juri meniup pluit
pertandingan usai
iblis terbirit-birit ekstase ketakutan
menyelamatkan diri.
Ciputat, 30-8-2005
EKSTASE 85
para pemabuk
masuk ke lapangan pertandingan
merebut bola dari pemain
menendang-nendangnya entah kemana
polisi berlari mengejar pemabuk,
penonton dan pemain bola
bubar kocar-kacir
tapi polisi mencoba memisahkan
penzikir dan penzakar
penzakar yang tengah mabuk
dipentungi penuh kemarahan
dan penzikir tetap
di tengah lapangan.
Ciputat, 30-8-2005
EKSTASE 86
rasi jiwa di langit sukma
ruh yang terpenjara
seperti pohon
ruh tertanam di ladang jasmani
tiap pagi matahari menerangi langit ruhku
matahari lain terbit dinihari
ruhku menari-nari
berenang dalam lautan kalammu
ketukan-ketukan tongkat konduktor
mengiringi lagu-lagu pada partitur abadi
di atas kapal pesiar mengelilingi
anjungan cinta, kasih dan cahaya
air pasang, gelombang dan bulan
tiada henti mewarnai semesta ruhku
konduktor turun dari panggung
bertutur tentang alunan
musik dalam ruhku
abadi dan indah sekali.
Ciputat, 1-9-2005
EKSTASE 87
lemparkan gumpalan cet
dalam genggamanmu affandi
kanvas bergetar bersama ekstasemu
tanganmu mencakar
bagai macan menggeram
terlukis seorang lelaki
cucurkan airmata
merah menyala
menahan kerinduannya
ekstase pada penyatuan ruh
dan cahaya
engkau menggetar-getarkan tanganmu
mengucap-ucap dalam diam
zikir yang sunyi
menari!
bernyanyi!
lunglai!
runtuh!
dan pergi!
Bogor, 2-9-2005
EKSTASE 88
jeihan!!
rindu gemulai tanganmu
mencabik kuas
tujuh warna ekstase pada emosi
menggelegak di anglo ilham
aku tersungkur di kesunyian malam
ekstase pada kanvas kecil ‘arsymu
yang menggelegak di persujudan abadi
kekasih
genggamlah ruhku
terbaring dalam kepasrahan
tiada yang mampu kuperbuat
kecuali mengikuti gerak tanganmu
seperti tangan jeihan
mengikuti gretek jiwanya
yang perkasa
bahkan jeihan sepeerti machbeth yang gila
pada ophelia 32
Jonggol 2-9-2005
EKSTASE 89
bercakar dalam maut
iblis menyeringaikan taringnya
menggoncang-goncang bahuku
mencengkeram ruhku
aku lari ke benteng abadimu
ia terkesima
tatkala aku terlindung
dalam misykat kaca
menggedor
cahaya indah dalam misykat
mencecarnya
aku ekstase pada namamu
mengucap-ucap seribu sifat
menzikir sembilan puluh sembilan nama
iblis terbirit-birit
lari ke sarangnya yang tua
penuh lumut dan airmata.
Bogor, 2-9-2005
EKSTASE 90
biarlah perahumu bertolak
layarnya bergerak
melambaikan tangan’
ke zaman abadi
biarkan kapalmu berlayar
menyeberang ke dunia lain
mencari sandaran abadi
ekstase dalam sunyi.
Pagendingan-Cisayong-Tasikmalaya 3-9-2005
EKSTASE 91
malam ini
semua mata telah tertutup
seluruh kesadaran telah runtuh
segenap pendengaran tengah beristirahat
kaulah yang mempunyai mata kesadaran
hamba yang teramat jauh
melambaikan takbir tahajudku
ke kerajaan ‘arsymu
mengabdikan diriku - melakukan perintahmu
kekasih
dengan secercah sinar hampir padam
jangan kau redupkan api cinta
yang tersisa dalam jiwaku
nyalakan lagi sinar mahabbahku
payungi aku selalu
dengan cahaya ampunanmu
aku memosisikan diri
sebagai hamba
bukan sebagai apa (profesi, harta, kemuliaan diri)
yang kesemuanya teramat hina di matamu
mi’rajkanlah hamba yang hina
dengan buraq kerinduan
yang menyala
kekasih
hamba hina, hamba fakir, hamba penuh dosa,
hamba lemah, hamba bodoh, hamba nista
ingin menggapai ‘arsy keagunganmu
tapi apa daya
‘arsy sangat terlalu jauh
kekasih
balutlah aku dengan bedongan cintamu
agar aku merasakan
kehangatan kasihmu
yang teramat sangat luas itu!
Ciputat, 5-9-2005
EKSTASE 92
pengembara itu tersungkur
setelah menari
seperti qais
mengkhayalkan layla
khayal yang nyata
setiap duka
ia tutupi dengan kain satin ketabahan
o ia meronta
melepas ikatan yang mengungkungnya
pengembara itu terbujur
ruhnya menari, bernyanyi:
“sayonara
kau yang senantiasa menggoda
kutinggalkan untuk selamanya
jabat tanganku dunia
untuk terakhir kalinya
sayonara, biarkan airmata
mengalir
iringi kepergian ini
ke rumah abadi
sayonara! sayonara! 33
dunia menangis untuknya
sayonara! sayonara!
kabut pekat selimuti
wajah dunia.
Ciputat, 5-9-2005
EKSTASE 93
nestapa apakah yang menyala
dalam dada
setiap saat aku menangis
setiap detik aku menyebut
setiap rindu aku meronta
melepas tali
yang mengikat ruhku
o kekasihku yang mulia
lepaskan aku dari kehinaan
yang seakan kekal ini
sediakan aku lift rahmatmu
naikkan aku ke tingkat tinggi
namun aku tak mampu
bukan karena liftmu macet
tapi aku enggan memasukinya
o nestapa
aku tak ingin berlama denganmu
nyahlah dariku
aku ingin segera menaiki lift itu
dengan menari
bernyanyi
diiringi orkestas abadi
belati biola menikam –nikam mati
bangkit ruh abadi
hidup dalam sunyi
lidah-lidah piano
menjilat tepian jiwa yang kering
haus akan cinta
Ciputat, 5-9-2005
EKSTASE 94
dengarlah mabuknya seruling bambu
menari-nari di angkasa
melagukan kepedihan
dan kobaran api cinta
aku bernyanyi
tapi tak seorang pun mengerti
aku menari
tapi mereka menertawai
mengejekku sawan gila abadi
kau bakar cintaku
air dalam jiwamu mendidih
betapa aku sungguh terluka
dan tak ada yang mampu menyembuhkan
kecuali syekh akbar
datang menjelma dokter
mengobatiku.
Ciputat, 6-9-2005
EKSTASE 95
burung-burung yang berterbangan itu
sebagian terperangkap dalam mabuk
rindu mereka ucap
berulang hari mereka lewat
dalam ekstase
gemetar jiwa-raga natap cahaya
rasuki sukma
berdendang pagi petang
tapi seekor burung terbakar
sayap-sayapnya meleleh
bagai lilin
habis dan musnah kefanaan
dengan riang ia berteriak
berlari menuju lautan cinta
yang bergejolak di ufuk
sukma.
Ciputat, 7-9-2005
EKSTASE 96
hadir seorang guru
pusat jagat semesta
membakar hati yang dingin
di tungku cinta penuh piala
setiap murid berebut
meraih piala-piala
tersusun di meja abadi
dan menampung anggur
yang dituangkan syekh akbar
sang guru abadi
darahnya menjadi anggur
hatinya selalu terbakar
karena cinta
o guru
usaplah wajahku
dengan tangan ekstasemu
menapaki maqam kesadaranku
menuju tangga-tangga persinggahan
orang-orang berkumpul dalam qini
mabuk selalu dalam hari
murid-murid pun pasrah
engkau mandikan
dengan air maghfirahnya
yang abadi.
Ciputat, 7-9-2005
EKSTASE 97 34
arman, suaramu ekstase
pada ruhku
membakar kerinduanku
dalam orkestra erwin gutawa
daun-daun biola melambai
kan cahaya ma’rifat
ke jantung semesta
menggapai-gapai jiwa yang haus
akan anggur abadi
denting gitar melantun santun
beriring airmata turun
bagai lahar luruh
ke dasar pegunungan ruh
arman, keliaran dan kelincahan
melodi dewa bujana
menggetarkan langit kemabukanku
telah membuatmu gila
ekstase di atas panggung
seperti qais menari tak tentu hari
aku pagut kerinduan-kerinduan
pada asal ruhku yang jauh
arman!
sadar pada luka pada cinta pada semesta
juga seperti romie dan julie
gila di tangan shakespeare.
Ciputat, 8-9-2005
EKSTASE 98
para pencinta akan terbang ke langit
menggetar-getarkan sayapnya
jemari drummer menabuh bumi
hentakan-hentakan kerinduan
dipeluk sulur biola
dan tetesan-tetesan piano
membasahi jiwa
para pencinta akan meninggakan debu
terbang bersama sayap-sayap cinta
beriring liukan vokal abadi
dibalut orkestra semesta
mengangkat duka sesalmu
menghunjam cahaya
ke dalam jiwa!
Ciputat, 8-9-2005
EKSTASE 99
limbung
jiwa dan ruhku
dunia merah menyala
ditunggangi pangeran dusta
tiada mau sujud
atas perintahnya
nyanyi indah kau belokkan langkahnya
ke jalan berbatu
rambutmu tergerai seperti sosok iblis
tubuhmu nyaris telanjang
makin menjauh dari
sejarah penghormatan adam 35
tuan dan puan seperti ekstase
di diskotik itu
limbung
ruh dan jiwaku
tak ingin kupandangi wajahmu
wahai sosok pencakar-pencakar
kesucian jiwa dan semesta
siapapun yang menatap wajahmu
pasti akan terluka
bagaikan barshisha 36
runtuh dalam gempa dahsyat ketauhidan.
Ciputat, 9-9-2005
Riwayat Hidup dan Persembahan Penyair.
Juftazani, lahir di Pekanbaru, 11 November 1960. Menulis sejak duduk di bangku PGAA Negeri Pekanbaru 1977, lalu diteruskan di Yogyakarta ketika ia kuliah di Fak.Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1981-1988. Menulis di berbagai media massa pusat dan daerah, dan antologinya tersebar di banayak antologi bersama . meneruskan studinya ke Fak.Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1980-1988, Menulis di berbagai media massa Pusat dan Daerah. Berupa esei, puisi dan sedikit cerpen. Kakek neneknya dari pihak ayahandanya penganut Thareqat Naqsyabandiyah di Padang Panjang, dan kakek –nenek dari ibunya penganut Syattariyah juga di Padang Panjang. Kakeknya dari pihak Ibu, setelah menamatkan sekolahnya di India, tahun 1936, pulang kembali ke Padang Panjang, untuk kemudian menetap di Singkil Aceh selatan. Dan mengamalkan tharekat Syattariyyah di daerah itu. Kedua orangtuanya merantau ke pekanbaru (Riau) . dari padang panjang mereka telah menganut Tharekat Naqsyabandi dan Syattariyah ini. Namun ibunya di Pekanbaru mengikuti Thareqat yang dianut ayahnya, yaitu thareqat naqsyabandiyah. Namun di pekanbaru, orangtuanya berguru kepada Syekh Pulau gadang yang bermukim di daerah Pulau gadang, kabupaten Kampar. Namun perjalanan hiduppenyair ini.
tidak membawanya melanjutkan tradisi kedua orangtuanya dalam tarekat yang sama (Naqsyabandiyah) , ia memasuki Thareqat Idrisiyah was-Sanusiyah di Tasikmalaya dan diteruskan di Jakarta sampai sekarang dan insya Allah sampai akhir hayatnya.Amin
Penerbitan antologi puisi ini dipersembahkan pertama kepada kepada guru Mursyidku, Syekh Akbar Muhammad dahlan dan Syekh akbar Muhammad Daud Dahlan dan juga sykeh Akbar abdul Fatah. Juga kepada kedua orangtuaku (Arif Bin Montan) dan ibuku (Nurminsam binti Barik). , Kepada kedua istriku, Julaeha binti Ali Suhaebi alias Asmuni. Dan kepada empat anakku, Zahra Mostafavi, Khadijah Zakia, Siti Khairani dan Rabi’ah Al-Adawiyah. Dan abangku serta adik-adikku dan saudara-saudaraku yang lain. Juga kepada sdeluruh anggota Nukleus, Syakirin, Apoet, Ruhiyat, Azizah, Taufik, Aang, Widodo, Dede dan Gembel. Juga kepada Tion di Gerak Gerik. Juga kerpada Bembeng, Suparto (Syahid), Iping, Alvaz, Widi, Saiful, dari teater Altar. Tak lupa kepada ustadz Syukron Makmun (inovasi) dan teman-teman lain yang tak bisa disebutkan satu persatu. Sekarang menjadi ketua Lingkar Sastra Nukleus, UIN Jakarta.
Alamat Emailnya: juftazani@yahoo.com
Kata Pengantar/Sinopsis Puisi:
Ekstase adalah keadaan trance, namun sebagaimana telah diterangkan dalam catatan kaki puisi no 49, catatan kaki nomor 26 menerangkan bahwa , trance bukan mabuk kehilangan akal. Tapi ia justru menyadari posisinya dalam keadaan trance dalam genggaman Tuhan. Ia menyadari bahwa ia adalah al-haq itu sendiri, sedangkan keadaan dirinya telah lebur ke dalam cahaya Tuhan.
Dalam puisi-puisi yang tertera dalam antologi ini, trance yang (mungkin) juga dialami penyair sendiri, lebih cenderung masuk dalam keadaan trance tersebut ketika ia mendengar musik, seperti lagu-lagu yang penulis kutip dalam mengiringi catatan puisi ini, diantaranya lagu-lagu Queen, seperti: Bohemian Rhapsody, Love of my life, atau seperti f mayor opus 50 dari Beethoven. Juga lagu-lagu lainnya yang disenangi penyair yang membuat ekstase dalam perjalanan spiritualnya. Tak lepas pula penyair menceritakan kembali ekstase sufi besar al-Hallaj yang mati di tiang gantungan di kota Baghdad. Suatu tragedy kesalah-fahaman yang pernah terjadi dalam sejarah Islam yang besar. Seharusnya tragedy semacam ini tak terulang kembali di masa datang, karena antara dua entitas (fiqh dan tasawuf/sufi) harusnya saling melengkapi. Seperti kata hadits nabi bahwa, : “fiqh tanpa tasawuf adalah fasiq, sedang tasawuf tanpa fiqh adalah zindiq”. Juga terungkap dalam puisi-puisi dalam antologi ini tentang penyatuan dengan Tuhan, penyatuan yang dalam faham Thareqat Al-Idrisiyyah, tharekat yang dianut penyair ini, adalah tidak mungkin. Mungkin saja penyatuan yang dimaksud ulama-ulama sufi di masa-masa lampau itu dalam garis bawah. Namun karena tidak ada catatan garis bawahnya , maka orang mengira bahwa penyatuan antara manusia dan Tuhan itu adalah total dengan segala wujud dan dzatNya. Dalam faham Thareqat Al-Idrisiyyah hal ini tidak mungkin, karena nabi Musa saja, melihat cahaya Tuhan di bukit Thursina, nabi Musa pingsan. Mungkin penyatuan yang dimaksud para ulama lampau itu adalah penyatuan sifat, perbuatan dan asmaNya. Jika penyatuan dengan dzat Allah Swt, adalah sesuatu yang mustahil dilakukan. Entah penyatuan itu, nanti di akhirat nanti – penulis belum mampu memahami persoalan ini. Namun cita-cita tertinggi seorang murid Thareqat Al-Idrisiyyah adalah penyatuan ruh dengan ruh nabi Muhammad Saw. Penyatuan seperti ini saja, sudah sangat luarbiasa susah-payahnya. Apalagi penyatuan dengan Tuhan dalam segala aspeknya.
Trance yang dialami penyair juga mengambil / menyertai kesadaran sosial anak manusia tentang keadaan sekelilingnya, dimana banyak di antara kita yang kurang beruntung dalam social ekonominya. Alangkah baiknya jika kesadaran trance para sufi mulai sekarang diarahkan kepada trance untuk merubah kondisi social ekonomi ini. Selain itu penyair juga mengutip drama-drama yang kesemuanya menggambarkan ekstase/trance, seperti qais dan layla dalam drama trgedi percintaan Atrab klasik. Begitu ekstase (keadaan trance) percintaan antara Machbeth dan Ophelia, dimana dalam cerita sebenarnya Machbeth hanya pura-pura jatuh cinta kepada Ophelia, namun itu hanya untuk mengelabui ibunya , agar Machbeth leluasa membunuh ayahntirinya di kerajaan Denmark. Begitu juga drama klasik Inggeris yang lain dari penulis yang sama (Shakespeare) yaitu Romeo and Juliet yang menggambarkan ekstase cinta penyair kepada kekasih (Tuhan)nya sebagaimana cinta Romeo kepada Juliet.
Keadaan-keadaan trance semacam ini , mungkin sesuatu yang aneh dan asing dalam kesadaran sekularisme dan modernitas atau postmodernis sekarang nini. Namun orang yang gila dan cinta akan Tuhan, tak peernah mengambil moment tertentu yang tepat untuk mengekspresikan cintanya itu. Mereka bias hidup mdisegala zaman, apakah zaman romantis, zaman neo klasik, zaman kebangkitan (renesan) zaman kemajuan atau kemunduran Islam, zaman modernen, zaman kapitalis dan post modernisme seperti sekarang ini.
Bahwa trance adalah ungkapan yang sangat universal dan bisa dirasakan oleh manusia dari bangsa, agama dan tingkat social apa dan manapun. Trance bukanlah monopoli suatu bangsa, atau zaman atau ideology, trance bias dirasakan seseorang yang merasakan cinta kepada Tuhan. Dari bangsa apapun dia, dari agama ,manapun dia dlsb.
Dalam kehidupan orang sufi (orang yang menekuni tasawuf) kekuatan dan pengalaman spiritual yang cukup intens dan lama telah memberikan puisi-puisi yang lain, yang jarang ditulis para penyair umumnya. Sufi mencintai kematian, juga kehidupan seperti dua sisi mata uang yang dibolak-balik puluhan ribu kali tetap memberi kepastian bahwa hidup dan mati adalah satu kesatuan yang utuh. Bila penyair mengalami betapa indah hidup ini, betapa jauh lebih indah kematian. Kematianlah yang menjadikan jiwa dan ruh ini puas, karena airmata yang berlinang bagai laut yang tumpah ke daratan sebuah benua dengan sempurna.
Pengalaman-pengalaman spiritual seperti ini mungkin menjadi barang langka saat ini, dimana dunia semakin materialis, hedonis dan kapitalis global sxemakin merajalela dengan corong televisinya yang kian mencorong ke tengah jantung kehidupan masyarakat dunia sampai ke desa, ke pelosok hutan rimba sekalipun. Barangkali pengalaman sufi semacam ini merupakan oase (tempat berteduh) bagi manusia yang telah letih dan payah berjalan di tataran kehidupan materi, hedonisme dan kapitalisme. Namun demikian, bahwa sufi (sang salik) tidak memerlukan dunia ini, banyak orang salah faham mengenai kehidupan orang sufi yang nkatanya tidak butuh dunia, tidak douyan dengan dunia dan segala ininya. Mun gkin ini usatu pandangan yang salah, mereka selama hidup di dunia tentu saja membuntuhhkan makan dan minum, sandang dan perumahan, demikian juga untuk anak keturunannya. Namun sikap mereka terhadap dunia dibatasi atau diatur oleh koridor-koridor spiritual seperti zuhud, sabar, sederhana, qana’ah, tabah, dan rajin berzikir (dalam istilah penyair, menari, bernyanyi, berzikir dan sebagainya) itu adalah keadaan trance dalam kesadaran mereka mencari kehidupan di dunia ini.
1 . satu judul lagu Queen.
2 . suara freddy mercuri, bukanlah suara freddy. Itu adalah mutlak suara tuhan! Mutlak suara tuhan
yang maha indah.
3 “Manis dan Sayang” , diambil dari lagu Koesploes, diaransmen ulang oleh kelompok musik RIF dan
divokalkan oleh Erwin Gutawa dalam Erwin Gutawa Orkestra.
4. QS: 10:59
5 . Suara Erwin Gutawa adalah suara abadi (tuhan) dan keindahan itu mutlak milikNya.
6 Satu lagu dari “queen”.dan syair di bawah adalah bagian dari syair lagu Bohemian Rhapsody.
10 . “Che Sara”, judul lagu yang dinyanyikan Jose Feliciano, penyanyi Italia.
11 QS: 24:35.
12 . azazil adalah kepala malaikat di langit sejak Allah menciptakan makhluk gaib jauh sebelum Adam diciptakan.
13 .Q.s. 7:12
14 . ini karya Ludwig Von Beethoven (1770-1827) yang digarap tahun 1790, namun tak pernah selesai. Ini menandakan bahwa persoalan manusia dan iblis sejak zaman penciptaan adam, dan iblis tak mau bersujud kepada adam, tuhan membiarkan masalah ini tak selesai sampai hari ini. yaitu pertarungan antara adam dan Iblis.
15. shalawat badar yang sangat berkesan bagi orang-orang yang percaya campur tangan langsung Tuhan dalam kehidupan.
16 .Iblis tidak saja menolak bersujud, ia juga menolak digolongkan kepada mereka yang bersujud. Dengan kata lain, ia menganggap rendah malaikat yang bersujud (saat itu kepada Adam, namun hakikatnya sujud kepada Allah), juga manusia yang gemar bersujud (setelah terbuangnya Adam dari surga), ia anggap makhluk rendah. Ia membangkang kepada Tuhan karena tak mau mematuhi perintah-Nya. Sombong, dengki dan membangkang merupakan tiga kali lipat kejahatan. (lihat Abd.Yusuf Ali, dalam Tafsirnya The Holy Quran tentang penciptaan Adam, QS.7:12.) . Bagi penulis (penyair) dalam filsafat Sufi, penolakan Iblis ini adalah ketidakfahaman Iblis akan hakikat ilmu dan pemahaman yang diberikan Tuhan sebagaimana diberikan kepada Adam. Dimana Adam diberi ilmu dan diajarkan nama-nama benda oleh Tuhan. Karena itu Descartes menyatakan “Cogito Ergo Sum” Aku berpikir aku ada, adalah sebuah adagium pengenalan diri. Namun Descartes tidak memasukkan pemahaman spiritualitas dalam kredo pemikiran filsafatnya itu, sebagaimana dikenal dalam filsafat sufistik Ibnu Sina, Ibnu Arabi, Ibnu Rusyd sampai kepada Iqbal, Murtadha Muthahhari,Ayatollah Lhomeini, Mehdi Hairi Yazdi dll yang menganut adagium pengenal diri tersebut sebagai: “Tuhan – dalam – diri = diri – dalam – Tuhan.” Sementara Descartes dengan adagiumnya itu mengulang kembali penyangkalan Iblis kepada perintah sujud kepada Adam (baca: sujud kepada Tuhan). Hanya mengakui eksistensi diri sebagai “aku manusia” dan membuang unsur-unsur immanensi dan transendensi.
17 Akal pertama : Tuhan
18 .QS: 7: 172.
19 . “Pasti” di sini, dengan kata lain: kontinyu, bahasa Arabnya istiqamah, terus-menerus atau menetap, tak berubah dan tak terubahkan sesuai dengan niat manusia dalam hati dan kehendak Allah Swt.
20 . Dalam ajaran Tarekat Idrisiyah atau nama lain tarekat Sanusiyah – penyatuan ruh (cahaya) manusia dan Tuhan sebagaimana sering didengungkan sufisme ortodoks (klasik) tidaklah mungkin. Merujuk kepada peristiwa Nabi Musa yang ingin melihat Tuhan, maka nabi Musa diperintah untuk melihat ke puncak bukit Thursina, ketika disaksikan Musa bahwa puncak Thursina hancur lebur, nabi Musa pun pingsan. Itu baru cahaya(nur) Tuhan yang hadir di puncak bukit Thursina, jika dzat-Nya, pasti alam semesta ini musnah tak berbekas. Berangkat dari sini, tak mungkin ruh manusia dapat menyatu dengan Tuhan. Dalam ajaran Tarekat Idrisiyah , cita-cita murid yang paling tinggi adalah ingin menyatu dengan “Nur Muhammad” sebagaimana tercantum dalam wirid yang dilakoni setiap hari , yaitu shalawat ‘azhimiyah yang artinya: “Himpunkanlah antara kami dan dia (muhammad), sebagaimana Engkau telah himpunkan antara ruh dan badan (zhahir)nya dan batinnya diwaktu bangun dan tidur dan jadikanlah olehmu akan dia (tuhan kami) sebagai ruh bagi dzat kami dan seluruh arwah di dalam dunia sebelum akhirat di tangan Yang Maha Besar.”
21 . sebuah karya musik dari Beethoven.
22 satu dialog Mansur Al-Hallaj dengan Ibnu Ata’ sebelum kematiannya
23 .dialog al-hallaj degan Ibnu Ata’ sebelum dihukum gantung oleh rezim baghdad, dikutip dari buku “Warisan Sufi (Buku Pertama) Sastra Sufi Persia oleh Seyyed Hossein Nasr dkk. Hal 115, cetakan pertama. Pustaka Sufi Yogyakarta, 1999.
24 .Ibid, hal 111
25 Ibid hal 111.
26 . ekstase sesungguhnya bukan keadaan trance(trens) yang tak menyadari posisinya dan kemanusiaannya. Justru ekstase adalah kesadaran yang luarbiasa yang naik pada tahap yang tertinggi. Orang yang sedang mengalami ekstase , sadar bahwa dirinya adalah al-haq itu sendiri. karena itu ia tak mempunyai kiehendak kecuali kehendak al-haq dalam hal ini mansur sendiri yang memusnahkan kediriannya (tentunya dengan izin Allah Swt) dan masuk ke dalam kesadaran tahap tinggi (yang dalam kesadaran itu ia tahu bahwa ruh(kesadarannya) telah terserap ke dalam kesadaran yang berada di atasnya(kesadaran sifat, asma dan af’al Tuhan). Penggambarannnya yang lebih jelas, al-hallaj adalah aliran listrik dengan tegangan 20 watt, sementara kesadaran al-haq adalah 100 watt. Karena itu, hallaj masih sadar dalam ekstasenya (trance) itu. Ini merujuk kepada pendapat Ibnu Arabi, al-Ghazali, Mehdi Yazdi Hairi, bahwa penyatuan diri dengan Tuhan itu sebenarnya pada tataran asma, af’al dan sifatNya. Sedang pada dzatNya tidak mungkin. Penulis menambahkan bahwa dzat Tuhan itu digambarkan (diperikan dengan kekuatan listrik 100 trilyun watt , sedang ruh(dzat kita) hanya mencapai 20 watt. Jika ini yang terjadi, mungkin bukan trance atau ekstase lagi yang terjadi, tapi kondisi fana yang wujud ruh sendiri sudah tak menyadari lagi dimana.dirinya berada. Atau musnah dalam kesadaran dzat Tuhan yang kekuatan wattnya yang sungguh tak terbayangkan, bayangan 100 trilyun watt di atas hanya bayangan saya(penyair) sebagai manusia, suatu penggambaran yang sudah sulit kekuatannya sudah berada dimana, pokoknya luarbiasa!.
27 Ibid halaman 118.
28 . Menyatu dengan nur muhammad, hakikatnya adalah cahaya tuhan juga. Tapi itu tahapan (adab-adaban) yang harus dilalui oleh seorang murid sufi.
29 . Hati yang terdalam, sebuah lagu yang cukup mencekam dari Peterpan, perubahan syair yang disesuaikan dengan isi puisi. Sebenarnya pada tahun 1990an, saat itu dalam perjalan dari Ciputat, ke Blok M Jakarta, naik bis kota dimana bis kota tersebut memutar lagu yang sebenarnya kurang saya sukai, karena lagu tersebut lagu cengeng. Namun karena saya harus mendengar lagu itu, akhirnya saya(penulis ) menafsirkan lagu tersebut menurut kesadaran penulis, lagunitu berbunyi:
“kau, bagaikan burung yang sedang melayang, bagaikan bintang yang terang cemerlang”
mungkinkah aku datang ke sana” lagu ciptaan Rinto yang dinyanyikan Nia Daniati itulah yang mengilhami penulis untuk menafsirkan setiap lagu cinta yang penulis dengar. Baik dari kelompok Gigi, Dewa, Slank atau Peterpan sebagaimana penulis kutip di atas. Pendengar jangan sampai larut dengan maksud lagu asli, karena penulis memaksudkannya cinta kepada tuhan alias kekasih abadi.
30 .Q.S. 7:172
31 Qs. 55:33
32 kisah dalam drama “Machbeth” karya Shakespeare, dramawan Inggris abad 14-15.
33 mengutip irama lagu yang dinyanyikan penyanyi angkatan 80an, Grace Simon
34 .perhatikan penampilan arman maulana dalam “Gigi Live Concert” diiringi Erwin Gutawa Orkestra ,
di Yogyakarta pada tahun 2000. .
35 Tatkala Tuhan mengumpulkan semua malaikatNya, termasuk kepala malaikat Azazil yang
akhirnya protes tak mau sujud kepada adam atas perintah Tuhan. Azazil berobah nama menjadi Iblis,dari sosok malaikat (yang penuh ketaatan, patuh , cinta dan kebaikan) berobah menjadi sosok Iblis (yang penuh ketidakpuasan, kejahatan , dendam dan kedengkian.
36 Barshisha, dalam dunia pesantren Jawa lebih dikenal dengan Barsiso atau Barshisho ,seorang pen-
deta Yahudi yang menyamar sebagai musafir yang datang ke rumah Barshisha dan meminta agar di
izinkan menginap selama beberapa hari. Namun di saat menginap itulah Iblis berhasil memperdaya
Barshisha dengan beribadah tanpa makan, minum , tidur dan istirahat yang cukup. Untuk mampu
Beribadah seperti itu Barshisha disodorkan tiga syarat oleh Iblis yang menyamar orang alim dan
shaleh itu, yaitu membunuh, berzina dan minum khamar.