Kamis, 18 September 2008

ekstasde II

J u f t a z a n i

Antologi P u i s i

E K S T A S E

II

Diterbitkan:

Lingkar Sastra Nukleus UIN Syahid Jakarta

Dan Indonesia Tera Magelang.

EKSTASE 100

senja berlabuh

para pengembara berdatangan

dari negeri jauh

menyanyikan hymne abadi

melakoni sendratari sunyi

pemabuk-pemabuk itu

datang ke sini

berjungkir balik

penuh akrobatik

cinta!

Rindu!

ingin bertemu

seperti dulu

senja berlagu

menarikan koreografi rindu

pemabuk-pemabuk datang bergelombang

menggantikan pengembara yang telah terbang

tak kembali

mabuk!

seperti laron melepaskan sayap-sayap

terbang dengan cahaya

tubuh egonya terbujur kaku

kini ia tidur di ranjang cahaya

Ciputat 11-9-2005

EKSTASE 101

laut memerah

permukaannya telah kau bakar

mengobarkan kilatan cahaya

bintang-bintang mengantarkanku

ke pintu ‘arsymu

aku seperti arman

menari

bernyanyi

di malam penuh gemuruh

ruh-ruh bersimpuh

jatuh di teras kerajaan ‘arsymu

memanggilku depan istanamu

tertutup rapat

burung-burung berterbangan

menubruk pintu keagunganmu

jatuh di kaki ma’rifatmu

dalam mabuk mereka menari

seperti arman bernyanyi

luka sebab cinta

mereka mengintip di balik jendela

lampu kerajaan kau padamkan

tanda kau diamkan rindu dan bara cinta

tapi mereka lebih gila

menari, bernyanyi

di atas panggung arman berlari

kau buka jendela dan pintu kerajaanmu

lampu-lampu kau hidupkan kembali

berterbangan ruh-ruh mendatangimu

di tengah pancaran cahayamu

pecah tangis kerinduan

lebur dalam keindahan

suara mereka masih menggema

dari lautan ‘arsymu :

ternyata kutak bisa 37

hidup tanpa dirimu

kutelah jatuh padamu

menjadi gila terhadapmu

kutelah jatuh padamu

kepadamu

kutelah jatuh padamu

menjadi gila terhadapmu oooouooo

kutelah jatuh padamu

kepadamu”

Ciputat, 12-9-2005

EKSTASE 102

kekasih, suaramu memabukkan

aku bernyanyi mencarimu

dari kedalaman jiwa

menari

seperti kabut

datang

dan pergi

kekasih, musikmu

harmoni-harmoni yang

menakjubkan

tarian melodi cinta

tak pernah sirna

o aku datang ke pesta musikmu

aku menari - lebur dalam dinamika

melodi dan dentuman ruhmu

ekstase!

lidah ruhku memanggil-manggil

allah! allah! allah! allah! allah!

allah! allah! allah! allah! allah!

Ciputat, 13-9-2005

EKSTASE 103

akulah abadi

datang ke dunia fana

mencari unsur-unsur

yang ingin kukekalkan

datang kepadaku

mereka yang rindu

melayang-layang di langit ‘arsyku

matanya tak sedetikpun

menoleh tanah

keabadian mencampakkan

semua unsur tanah

mengurai kabut

melenyapkan debu

datanglah hai kekasih

dari kerendahan alam fana

kalian cahaya-cahaya kurindukan

menjelma burung nasar

sayap-sayap debu kalian telah rontok

aku pasangkan sayap

dari sinarku

terbanglah ke a’raf

tempat sumber sinar memancar

tempat segala kasih bergetar

maqam cinta tak henti-henti berkobar.

Ciputat, 13-9-2005

EKSTASE 104

republik kekasih

negara dengan warga negara utama

penguasanya ruh tertinggi

penduduknya filsuf utama,

pembaca segala buku, pencinta abadi,

pemikir ulung, tentara terkuat,

rakyat terpatuh, jiwa ekstase

di negeri ini

tak ada pemberontakan

pemberontakan adalah refleksi kebodohan,

kelemahan, kehinaan dan tidak mengerti

posisi diri

mereka mengemuka sami’na waatha’na

sumber kecerdasan, kemuliaan dan kekuatan

musik lembut mengalun abadi

suara-suara indah nirwana

hiasan utama negeri kekasih

dengan pemabuk kepada cahaya abadi

menari-nari

di tengah keramaian yang sunyi.

Ciputat, 13-9-2005

EKSTASE 105

dunia ini ilusi

fatamorgana!

para pencinta menyaksikan

perubahan pada wajahnya

esensi dan eksistensinya

selalu berlalu, bersembunyi,

penuh gengsi

tak ada kemabukan dan ekstase

dalam perubahan

kecuali kemelambungan

pada kerusakan dan kebinasaan

ekstase pada dunia kematian

ekstase pada kefanaan

pencari kebenaran

mengambil dua jalan bersimpangan

satu jalan mendaki wujud materi

mereka merebut ilmu pengetahuan

jalan lain menyelam ke lautan cinta

mereka menguasai wilayah ma’rifat,

‘arsy dan a’raf

bersembunyi di tengah manusia

dan taburan bintang

mereka menumpahkan segala penampakan

dan kemegahan

kepada kekasihnya

selendang mereka hanyalah kehinaan, kerendahan hati,

kepasrahan dan ekstase

dalam warna, gerak dan suara

o dunia ini ilusi

fatamorgana

pencari kebnenaran pendaki materi

menemukan sorganya di sini

pencari kebenaran hakikat cinta

merasakan sorga di sini dan di sana

tapi mereka men hyelam ke samudera jiwa

sembunyi di palung lautan abadi

pengagung materi

mencorong kemegahan,

berselendang kesombongan

menginjak keadilan

di bawah telapak kaki sendiri.

Ciputat, 13-9-2005

EKSTASE 106

laut yang tenggelam

dalam duka

ombaknya menggapai langit

menjerit

merintih

rindukan kekasih

karang dan pantai ikut jatuh

camar datang membentang kabar:

kekasih sedang menyaksikanmu

ombak terus menjerit

karang dan pantai bersimpuh

musik abadi mengalun

dari ketinggian langit

air mata seperti hujan

tiba-tiba membasahi alam

laut pun tenang

setelah udara dingin

disirami kasih cinta abadi

karang dan pantai ekstase

bersama nyanyian nirwana

tiada henti.

Ciputat, 13-9-2005

EKSTASE 107

rata

gunung tinggi bersimpuh

sujud ke bumi

ruhmu gemetar

kekasih yang lembut

menjelma halilintar

lebur

puncak sinai gagah perkasa

musa tertidur panjang

ketika tak mampu

pertahankan ekstasenya

khidir yang ekstase abadi

mengusir musa dari sampingnya

ketika khidir lewat

air sujud, sampan berlutut

tapi musa terheran

seperti seorang filsuf eureka!

o mereka telah bersimpang jalan

jauh sebelum bertemu.

Ciputat, 13-9-2005

EKSTASE 108

gila!

aku terbakar api cintanya

seperti dahan bergetar

dihembus angin dari ketinggian ether

aku pun menari

melagukan nyanyian abadi

di tengah riuh dunia

kekasih tertawa

dari balik tirai rahasia

seperti telah berhasil

mempermainkanku

mabuk, menari, bernyanyi

gila!

aku terbakar api gairahnya

melambungkan lamunanku

saat sendiri

taman-taman asri

burung nuri dan kenari

wangi minyak kesturi

menggodaku

di jalan-jalan abadi

penuh keanggunan

aku pun gila karenamu

obatilah aku kekasih

karena aku telah menderita sakit

karenamu.

Ciputat, 14-9-2005

EKSTASE 109

pencinta datang

drum ditabuh

seruling ditiup

saxofon, trombon, gitar dan

piano mengikuti harmoni

pencinta menari

bernyanyi

disilang terpaan biola

pencinta mabuk

trance memasuki kobaran api

tapi tak terbakar

pencinta menelan api

namun tak panas

sihir bukan

ilmu bukan

ini kekuatan cinta

ilmu abadi

pencinta diberi

keajaiban seperti nabi.

Ciputat, 14-9-2005

EKSTASE 110

hampa jiwaku

seperti bejana

kosong

bagai tubuh tanpa vibrasi

daun-daun bisu

pohon-pohon mati

kaku, sinyu

hampa jiwaku

seperti taman tanpa pohonan

tiada bangku-bangku dan nyanyian fauna

kehidupan tak berarti

tanpa cinta dan kisahmu

tiada trance dengan kehampaan jiwa

seperti orang gila

wajah kosong tanpa ekspresi

tiada notasi nada

dalam langkahnya

o kekasih

lindungi aku

dari kehampaan seperti ini

seperti batu

batu pun masih berkata

dengan diamnya.

Ciputat, 14-9-2005

EKSTASE 111

suara pungi 38 menari

seekor kobra muncul

di mulut sarangnya

ingin makin dekat

menyatu dengan nyanyian pungi

lupa segala bencana

dan prahara bakal tiba

pungi makin menyatu dengan kobra

ekstase!

mengangkat kepala

menggoyangkan ke kiri dan

ke kanan

dan syekh 39 meniup seruling ajaib 40

di hadapan murid-muridnya

bergelombang murid terjauh datang

bercawan anggur

mereka reguk dari genggaman syekh

murid makin menyatu dengan ruh 41

menari, menyanyi

lupa segala huru-hara dunia

mereka mabuk di taman abadi

mabuk bersama burung-burung yang trans

pohon-pohon pun bernyanyi

semua yang hadir menari-nari

gila dan tak terkendali.

Ciputat, 14-9-2005

EKSTASE 112

di setiap dermaga

anjungan-anjungan kapal terbakar

penuh huru-hara

orang-orang penuh dosa

tiba-tiba mengenal kekasihnya

menjerit memanggilnya

kekasih tertawa:

benarkah kalian ekstase

terhadapku?”

namun orang-orang pemabuk khamar itu

tiba-tiba berubah pemabuk dzikr

seperti arman berlari di atas panggung

pendosa-pendosa itu

berlari di atas dermaga

menari

bernyanyi :

kutelah jatuh padamu38

menjadi gila terhadapmu ooouoo

kutelah jatuh padamu

kepadamu

Ciputat, 14-9-20005

EKSTASE 113

ketika pohon masih dihormati

saat langit dijunjung tinggi

tatkala bumi disujudi

waktu manusia saling menyapa

musik 42 sarana pemenuhan spiritual

sumber penyembuhan

dan kehidupan

ketika tanah dibongkar

pohon-pohon terkapar

bumi dikangkangi

dan manusia tak henti-henti bertengkar

musik sarana untuk melupakan tuhan

sumber penyakit

kerusakan

dan ekstase pada kematian!

Ciputat, 15-9-2005

EKSTASE 114

bayang—bayang cinta

telah mempesona ruhku

tapi pencinta

telah lama tak kusaksikan wujudnya

ia telah memanifestasikan

cintanya

kepada alam semesta

ia bersembunyi

untuk waktu tak ditentukan

sampai akhir jagad semesta

sampai cinta terkikis dari dunia

sampai cinta menggelepar

seperti hewan disembelih

musik adalah cinta

cinta adalah kehidupan

kehidupan adalah tuhan

apa yang kau persepsikan

dan konsepsikan tentang tuhan?

seseorang telah menjawabku :

“ah! persetan

tentang tuhan!”

Ciputat, 15-9-2005

EKSTASE 115

wahai cinta

tersenyumlah pada dunia

tapi wajahmu

tak pernah kulihat tersenyum

hangat pelukanmu

gemetar pada kehidupan

duduk simpuhmu

menggigil di taman salju

tak seorang pun memerlukan cinta

kecuali untuk segelintir keserakahan,

egoistis dan hedonistik

cinta - ruhnya telah dibunuh

tubuhnya ekstase di night club,

bar, karaoke, kamar-kamar hotel, kafe-kafe,

lounge dan fittness

o cinta

lepaskan aku dari pelukan tubuhmu

penuh mesum itu.

Ciputat, 15-9-2005

EKSTASE 116

tuhan telah mati!

johann wolfgang von gothe

telah menyatakannya padaku

“aku ingin segera menyerahkan

diri kepada setan

andai saja aku sendiri bukan

setan!” 43

tuhan dibunuh dimana-mana

bahkan dalam mesjid, gereja,

kuil hindu dan budha, sinagog

tuhan terkapar di depan altar

orang-orang mabuk pada cinta 44

pada dusta

ekstase pada kenistaan dan kehinaan

karena ruhnya telah terbunuh

digantikan nafsu yang membara

seperti iblis

yang ingin berbuat apa saja

di alam semesta.

Ciputat. 15-9-2005

EKSTASE 117

lidah-lidah biola 45

mengalun indah

di keagungan langit

menggapai ‘arsy

menunjukkan kebesaranmu

yang abadi

sebuah vibrasi

antara cahaya dan bunyi

menggetarkan ruhku

seakan berjumpa denganmu

aku ekstase

namun sesaat kau berlalu

ruhku tersadar sendu

dimana kamu

rupa semu

suara berlalu

datanglah kembali kekasih

seperti lidah biola

atau tabuhan perkusi

memeluk ruhku yang rindu

terpancar kebahagiaan abadi

seperti airmata

memancar bagai melodi.

Ciputat, 16-9-2005

EKSTASE 118

piano menderai

di atas partitur jiwa

akan datang malaikat-malaikat

membawakan lagu-lagu indah

dari ketinggian ‘arsy

membelai lembut ruhku

selembut nada-nada biola

mengiringi bidadari berbulu angsa

menari seperti ballerina

memukau mata

bagai perawan-perawan meluncur

dari surga

dan vokal abadi

menusuk tajam ke dalam ruhku

lengkap keindahan, keanggunan dan keagunganmu

terpapar nyata di depanku

menggetarkan sukma

tak terasa

wajahku basah

bersimbah airmata!

Ciputat, 16-9-2005

EKSTASE 119

di laut dalam

ikan menari-nari

perahu dan nelayan

mengaji malam

berakhir di ujung azan

ombak ekstase

mengajak perahu dan ikan

menari

bernyanyi

bulan tersenyum iri

bercawan anggur

telah memabukkan

nelayan, perahu dan ikan

dengan bahasa cinta

di lautan

badai tertidur

langit tafakur

burung-burung laut

datang dengan nyanyian kasihmu

mengabarkan cinta

dan keabadian

topan dan prahara tersipu malu

terbungkuk-bungkuk menyingkir

seperti iblis dan setan

malu kepada syekh mursyid abadi.

Ciputat, 18-9-2005

EKSTASE 120

dengan senja

aku mengeja maghrib

kuusung ruhku

(atau ruhku mengusung diriku)?

ke atas mihrab

kumandangkan azan

aku ekstase perlahan

suara!

nyanyian itu

menyapa keindahan cakrawala

kepak hitam burung-burung walet

makin menghidupkan suasana senja

di balik cakrawala

iblis saling bertubrukan

dikejar panah-panah

ekstase muazin

datang melambari senja

dengan cinta

muazin sinting! muazin sinting!”

teriak iblis

membereskan rambutnya yang terburai

sambil menyelamatkan ruhnya

yang hitam

terbakar tertembak panah

terbirit-birit disertai luka

dan sebelah matanya buta.

Ciputat, 18-9-2005

EKSTASE 121

dada

berkubur luka

seperti dara

ekstase cinta

pulang ke rumahnya

menating sekarung luka

dara

pulanglah ke rumah cinta abadi

di sini lukamu

akan terobati

ekstase!

rindu!

cinta!

bersatu tari dan lagu

derai tangismu

membuka kotak pandora

rindumu dari azali

tak seperti cinta azazil

yang terus mengyingkir

setiap hari

menyiang hari.

Ciputat, 18-9-2005

EKSTASE 122

seperti prahara

aku mengamuk

mematahkan awan

pohon laut tumbang

kuhempaskan ke permukaan gelombang

ekstaseku

kemabukan yang memusar

membelit pusar laut

kupilin tali kehidupan

maut di depan mata

pecah kepala

patah tulang rusuk

bayi-bayi terbanting

seperti prahara

aku ekstase

tanpa kutahu

kapal iblis

tumpat!

poranda!

berantakan!

kuputar pusaran laut

akibat ruhku

ekstase seperti hallaj

yang gagal meredakan prahara

dalam dada

hingga raja mengamuk

ulama merajuk

tapi akhirnya menuding si hallaj gila

telah memutar-mutar jagad fiqihnya

bagai kota lumpuh berantakan

daripada umat porak-poranda

lebih baik kau jatuh

di tiang gantungan”

lalu al-hallaj berlagu

“ternyata kutak bisa46

hidup tanpa dirimu ooo

kutelah jatuh padamu

menjadi gila terhadapmu

kutelah jatuh padamu

kepadamu

kutelah jatuh padamu

menjadi gila terhadapmu ooouoo

kutelah jatuh padamu

kepadamu

ciputat, 18-9-2005

EKSTASE 123

daun-daun ekstase

dalam darahku

dalam nadi

dalam benakku

menari seperti padi

dihembus angin

burung-burung menyerbu

dengan riuhnya

petani gembira

memanen dan dsimakan

anak istrinya

tahun-tahun ekstase

dalam episode dasawarsa

yang hilang

peristiwa yang jadi kenangan

lenyap

ditelan abad semakin fani

ditelan rindu para pencari

cinta abadi.

Ciputat, 19-9-2005

EKSTASE 124

flute yang menari

di angkasa ruhmu

seperti badai yang memusar

dalam ekstase harmoni

drum, perkusi, gitar, piano dan melodi

dan suara vokal yang menggemparkan

prahara berbagai badai

menghempas ruh-ruh tidur

menghentakkan mereka

pada partitur-partitur zikir

daun dan pohon menari

menyanyikan keagungan ‘arsy

dengan irama abadi

ekstase dalam sunyi.

Ciputat, 19-9-2005

EKSTASE 125

para pemabuk menyanyikan

cinta dan kebenaran

diiringi musik yang menggetarkan

dawai-dawai ruhnya

keluh kesahnya

membuka jalan dunia tak terlihat

airmatanya membasuh dosa

dan noda berabad-abad

o seruling itu nyanyian kerinduan tuhan

pada makhluknya

datanglah kembali ke pelukannya

dengan bernyanyi dan menari

seperti seekor anjing

mengibas-kibaskan ekornya

mendatangi tuannya

nyanyian dan tarian ini

tak pernah tertulis di dalam buku

tak juga dinyatakan dalam ucapan

dan tak mampu diajarkan oleh guru

ekstase ini datang

pada dirinya sendiri.

Ciputat, 22-9-2005

EKSTASE 126

tuhan meemerintahkan para malaikat

bernyanyi dan menari

merayu ruh

enggan masuk ke tubuh (adam)

dalam ekstase

ruh mabuk bersama tarian dan nyanyian

ia pun masuk ke tubuh

yang tatkala sasdar

menganggap tubuh adam penjara

marilah kita bernyanyi dan menari

keluar dari penjara ini

agar terbebas dari liku-liku kehidupan

yang menipu dan melelahkan

kita ekstase pada cinta

dan kebenaran.

Ciputat, 22-9-2005.

EKSTASE 127

pada awalnya adalah musik

penciptaan alam semesta

dengan dentuman perkusi

dawai-dawai ruhani

lengkingan keperihan

dan tawa kebahagiaan

pada mulanya adalah musik

bahasa arab, ibrani dan sanskerta

paduan sedikit kata dan musik

dengan tarian terbaur

linangan airmata

mereka bernyanyi

dalam duka dan kepedihan

mereka menari

saat suka dan kegembiraan.

Ciputat, 22-9-2005

EKSTASE 128

kesadaranku lepas

dari seluruh ruang hidup

melayang di atas

penampakan fisik dan mental

setitik cahaya

tembus ke dalam mataku

aku berjalan bagai cahaya

aku tak sadar

dengan eksistensi jasad dan mentalku

ekstase!

seperti getaran petir

menyinari ruhku

melayang ruhku

mengambang jiwaku

mabuk dengan anggur surgawi

tangan-tangan bidadari

seperti cahaya membimbingku

naiki tangga-tangga surga

melayang di atas kemegahan bumimu

terbang di keindahan langitmu

mabuk seperti nada biola

memeluk ruh kerinduan

tak terperikan

pecah batu dalam jiwa

memancarkan mata air

bermuara di kornea jiwa.

Ciputat, 23-9-2005

EKSTASE 129

kutub membakar wajahku

angin utara membadai

menyapa pantai

jadi kenangan usai

kitab rumi menyapu kemabukan cendekia

ekstase bagai fase-fase kehidupan

menampar kecantikan intelektual

menjelma serigala

menguras isi bumi

ilalang mencambuk jiwaku

mengirim badai

membuka pertempuran armagedon

di sudut-sudut semesta

malaikat pun terkulai

menunggu tiupan terakhir

menghempas lembaran-lembaran dunia

jadi serpihan debu.

Ciputat, 2 Oktober 2005

EKSTASE 130

menari dalam lintasan-lintasan ruh

api cinta menyala

bintang-bintang sirna

seperti cahaya jiwa adam

yang tercuri dari surga

angin puyuh dari hutan ruh

menghemp[askannya

ke peermukaan dunia

bernyanyi di bening ekstase cahaya

ruhku terkapar

segera kusadar dan sujud di altar

menyanyikan keindahan abadi

denting gitar dan lantunan piano

berlari bersama lidah biola

tiba-tiba bersujud kepada jiwa segala jiwa

o andromeda dan gugusan semesta

terkejut ruh-ruh yang berlari dan bernyanyi

menuju cahaya abadi.

Ciputat, 7-10-2005

EKSTASE 131

kicau burung di surga

menyinggung dawai-dawai cahaya

bidadari bertelekan di ranjang penuh permata

turun dan menari seperti rasinah 47

yang terlalu mahir patahan-patahan cahaya

merenda cinta

m,enikam luka

memendam asa

ekstase seperti pejalan cinta

lebur! Menyatu dengan cahaya

desir angin dari surga

menabuh drum

liuk-liuk biola menyanyikan lirik-lirik kepedihan

adam dan hwa

terpaksa gila kehilangan cahaya

yang telah tercxuri

dari misykat ruhnya

berdentam –dentam terbakar prahara

lecutan biola

percikan api dawai gitar membara

iblis ekstase kehampaan cinta

adam!

hawa!

pakailah busana kalian kembali

perzinahan terlarang di surga

juga di atas dunia!.

Ciputat, 7-10-2005

EKSTASE 132

di tepian waktu

cahaya bersujud

dalam kenangan yang luput

seperti musa merindukan cahayamu

hadir di situ 48

segera ruhnya bersujud

dipeluk kenangan yang semaput

ruh musa mengembara berdarah-darah

tak ingin lagi berjumpa

dalam kerendahan yang hina

betapa hampa jiwa, fana, lemah dan hina

tatkala berjumpa ruh absolut

langsung melecut

wujudmu mengkerut.

Ciputat, 7-10-2005

EKSTASE 133

rahman dan rahimmu

membahana di ceruk jiwa

seperti air

jernih mengalir

senandungkan musik

tetabuhan ritmik

genta m emamtik

rindu dan isy’q

dalam wilayah pengetahuan ‘arsy

jangan kau bilang mistik

tak ada gelap

dalam garis kehidupan dan kematian

yang maujud hanya ekstase

trance yang tak pernah musnah.

Ciputat, 7-10-2005

EKSTASE 134

seperti picasso 49

mengembara di retak ilham

meneteskan luka

ke lembah jiwa

begitulah ruhku terpisah

pedih dan kesepian

meronta!

hampa dan sunyi

melecut jiwa

dengan derai airmata

dari nganga luka jiwa:

“kembalilah kekasih

walau sebentar saja!”

bibir ini basaah

tetesan zikir

dan makna-makna

entitas-entitas berobash

menjadi embun

mendingin jiwa.

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 135

kenangan lauhul mahfoedz

ngembara dalam cita dan cinta

entitas-entitas sukma

berpencar bagai bintang

berdiaspora

saat ledakan pertama 50

ketika kekasih

menyapa dengan penuh rahmah

“ayolah bertakwa

jalan kehidupan paling niscaya!”

ruh-ruh itu tertawa

tak mengenali lagi

yang menyapa adalah ruh abadi

sedikit sekali yang kembali

dan bercumbu dengan kekasih.

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 136

kelopak bunga dan serabngga

ekstase di semesta

menapaki reruntuhan rindu

menari dalam getaran cintamu

seiring partial formlessness 51

biola yang membentuk tangga cahaya

menari dan berlari ke naungan ‘arsy

seperti tentara Allah

yang berperang melawan

jiwa, nafsu dan kemanjaan setaniah.

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 137

bukalah daun jiwamu descartes 52

yang telah mengering

dari aliran air 53

daun kering kecerdasanmu

ytelah melahirkan enstein

yang menghancurklan nagasaki dan hiroshima

nyanyian james watt

menjelmakan kota ilmu pengetahuan

yang membopngkar akar cinta

dan membuangnya ke comberan

ilmu pengetahuan adalah cahaya menipu

jutaan laron berterbangan

dan terbakar apinya yang palsu

orang-orang ekstase di laboratorium

orang-orang trance di pub dan night club

mabuk mariyuana, ekstasy dan pil leksotan

dimana ruhmu kau kuburkan rembrantdt 54

kesenian hanyalah percikan nafsu

yang telah membunuh kesucian ruhmu.

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 138

cogito ergo sum!

riuh tepuk tangan dunia

tatkala descartes berhasil

mencabut pohon vera philosophiae 55

dari bangunan modernitas

steuco 56 telah dicampakkan

dari hakikat ilmu pengetahuan dan filsafat

eureka!

teriakan kebodohan

bergema di langit jagat pengetahuan

tuhan realitas yang tak maujud

dalam kehidupan

jerit manusia yang resah

tak pernah memperoleh jawaban dari ‘arsy

sumber abadsi kehidupan .

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 139

biarlah bumi ini

ekstase menuju kehancuran

walau bertrand russel 57

menjerit

modernitas kehilangan jejak abadi

modernisme adalah debu-debu penuh api

yang membakar karpet-karpet persujudan

yang menghamparkan kesadaran ruh

dalam peta keduniaan

biarlah dunia ini

trance menuju kegersangan cinta

pembunuhan-pembunuhan adalah

kewajiban modernisme

pelacuran dan penipuan agenda modernitas

dunia terus meluncur ke lembah kehinaan

seperti adam

jatuh dari surga ke dunia

descartes 58 dari dunia

ke jurang neraka.

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 140

di tengah padang gelap

terhampar setitik cahaya

melesat dan membakar hitam yang menyelimuti

domba-domba tertawan kegelapan

berlari menyelamatkan diri

tapi domba yang menari

menyapa cahaya dan menikmati

ledakan-ledakan cinta

menerangi langit jiwa

dengan suara koor yang kompak

menyanyikan “selamat datang penyelamat cinta!”

kembang-kembang api keabadian

menyusun seribu taman

domba-domba yang tercerahkan

ekstase

bernyanyi dengan sejuta gelombang keindaha

cantikmu

tuhanku!

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 141

patahan-patahan cahaya

di gugusan andromeda dan al-farabi

mencium bintang memeluk ether

di sudut atmosfir

badai luar angkasa ekstase

menciptakan kabut dingin

hitam membeku

dari gumpalan es berkabut

melesat seekor burung

terbang lurus memasuki ‘arsy

kabut, es, ether dan badai

berzikir keras sekali

karena burung itu

meninggakan berkas-berkas cahaya

yang terus berzikir

seluruh entitas di gugusan andromeda dan al-farabi

riuh tarian dan nyanyian

menggetarkan sendi-sendoi keagungan ‘arsy

karena entitas-entitas itu memuji

penguasa alam semesta

yang menggenggam kebesaran ‘arsy

gagah peerkasa.

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 142

dengarlah badai yang merintih

mencari puncak ekstase abadi

berjuta tahun ia terdiam

di ceruk lobang hitam

di gugusan ibnu sina dan qalkilya

dengarlah badai yang menggeram

menemukan pucuk-pucuk trance

tapi gugur karena kelalaian

mengingat kekasih

panah-panah badai meleleh

menunggu jutaan tahun mewujud lembing-lembing

taufan

menghancurkan gumpalan-gumpalan kabut

yang membeku

para malaikat menggiringnya

memasuki stratosfir bumi

berakrobatik di hutan amazon, virginia dan siberia timur

penduduk bumi menjerit

karena badai ekstase

berzikir di atas perkampungan manusia

yang lupa!

Ciputat, 8-10-2005

EKSTASE 143

genggamlah ruhmu

jadi segumpal cahaya

tapi ruhmu yang kecil itulah

yang membawa tubuhmu yang besar

kemana-mana

segenggam ruh

adalah kehidupan yang abadi

sebesar apapun tubuhmu

bila ditinggal ruh

jadi bangkai

menebarkan bau busuk kemana-mana

segenggam ruh

yang taat pada allah dan rasulnya

menebar wangi kesturi

ke segenap semesta

bahkan bangkaimu yang terbaring

di kuburan

mengeluarkan aroma wangi

dan aku menangis

mengenang dan mencium kuburanmu

seperti ini.

Ciputat, 9-10-2005

EKSTASE 144

misteri kehidupan ini

adalah misteri kematian sekaligus

rahasia dunia ini

rahasia akhirat serempak

ketakterpahaman terhadap perempuan

juga ketakmengertian kepada laki-laki

siapakah yang menciptakan

semua ini?

rahasia ekstase kepada kekasih

adalah rahasia kemabukan pada dunia

misteri gelap

misteri terang sekaligus

satu sisi mata uang tak berdiri sendiri

tanpa sisi mata uang yang lain

tegaskan tujuan pengembaraanmu

jangan terpedaya hidup dan mati

usah takut pada gelap dan terang

rindukan saja satu nama

kekasih abadi

allah!

Ciputat, 9-10-2005

EKSTASE 145

bintang pun terbakar

meledak!

Eestase!

hancur dan kembali ke rahmatullah

esensi dan eksistensinya

bertebaran di alam semesta

jangan kau kira

setiap hari hewan, tumbuhan dan manusia

mengalami ajalnya

bintang di luar anbgkasa pun

setiap hari menemui kematian

manusia mati membekas kuburan

bintang mati meninggalkan

reruntuhan.

Ciputat, 9-10-2005

EKSTASE 146

senja di pucuk-pucuk sukma

cemara menjulang di lereng-lereng badai

menyapa keangkuhanmu

aku datang kekasihku

bagai pusaran prahara yang siuman dan lumpuh

di bawah pancaran ‘arsymu

di sepanjang perbatasan penuh pertempuran

manusia-manusia terkapar

dadanya yang terluka

menganga perlihatkan rabu yang pecah

ngalirkan darah

lalat-lalat kemuraman

mengerubuti tubuh-tubuh membusuk

iblis yang licik penuh culas

mengumumkan kemenangan perang

menyongsong akhirat

yang makin dekat!

Ciputat, 9-10-2005

EKSTASE 147

azan menari-nari

di taman hati

pucuk-pucuk zaitun

melambai dari ketinggian

di lereng-lereng bukit di surga

sebotol anggur di bawakan bidadari

di atas nampam

para pencinta menggapai penuh ekstase

di atas badai

pencinta-pencinta bertawajjuh

dengan kekasih

menelusuri hutan asing dan sungai ganas

di amazon

menyisir bintang-bintang

di gugusan bimasakti tak dikenal

sepanjang perjalanan

pencinta-pencinta tiada henti menari,

bernyanyi

melagukan keindahan taman-taman abadi

bercerita tentang wajah kekasih

tatkala dipertemukan

airmata berguguran menatap kecantikan

yang belum pernah terbayangkan

o cantikmu!

sejuta bius merajam tubuh

dan ruhku!

Ciputat, 9-10-2005

EKSTASE 148

mabuk aku!

di atas trem-trem tercepat di luar angkasa

panah-panah badai memecah kaca jendela

gerbong-gerbong tersungkur

di atas rel yang porak-poranda

aku menari-nari

di antara planet dan bintang yang ekstase

menyunggingkan senyum si gila

kekasih menonton saja

dari balik tirai cahaya-cahaya

catatlah aku dalam diarymu

sebagai kekasih yang tergila-gila kepadamu

kumainkan biola

agar kau mendengar keindahan permainanku

kusapukan airmata pada kanvas

lihat lukisan indah yang kupersembahkan

karena kerinduan ruh dan jiwa

mabuk aku!

kutinggalkan trem-trem yang mogok di luar angkasa

aku melayang bersama jibril dan guru mursyidku

mencari istanamu yang belum kujumpa

bintang dan planet bertabrakan

seluruh gugus bimasakti telah terlewatkan

aku menari di bawah pancaran cahaya ‘arsymu

terheran-heran penuh takjub

menatap kebesaran dan keagungan

yang belum pernah kubayangkan!

Ciputat, 9-10-2005

EKSTASE 149

sepanjang rawa berlumpur

kutatap esensi dan eksistensiku yang hina

hitam, kotor dan bau

ketika aku dihina manusia

sadar aku

esensi dan eksistensiku

lumpur hitam di rawa-rawa

diaduk dengan cahaya, angin, air

aku dishalat (tegak) kan allah

maka aku harus menshalat( menegak) kan

allah dalam tubuh dan ruhku

sepanjang rawa berlumpur

kusaksikan allah mengangkat martabatku

para malaikat menyanyikan:

“engkau makhluk paling mulia!”

nyanyian itu kudengar nyata

saat manusia terlelap semua

aku tahajjudkan ruhku

menyujudi lumpur di rawa-rawa

seperti para malaikat menyujudi adam

sebagai penghormatan teramat agung

kepada pencipta

sepanjang rawa berlumpur

aku menangisi hakikatku

yang tiada berharga

tapi juga kutangisi kebesaranmu

yang tak pernah mampu kupahami

dengan tubuh penuh lumpur hina

pantaskah aku berkata:

“kekasih kepadamu?”

o tuhanku

betapa agung

cintamu kepadaku!

Ciputat, 9-10-2005

EKSTASE 150

dari buku diarymu, kekasih

engkau menulis sepucuk surat

menceritakan taman-taman terindah

dan kaum kirimkan lewat email

dalam mimpiku

di saat kuterjaga

aku tersedu mengenangmu

wajahku basah

lalu kau layangkan selembar sapu tangan

dari surga

kubaca pada lembar saputanganmu

kalimat istighfar seratus kali:

“setiap hari

hapuslah airmatamu

dengan saputangan ini!” ujarmu dalam hening

dan sunyi.

Ciputat, 9-10-2005

EKSTASE 151

kembara telah kutanamkan

dalam jiwa

tanah ini hanyalah taman persinggahan

tanahnya jauh lebih buruk dan tak abadi

aku menetap untuk bekerja

mengumpulkan belanja

untuk berangkat ke surga

kembara telah kutancapkan

dalam ruh

aku singgah sebentar

hanya mengumpulkan bekal

kemudian taman ini pasti kulupakan

selamanya

walau karib kerabat

melepasku dengan derai airmata

kembara telah kutuliskan

pada puisi-puisi cinta

karena kekasih hakiki

tak ada di sini

kuselalu rindukan dunia sana

dimana kekasih tercinta

bertahta.

Ciputat, 10-10-2005

EKSTASE 152

lepaskan ruhmu, manusia

seperti kau melepas kantukmu

menuju tidur

kepergianmu bukanlah

menuju dunia maya fatamorgana

selalulah ekstase padanya

mengembarakan ruhmu

singgah di rumahnya

mekarkan bunga cintamu

mwenghiasi karang keimanan

tertancap kokoh di lautan

lepaskan ruhmu, manusia

pasrahkan semua jiwa dan raga

selalulah menari riang gembira

dan bernyanyi mengenangnya.

Ciputat, 10-10-2005

EKSTASE 153

sinar ultra violet

berlari menerangi gugusan qalkiya

bintang tsurayya tertegun sejenak

suara azan jauh terdengar

menembus batas-batas stratosfir, atmosfir dan

outosfir di bumi

teringat ia awal penciptaan semesta

nur muhammad tiada henti

menzikirkan kekasih

muhammadlah guru segala pencinta

yang membayangkan dan merindukan

kekasihnya siang dan malam

saat berdiri, duduk atau terbaring” jerit bintang

tsurayya kepada bintang qarmita

o kerinduan demi kerinduan

telah jadi ritual abadi

setiap makhluk yang mencinta kekasih

ekstase!

lebur dalam cahaya

menyilaukan mata jiwa.

Ciputat, 11-10-2005

EKSTASE 154

kubaringkan ruhku

di dalam peti mati itu

tubuhku berdiri kaku

menatap ruhku membaringkan dirinya

sesosok malaikat bertanya:

sudah waktunyakah

kau terbaring di situ?”

“aku tak tahu!” jawab ruhku.

“itu urusan kekasih

apakah ia memanggil ruhku sekarang

atau nanti

serahkan pada kekasih!” tiba-tiba tubuhku bergetar

menjawab pertanyaan malaikat

dengan penuh ekstase

menyebut-nyebut nama kekasih

aku bimbing tubuh kaku

memasuki peti mati

ia mengikutiku

dan berkata kepadaku (ruh):

kini aku belajar mati

suatu saat, aku siap

bila kekasihmu memanggilku!”

ujar tubuhku kepada ruhku

yang tiba-tiba menangis

mengenang cintanya!

Ciputat, 11-10-2005

EKSTASE 155

saatnya kau menyambut kekasih

datang menjemputmu

dari ketinggian ‘arsy ia berkata:

“kekasihku

datanglah kepadaku

aku utus seorang malaikat

membelai ruhmu dengan lembut

kau akan lahir

dari tubuhmu yang menghamili

benih-benih ibadah

karena cintamu padaku” dengan penuh senyum.

izrail seperti seorang bidan

membantu melahirkan bayi ruhku

setiap tarikan nafas ia ucapkan:

laailaahaillallah

laailaahaillallah

laailaahaillallah

selesailah persalinan itu

dan aku dibawa terbang dua malaikat

menuju ‘arsy kekasih

diiringi tawa, urai airmata dan canda

yang tak merendahkan martabat

ruh yang paling dimuliakan.

Ciputat, 11-10-2005

EKSTASE 156

kaulah pualam terindah

diaduk dengan cinta, cahaya

dan nestapa

keindahanmu menyala-nyala

pohonan, hewan dan alam semesta

iri melihat sosokmu yang sempurna

seluruh makhluk yang menyaksikanmu

ekstase kepada allah

kaulah keramik tercantik

yang dicipta penguasa semesta

diolah dari air, api, angin dan tanah

lalu dihembuskan ruh cinta

engkau pun berdiri

memaknai benda-benda

semua menghamba melayanimu

mengapa kau tak menghamba

melayani pencipta?

ekstaselah pada cahaya abadi

agar bertambah keindahan

dan kencantikanmu

manusia!

Ciputat, 12-10-2005

EKSTASE 157

ornamen-ornamen sukma

menghiasi langit semesta

pohon abadi, cahaya ruhani,

partitur nyanyian semesta

memenuhi gugusan bimasakti

bintang seperti kapal berlayar

di luar angkasa

malaikat bersembunyi

di setiap petala semesta

ruh nabi dan syuhada

bernyanyi sepanjang abad yang hening

menari, ekstase di dalam taman

suara indah menggemuruh

mengagetkan pecinta di dunia

tatkala mereka merenung

dalam tahajud yang panjang.

Ciputat, 12-10-2005

EKSTASE 158

kurekam juga kecantikan abadi dalam diri

sampai aku tak sadar diri

ekstase dalam kecantikanmu

menakar ruhku

yang kian limbung

tak tahan menatap keindahanmu

yang menggoyangkan trance

aku jadbakh

segala fana musnah

abadi cintamu

dalam segala cuaca

dan waktu!

Ciputat, 12-10-2005

EKSTASE 159

dari jauh ia menari-nari

menyambut nyanyian abadi

di gugusan syamsira

bintang utari melempar se nyum

kembara tak putus

olej ekstase pencinta

mabuk hanyalah penyatuan kesadaran pencinta

dengan cahaya abadi

saat bermimpi

didatanghi sang nabi

berurai airmata

dipelukan sang nabi

perpisahan pun terjadi

saat terjaga dari mimpi.

Ciputat, 12-10-2005

EKSTASE 160

wahai jiwa pemabuk

zikirlah dengan hakikat

tinggalkan gemetar bibirmu

leburkan segala huruf

bawalah jantungmu mengangkasa

ke semesta tak terbatas

segala gugus bimasakti

bakal mati

jiwamulah yang gemetar abadi

mengingat satu nama

ruhmulah yang bergoncang kekal

mendengar ayat-ayatnya

dipahat di dinding kabut semesta

ketika pahatan ayat-ayat dicabut

kabut musnah

seperti pahatan ruh di tubuhmu

tubuhpun fana!

Ciputat, 13-10-2005

EKSTASE 161

ornamen-ornamen cinta

telah diukir dalam tubuhmu

juga pahatan abadi

tertatah pada ruhmu

karena matamu buta

kau tak melihat ornamen dan pahatan itu

jika kau mampu melihatnya

kau jatuh pingsan karena keindahannya

mengapa kabut fana

menyelimuti langit ruhmu

menutupi dan merusak kornea matamu

makin sore kabut kian menebal

dan maut menjemput

saat kau tak sanggup menatap

siapa yang menunggumu di sana

o astaghfirulah!

Ciputat, 13-10-2005

EKSTASE 162

di gugusan walmiki

ruh-ruh pencinta menari

para pencinta di bumi

mendengar nyanyian mereka di langit tinggi

terbanglah ruh-ruh pencinta di bumi

bergabung dengan ruh abadi

empat puluh hari

tubuh pencinta mati suri

dintinggal penghuni

ekstase

mabuk di gugusan walmiki

manusia bumi gempar

kemana ruh pencinta pergi

mereka hanya menyaksi

tubuh tak berdaya

pasrah menunggu mati!

Ciputat, 13-10-2005

EKSTASE 163

pualam abadi yang disebar kekasih

ciptaan sempurna

tak akan musnah

walau disusupi rasa manis di surga

tak rusak

dibakar di dasar neraka

pilih kasih-sayang kekasihmu

dengan cara lembut (surga)

atau keras (neraka)

keduanya manifestasi rahman

dan rahim kekasih

keduanya bentuk abadi

cinta kekasih

kkepada makhluk

yang sangat dicintainya.

Ciputat, 13-10-2005

EKSTASE 164

takkan ada senyummu

tanpa ratapmu

tak pernah ada taman

tanpa ada belukar

tak maujud abadi

tanpa mewujud yang fani

o tangismu adalah intan mutiara termahal

untuk meraih cahaya abadi

rintihmu penuh ekstase

bukan gemetar bibirmu

tapi hati yang menggigil

menghadap segala rupa abadi

jangan kau hempas tubuhmu

ruhmu seakan musnah

tercelup ke lautan cahaya sunyi

ekstase pada allah

terluka karena cintanya

tak akan pernah kecewa

karena harapan terus dibentang

sepanjang masa

seperti hamparan permadani cinta

yang indah, lembut

dan menakjubkan.

Ciputat, 13-10-2005

EKSTASE 165

siapakah yang bergitar dinihari

memainkan melodi abadi

memanggil kekasih

agar jangan pergi

jauh dari diri

siapakah yang mengalunkan denting piano

meneteskan air surgawi

ke ceruk jiwa dahaga

memanggil kekasih

agar kembali melebatkan

hutan-hutan ranggas

dalam jiwa manusia

tak pernah ekstase

pada asma ilahi

siapakah yang memainkan biola

mengalunkan nyanyian abadi

menyirami jiwa-jiwa hampa

dengan gemericik air

dalam sunyi

siapakah yangn menabuh perkusi

memperlihatkan kebesaran ilahi

pada jiwa yang tak peduli

pada cahaya abadi

siapakah diri ini

yang tiba-tiba terionggok di sini

membaca puisi.

Ci[putat, 13-10-2005

EKSTASE 166

dengan lampu lentera (bintang-bintang)

yang tergantung di luar angkasa

kita arungi samudera kehidupan

yang fana

kita pengembara

yang kehilangan peta

jika lenter tak ada

pada lentera yang sangat jauh

ada ruh-ruh istirah

di antara kesejukan taman-taman

di dalamnya

ada ruh-ruh yang gelisah

di antara panas dan sempit ruang

di penjara yang telah tersedia

di dalamnya

aku ekstase

mengenang cinta dan kebencian

dua entitas dicipta penguasa semesta

sebagai mizan (timbangan) kehidupan manusia

di karpet bumi.

Ciputat, 13-10-2005

EKSTASE 167

airmata rasulullah

adalah airmata semesta

membasahi pohon-pohon ranggas

umat yang hampir terlepas

dari syafaatnya

di atas dunia

airmata rasulullah

adalah airmata jiwa

menggenangi danau-danau kering

batu-batu panas melengking

menjerit mohon pertolongan

syafaatmu tak pernah terputus

di dunia dan di mahsyar sana

o rasulullah

jalinlah kembali jiwa-jiwa kami

yang terlepas

iman yang tergadai karena kelaparan

tolonglah kami ya rasul

ekstasekanlah kami

pada jalanmu

mabuk pada cintamu yang abadi.

Cipuyay, 14-10-2005

EKSTASE 168

dialah matahari

cahaya menari-nari

sejak dari kandungan

sampai dibungkus kafan

dialah cinta

dialah teladan semua agama

seluruh alquran dalam dirinya

semua makhluk berkaca kepadanya

o muhammad kekasih abadi

basuhlah ruhku

dengan airmatamu

usaplah wajahku

dengan tangan lembutmu

ekstase

tersungkur ruhku

di maqam-maqam abadimu

Ciputat, 14-10-2005

EKSTASE 169

di langit bintang tsurayya dan layla

berzikir dalam tarian abadi

aku menangisi kehinaanku

lumpur hitam di langit terendahmu

nista!

jika tak kau beri petunjuk

dan menundukkan ruhku dengan cintamu

qalbku lebih keras dari batu

aku lebih dungu

dari seribu keledai

di langit bintang marusya dan azkia

menari,

mendendangkan nyanyian surgawi

dengan iringan marawisy dan dentam biola

kutangisi asal-usulku

tanah yang pantas musnah,

rendah!

tapi kesombingan meronta dalam jiwa

menepuk dada

jika tak kau hempaskan aku

pada kemalangan demi kemalangan

aku lebih keras dari karang

aku lebih jahil

dari seribu kafir.

Ciputat, 14-10-2005

EKSTASE 170

rasulullah

wahai rasulullah

aku datang dengan wajah penuh debu

pengembara yang melangkah

dengan lidah kaku

jiwaku telah dihantui

seribu ketakutan dan kekhawatiran

di depanmu

engkau menyodorkan secangkir zamzam

tapi kakiku kaku

aku tak mampu melangkah

rasulullah

wahai rasulullah

aku ini pengembara hina

di akhir zaman penuh pancaroba

sambutlah tanganku

aku rindu bimbinganmu

wadhukanlah aku

dengan airmatamu

thala’al badru ‘alaina

maja-a lillahi da’a

ayyuhal mab’u shufiiha

mintani yaathil wada’a

shalawatullah ‘alaika

fasthafad minhu shuduri

mitslahu siqma raaina

intara fil ‘alamiin

thala’al badru ‘alaina

maja-a lillahi da’a

ayyuhal mab’u shufiioha

mintani yaathil wada’a

EKSTASE 171

ruh

yang menjadikan alam semeasta riuh

penuh tetabuh

dulu

alam ini sepi

walau ada malaikat taat menyembah ilahi

hewan, tumbuhan dan semesta-raya

selalu mel;agukan nyanyian abadi

namun tak berarti

ruh

diaduk lumpur hitam

beranak pinak di muka bumi

manusialah menjadikan

alam semesta bermakna

manusia yang selalu berlagu,

menari, zuhud , peniup seruling sufi

lebih berat dari seribu bumi

ruh pemeluk teguh

bersinar-sinar bagai bintang tsurayya

jika manusia memandang ke langit

penuh tebaran bintang

tuhan melihat bintang berserakan di bumi

bintang ekstase kepada kekasih abadi

manhsia palking indah

memancarkan cahaya.

Ciputat, 17-10-2005

EKSTASE 172

sungguh aku terkluka kekasihku

tatkala kau memisahkanku darimu

aku menjerit

dengarlah gambaran jeritan

yang begitu hebat

ketika lahir kem dunia

aku meraung merasakan perihnya

tapi kau mekasakku mengembara

sungguh hebat luka menyayat jiwa

selama dalam kandungan rahim ibu

aku menjerit menghiba-hiba!

“untuk menjadi hamba yang kumuliakan

kau harus terpisah dariku!” ujarmu

tapi luka yang tak mampu kubayangkan

adalah lupa kepadamu

jika luka inimkuederita berpouluh tahun

akupun malu berkata “kekasih kepadamu!”

tuhan, lindungilah aku dari luka ini!

18-10-2005

EKSTASE 173

luka!

menganga!

terpisah dengan cinta

luka yang mengerikan

tapi ada luka lain

yang aku mohon perlindungan

luka maksiat

tuhanku

betapa hebat aku meronta

karena kau cinta kepadaku

namun betapa hebat cintaku kepada maksiat

karena kau telah mencabut cintamu

dari hatiku

o tuhanku

airmata ini berguguran

seperti tebing-tebing yang runtuh

tiada henti

menggenangi dosa dan menghanyutkannya

ke lautan luas

tuhanku

obatilah luka=lukaku

dengan obat paling mujarab

cintamu

tuhanku

ciputat, 18-10-2005

EKSTASE 174

kau benamkan aku

ke lautan debu

aku tak mampu bernafas

dengan cahayamu

berilah aku sedikit sinarmu

dan seulas hjidayah

agar diriku tak terlalu payah

mengembara dalam gelisah

kau campakkan aku

kle gugusan debu

sulit kutangka[ sinar yang tercemar

atau sinar abadi darimu

tanamkanlah cahayamu

ke onggokan debu ini

aku mengharap cahayamu

seperti tali terulur

dari ketinggian ‘arsymu

Ciputat, 18-10-2005

EKSTASE 175

manusia ingkar janji

pada komitmen abadi

seperti pengikut musa

melupakan sepuluh perjanjian tuhan 60

mereka merajalela melanggar

semua larangan

o alangkah dungunya manusia

dianugerahi cahaya

dan diagungka n pada mahkota cinta

namun manusia ingin yang hina

o betapa jahilnya manusia

telah dimandatkan menjadi khalifah

tapi selalu saja tak puas dan resah

membusunbgkan dada dengan gagah

padahal wujudnya sangat lemah

o ekstase pada nafsu setaniah.

Ciputat, 19-10-2005

EKSTASE 176

melayang di angkasa jiwa

seperti terbang di langit terbuka

akulah rajawali

arungi langit biru

dan hilang entah di rimba mana

seperti ruhku

melambung di gugusan bimasakti

bintang-bintang tak mampu

melihatku lagi

tenggelam di bawah cahaya ‘arsy

karena larut

di alam lahut.

EKSTASE 177

hamparan permadani cahaya

seperti karpet

terkembang di alam semesta

burung-burung berhambur

ke lembah-lembah jiwa

mendengar gemericik mata ari sukma

seperti nyanyian cinta

tak pernah sirna

bintang-bintang

dan langit membentang

adalah lengkung ruhku

diterpa cahaya

seribu pemusik memainkan

partitur keindahan bersama

jiwaku ekstase

mabuk bagaikan seribu penjual anggur

menuangkan bersloki-sloki wine

ke tenggorokanku

kakiku menghentak

sambil mengucap: allah! Allah! Allah!

ditingkah piano, drum dan melodi

mengiringi ekstaseku

yang terus meronta!

Ciputat 22-10-2005

EKSTASE 178

malam

bersama bintang kumelayang

bersama bulan kumengenang

keindahan cintamu

kau berbisik lewat ruhmu

mencium jiwaku

kepayang!

kulantunkan al-waqi’ah

dengan jiwa qana’ah

o cahaya-cahaya menari

menyauk vodka dari lembah cinta

memainkan elegi kerinduan

yang membara

dari panggung musik

menggema!

jauh ke pelosok-pelosok jiwa

o allahku!!

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 179

aku menangis

menyaksikan arsitektur cinta

ditopang pilar-pilar cahaya

membubung ke langit ‘arsymu

agung!

ruh ketawadhu’anku

bersujud di bawah arsitekturmu

mencium lumpur

aku menjerit histeris

hampir putus asa

ketika belalai ruhku

menggapai-gapai ketinggian ‘arsymu

aku terbakar oleh kerinduan

yang tak pernah padam

cinta menyala-nyala

seperti api membara

tak pernah sirna!

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 180

kembarakan hatimu

ke taman cinta

jutaan bunga mewangi

merpati tak ingkar janji

dendang musik abadi

menyambut penuh peduli

lepaskan sayap ruhmu

mengarungi samudera cinta

bintang-bintang di sana

matahari penuh bunga

bulan menyapa

telah datang kekasih abadi

menyambut kepakan sayapmu

yang telah lelah mengembara

terbangkan jiwamu

biarkan titian shiratal mustaqim

kakimu tak akan menjejak tanah

kau akan datang ke taman kekasih

dengan berterbangan

seperti elang.

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 181

rindu kepakan sayapmu

menderu di atas pilu

perpisahan

menyaput awan kegelisahan

tiada tertahankan

aku kesepian

tanpa cintamu lagi

seperti dulu

bertabur cahaya abadi

aku dalam perjalanan

kembali ke pelukan

lebih mesra

sungguh abadi

cintamu tak terperi!

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 182

dari tadi

kupeluk saja boneka ini

lumpur yan g lupa kekasih

penyakit apa

yang kuderita

hingga kepayang dunia

kuingin tirai-tirai penghalang

segera terbang

kulihat kekasih sedang sembahyang

di tengah ketenangan cahaya ‘arsy

keindahan apa menutup pandangan

keangkuhan apa menutup pintu

nuju langitmu

o tangisku pecah!

gundah!

gerinda jiwa kuasah

sayap-asaypku mengerkah

terbanglah

ruh!

ke lautan cintamu!

Ciputat, 23-10-2005

EKSTASE 183

jiwa!

yang tercerabut

dari akar lukanya

kembalilah ke pangkuan cinta

dengan tenang

menapak tilas jalan azalimu

kuserahkan memoar perjalanan ruhku

dengan tergugu

mengenang pengembaraanku

dirintang badai katrina

bencana dan prahara

bukan hal luarbiasa

bacalah kekasih

memoar perjalanan seorang pencinta

yang hina

dan nista

paduka raja

tuihan segala semesta

leburkan aku

dalam arsitektur cintamu.

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 184

siapakah yang menari dalam jiwa

dinihari sunyi

semua mata telah tersungkur

di peraduannya

kaukah kekasih abadi

bernyanyi seperti artis

ekstase!

berlari-lari seperti armand

menjungkir-balikkan panggung

menjadi taman impian

menggetarkan!

jika kau datang ke tamanku

jiwa diharu rindu

kusambut dengan seribu nada keindahan

tapi kau tak datang kekasihku

kau hanya menari dalam jiwa

tatkala aku terlena

saat mata terbuka

buru-buru aku raih air wudhu cinta

menarilah kembali dalam jiwa

tapi kekasih tak datang juga.

Ciputat, 23-10-2005

EKSTASE 185

bumi telah menggulung hamparannya

langit telah menutup layarnya

bintang-bintang telah dikuburkan

aku tersimpan

dalam lipatan kemusnahan

o betapa agungnya engkau

bertahta di atas semesta kefanaan

malaikat, manusia dan jin

kau tidurkan

sebentar lagi kau bangunkan semua

layar kebesaranmu terkembang

hamparan kekuasaanmu membentang

lihatlah padang mahsyar

terang benderang

tanpa pohon

hanya engkaulah satu-satunya

pohon abadi

di tengah terik matahari.

Ciputat, 23-10-2005

EKSTASE 186

dari laju kencang kereta senja

suara azan menerabas kaca jendela

mengajakku bercinta

ekstase!

dan angin tersungkur

di tengah sujud semesta

menyujudkan matahari

beserta kening-kening lembut

dan hati seperti hamparan beludru

putih!

bersih!

tuhanku

ruhku telah terbalut perban

menutup lukaku

setelah dibacok pentinggi-petinggi dunia

mendera!

aku sujudkan jiwaku

di lantai kereta yang berdebu!

Ciputat, 23-10-2005

EKSTASE 167

airmata rasulullah

adalah airmata semesta

membasahi pohon-pohon ranggas

umat yang hampir terlepas

dari syafaatnya

di atas dunia

airmata rasulullah

adalah airmata jiwa

menggenangi danau-danau kering

batu-batu panas melengking

menjerit mohon pertolongan

syafaatmu tak pernah terputus

di dunia dan di mahsyar sana

o rasulullah

jalinlah kembali jiwa-jiwa kami

yang terlepas

iman yang tergadai karena kelaparan

tolonglah kami ya rasul

ekstasekanlah kami

pada jalanmu

mabuk pada cintamu yang abadi.

Cipuyay, 14-10-2005

EKSTASE 168

dialah matahari

cahaya menari-nari

sejak dari kandungan

sampai dibungkus kafan

dialah cinta

dialah teladan semua agama

seluruh alquran dalam dirinya

semua makhluk berkaca kepadanya

o muhammad kekasih abadi

basuhlah ruhku

dengan airmatamu

usaplah wajahku

dengan tangan lembutmu

ekstase

tersungkur ruhku

di maqam-maqam abadimu

Ciputat, 14-10-2005

EKSTASE 169

di langit bintang tsurayya dan layla

berzikir dalam tarian abadi

aku menangisi kehinaanku

lumpur hitam di langit terendahmu

nista!

jika tak kau beri petunjuk

dan menundukkan ruhku dengan cintamu

qalbku lebih keras dari batu

aku lebih dungu

dari seribu keledai

di langit bintang marusya dan azkia

menari,

mendendangkan nyanyian surgawi

dengan iringan marawisy dan dentam biola

kutangisi asal-usulku

tanah yang pantas musnah,

rendah!

tapi kesombingan meronta dalam jiwa

menepuk dada

jika tak kau hempaskan aku

pada kemalangan demi kemalangan

aku lebih keras dari karang

aku lebih jahil

dari seribu kafir.

Ciputat, 14-10-2005

EKSTASE 170

rasulullah

wahai rasulullah

aku datang dengan wajah penuh debu

pengembara yang melangkah

dengan lidah kaku

jiwaku telah dihantui

seribu ketakutan dan kekhawatiran

di depanmu

engkau menyodorkan secangkir zamzam

tapi kakiku kaku

aku tak mampu melangkah

rasulullah

wahai rasulullah

aku ini pengembara hina

di akhir zaman penuh pancaroba

sambutlah tanganku

aku rindu bimbinganmu

wadhukanlah aku

dengan airmatamu

thala’al badru ‘alaina

maja-a lillahi da’a

ayyuhal mab’u shufiiha

mintani yaathil wada’a

shalawatullah ‘alaika

fasthafad minhu shuduri

mitslahu siqma raaina

intara fil ‘alamiin

thala’al badru ‘alaina

maja-a lillahi da’a

ayyuhal mab’u shufiioha

mintani yaathil wada’a

EKSTASE 171

ruh

yang menjadikan alam semeasta riuh

penuh tetabuh

dulu

alam ini sepi

walau ada malaikat taat menyembah ilahi

hewan, tumbuhan dan semesta-raya

selalu mel;agukan nyanyian abadi

namun tak berarti

ruh

diaduk lumpur hitam

beranak pinak di muka bumi

manusialah menjadikan

alam semesta bermakna

manusia yang selalu berlagu,

menari, zuhud , peniup seruling sufi

lebih berat dari seribu bumi

ruh pemeluk teguh

bersinar-sinar bagai bintang tsurayya

jika manusia memandang ke langit

penuh tebaran bintang

tuhan melihat bintang berserakan di bumi

bintang ekstase kepada kekasih abadi

manhsia palking indah

memancarkan cahaya.

Ciputat, 17-10-2005

EKSTASE 172

sungguh aku terkluka kekasihku

tatkala kau memisahkanku darimu

aku menjerit

dengarlah gambaran jeritan

yang begitu hebat

ketika lahir kem dunia

aku meraung merasakan perihnya

tapi kau mekasakku mengembara

sungguh hebat luka menyayat jiwa

selama dalam kandungan rahim ibu

aku menjerit menghiba-hiba!

“untuk menjadi hamba yang kumuliakan

kau harus terpisah dariku!” ujarmu

tapi luka yang tak mampu kubayangkan

adalah lupa kepadamu

jika luka inimkuederita berpouluh tahun

akupun malu berkata “kekasih kepadamu!”

tuhan, lindungilah aku dari luka ini!

18-10-2005

EKSTASE 173

luka!

menganga!

terpisah dengan cinta

luka yang mengerikan

tapi ada luka lain

yang aku mohon perlindungan

luka maksiat

tuhanku

betapa hebat aku meronta

karena kau cinta kepadaku

namun betapa hebat cintaku kepada maksiat

karena kau telah mencabut cintamu

dari hatiku

o tuhanku

airmata ini berguguran

seperti tebing-tebing yang runtuh

tiada henti

menggenangi dosa dan menghanyutkannya

ke lautan luas

tuhanku

obatilah luka=lukaku

dengan obat paling mujarab

cintamu

tuhanku

ciputat, 18-10-2005

EKSTASE 174

kau benamkan aku

ke lautan debu

aku tak mampu bernafas

dengan cahayamu

berilah aku sedikit sinarmu

dan seulas hjidayah

agar diriku tak terlalu payah

mengembara dalam gelisah

kau campakkan aku

kle gugusan debu

sulit kutangka[ sinar yang tercemar

atau sinar abadi darimu

tanamkanlah cahayamu

ke onggokan debu ini

aku mengharap cahayamu

seperti tali terulur

dari ketinggian ‘arsymu

Ciputat, 18-10-2005

EKSTASE 175

manusia ingkar janji

pada komitmen abadi

seperti pengikut musa

melupakan sepuluh perjanjian tuhan 60

mereka merajalela melanggar

semua larangan

o alangkah dungunya manusia

dianugerahi cahaya

dan diagungka n pada mahkota cinta

namun manusia ingin yang hina

o betapa jahilnya manusia

telah dimandatkan menjadi mkhalifah

tapi selalu saja tak puas dan resah

membusunbgkan dada dengan gagah

padahal wujudnya sangat lemah

o ekstase pada nafsu setaniah.

Ciputat, 19-10-2005

EKSTASE 176

melayang di angkasa jiwa

seperti terbang di langit terbuka

akulah rajawali

arungi langit biru

dan hilang entah di rimba mana

seperti ruhku

melambung di gugusan bimasakti

bintang-bintang tak mampu

melihatku lagi

tenggelam di bawah cahaya ‘arsy

karena larut

di alam lahut.

EKSTASE 177

hamparan permadani cahaya

seperti karpet

terkembang di alam semesta

burung-burung berhambur

ke lembah-lembah jiwa

mendengar gemericik mata ari sukma

seperti nyanyian cinta

tak pernah sirna

bintang-bintang

dan langit membentang

adalah lengkung ruhku

diterpa cahaya

seribu pemusik memainkan

partitur keindahan bersama

jiwaku ekstase

mabuk bagaikan seribu penjual anggur

menuangkan bersloki-sloki wine

ke tenggorokanku

kakiku menghentak

sambil mengucap: allah! Allah! Allah!

ditingkah piano, drum dan melodi

mengiringi ekstaseku

yang terus meronta!

Ciputat 22-10-2005

EKSTASE 178

malam

bersama bintang kumelayang

bersama bulan kumengenang

keindahan cintamu

kau berbisik lewat ruhmu

mencium jiwaku

kepayang!

kulantunkan al-waqi’ah

dengan jiwa qana’ah

o cahaya-cahaya menari

menyauk vodka dari lembah cinta

memainkan elegi kerinduan

yang membara

dari panggung musik

menggema!

jauh ke pelosok-pelosok jiwa

o allahku!!

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 179

aku menangis

menyaksikan arsitektur cinta

ditopang pilar-pilar cahaya

membubung ke langit ‘arsymu

agung!

ruh ketawadhu’anku

bersujud di bawah arsitekturmu

mencium lumpur

aku menjerit histeris

hampir putus asa

ketika belalai ruhku

menggapai-gapai ketinggian ‘arsymu

aku terbakar oleh kerinduan

yang tak pernah padam

cinta menyala-nyala

seperti api membara

tak pernah sirna!

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 180

kembarakan hatimu

ke taman cinta

jutaan bunga mewangi

merpati tak ingkar janji

dendang musik abadi

menyambut penuh peduli

lepaskan sayap ruhmu

mengarungi samudera cinta

bintang-bintang di sana

matahari penuh bunga

bulan menyapa

telah datang kekasih abadi

menyambut kepakan sayapmu

yang telah lelah mengembara

terbangkan jiwamu

biarkan titian shiratal mustaqim

kakimu tak akan menjejak tanah

kau akan datang ke taman kekasih

dengan berterbangan

seperti elang.

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 181

rindu kepakan sayapmu

menderu di atas pilu

perpisahan

menyaput awan kegelisahan

tiada tertahankan

aku kesepian

tanpa cintamu lagi

seperti dulu

bertabur cahaya abadi

aku dalam perjalanan

kembali ke pelukan

lebih mesra

sungguh abadi

cintamu tak terperi!

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 182

dari tadi

kupeluk saja boneka ini

lumpur yan g lupa kekasih

penyakit apa

yang kuderita

hingga kepayang dunia

kuingin tirai-tirai penghalang

segera terbang

kulihat kekasih sedang sembahyang

di tengah ketenangan cahaya ‘arsy

keindahan apa menutup pandangan

keangkuhan apa menutup pintu

nuju langitmu

o tangisku pecah!

gundah!

gerinda jiwa kuasah

sayap-asaypku mengerkah

terbanglah

ruh!

ke lautan cintamu!

Ciputat, 23-10-2005

EKSTASE 183

jiwa!

yang tercerabut

dari akar lukanya

kembalilah ke pangkuan cinta

dengan tenang

menapak tilas jalan azalimu

kuserahkan memoar perjalanan ruhku

dengan tergugu

mengenang pengembaraanku

dirintang badai katrina

bencana dan prahara

bukan hal luarbiasa

bacalah kekasih

memoar perjalanan seorang pencinta

yang hina

dan nista

paduka raja

tuihan segala semesta

leburkan aku

dalam arsitektur cintamu.

Ciputat, 22-10-2005

EKSTASE 184

siapakah yang menari dalam jiwa

dinihari sunyi

semua mata telah tersungkur

di peraduannya

kaukah kekasih abadi

bernyanyi seperti artis

ekstase!

berlari-lari seperti armand

menjungkir-balikkan panggung

menjadi taman impian

menggetarkan!

jika kau datang ke tamanku

jiwa diharu rindu

kusambut dengan seribu nada keindahan

tapi kau tak datang kekasihku

kau hanya menari dalam jiwa

tatkala aku terlena

saat mata terbuka

buru-buru aku raih air wudhu cinta

menarilah kembali dalam jiwa

tapi kekasih tak datang juga.

Ciputat, 23-10-2005

EKSTASE 185

bumi telah menggulung hamparannya

langit telah menutup layarnya

bintang-bintang telah dikuburkan

aku tersimpan

dalam lipatan kemusnahan

o betapa agungnya engkau

bertahta di atas semesta kefanaan

malaikat, manusia dan jin

kau tidurkan

sebentar lagi kau bangunkan semua

layar kebesaranmu terkembang

hamparan kekuasaanmu membentang

lihatlah padang mahsyar

terang benderang

tanpa pohon

hanya engkaulah satu-satunya

pohon abadi

di tengah terik matahari.

Ciputat, 23-10-2005

EKSTASE 186

dari laju kencang kereta senja

suara azan menerabas kaca jendela

mengajakku bercinta

ekstase!

dan angin tersungkur

di tengah sujud semesta

menyujudkan matahari

beserta kening-kening lembut

dan hati seperti hamparan beludru

putih!

bersih!

tuhanku

ruhku telah terbalut perban

menutup lukaku

setelah dibacok pentinggi-petinggi dunia

mendera!

aku sujudkan jiwaku

di lantai kereta yang berdebu!

Ciputat, 23-10-2005

EKSTASE 187

gudang-gudang terkunci

dalam ruhmu

cahaya tak mapu

menerangi ruang-ruang jiwamu

akun ingin ekstase di menaranya

tapi kau menjatuhkanku

ke perairan ruhmu yang hitam

di samping taman nirwana

di sebelah rumahmu

kudapati semak belukar

bersembunyi kalejengking dan ular

cemara yang dulu menjulang tinggi

telah lama mati

gedunggedung hancur poranda

di kota tua

menyisakan sejarah yang termbun

runtuhan duka

kabut menaungi peninggalan manusia cahaya

kini entah dim ana mereka

tinggal hanya arca tua

lapuk dan penuh tanda tanya.

Ciputat, 24-10-2005

EKSTASE 188

berapa jiwa telah kau terkam

di rimba petualangan

cahaya dalam ruhmu

telah lampus

catatan klehidupan yang tertulis

pada kertas

telah hangus

aku tak mampu ekstase

dalam kerangkeng ruhmu yang kaku

berdinding beton tebal

dingin berlumut

bangkai-bangkai manfsaamu

berserakan memenuhi lantai

jiwamu!

Ciputat, 24-10-2005

EKSTASE 189

telah kupancari ruhmu dengan cahaya ‘arsyku

tapi tak tembus

telah kusinari jiwamu dengan cahaya matahariku

tapi tak putus

telah kuterima sinar bulan menerangi nuranimu

tapi lampus

begitu serious kumandikan tubuhmu

penuh kotoran dan noda dosa

aduh!

ingusmu terus meleleh dari hidungmu

mengotori kembali apa yang telah kubersihkan

pada dirimu

pada ruhmu

dalam jiwamu!

Ciputat, 24-10-2005

EKSTASE 190

riuh suara badai

antara kepakan elang yang erkulai

makin meninggi

ke pucuk gugus bimasakti

ruh-ruh yang kian deru

rindu ekstase

menggulung seperti kumparan debu

makin terngiang detak jantung kekasih

kepakan sayap ruh

ninggalkan langit yang kian sepi

makin tak berarti

lebih abadi nerobos pintu-pintu

makin meninggi

berarti dalam diri

seperti gumpalan makna

sulit terurai

tak terkatakan

rindu makin menderu

seperti ketenangan lengkung ‘ars

meluruhkan kata demi kata

meneteskan airmata

aku termangu

bisu!

airmata

netesi rabu!

kalbu!

ruhku!

Ciputat , 25-10-2005

EKSTASE 191

seperti tangan melambai

dari pintu azali yang landai

ngucapkan “selamat mengembara!” kepada ruhku

sampai kembali

ke pangkuan ilahi

o, betapa kelu lidahku

kesedihan tak terucap

airmata terperangkap

jiwaku!

harapan apa yang akan kuraih

dalam perjalanan sangat panjang

ke depan

tahukah ruhku

bahwa di depan

ada perjumpaan?

o, kelu lidahku

kecemasan tak terungkap

berat pengembaraan

yang mengalihkan perhatian

pada kesia-siaan

melenakan!

aku merenung

tapi tak mampu kuhitung

dunia tambah akhirat

tuhankah?

oh ruhku!

oh jiwaku!

Ciputat, 25-10-2005

EKSTASE 192

kukembarai juga

dunia ini akhirnya

mengikuti ruh-ruh

yang telah jelajahi

semesta dunia fana

terdengar jejak langkah

qabil, fir’aun dan qarun

juga kudengar samar

langkah lembut ibrahim, isa dan

muhammad

manakah jejak yang sesungguhnya

akan kutempuh?

o kekasih

jika tak kau bimbing ruhku

aku berada di persimpangan jalan

sangat membingungkan

aku berdiri di tengah dilema psikologis

teramat sulit kurengkuh

mengayuh sampan ruhku

di lautan pengembaraan

yang luarbiasa luas

tak terbatas!

o kepakan sayap elang cahayamu

beri isyarat untukku

kutinggalkan sampan ruh ini

kuterbang ke angkasa raya

menggapai cintamu

baru kutahu

tujuan pengembaraanku

yang sesungguhnya

cintaku!

Ciputat, 25-10-2005

EKSTASE 193

ada seulas tangan melambai

memanggil

lelah

dan terkulai

tersaput kabut

hilang dalam badai

ada selembar tangan menggapai

manjat tebing-tebing tak sampai

jatuh!

luruh!

lenyap dalam kabut!

ada suara tangis membadai

dari lembah kubur itu

entah apa diratap

serak!

basah!

lengking kesedihan

sungguh dalam!

cinta!

tak tergapai

ekstase!

tak tercapai

trance!

tak sampai

sia-sia kutebarkan cahaya

di alam semesta

juga di semesta ruh

dan jiwa!

Ciputat, 25-10-2005

EKSTASE 194

kepedihan apakah yang tak terungkap

dalam dekap

dekap tak dekat

kesedihan apakah yang tak terucap

dalam hasrat

hasrat tak lekat

kebingungan apakah yang tak terpahat

dalam jagat

jagat tak berat

o jika aku trance

trancelah seperti hallaj

jika aku ekstase

ekstaselah bagai junaid

jika kumabuk

mabuklah seolah rumi

jika aku mimpi

mimpilah seperti qais

jika aku menggapai

gapailah seperti sisipuss

siapakah sesungguhnya

hendak kurindu?

kutuju kamu

kamu tak di situ

kumaksud engkau

engkau telah kelu

tinggal cangkangmu

ngelabui ruhku

kekasih selalu bersandiwara denganku

sungguh aku tak paham sandiwaramu

kekasihku!

Ciputat, 25-10-2005

EKSTASE 195

ia letakkan lentera itu

di tengah jiwa

dari pagi saat matahari siuman

jiwa itu pun ekstase

trance yang mendengungkan

nyanyian penari abadi

mabuk yang menarikan

epos perpisahan yang memilukan

tragedi perceraian sepasang kekasih

meninggalkan jejak kesedihan

yang terukir pada ornamen-ornamen percintaan

ia ambil lentera itu

dari tengah jiwa

saat matahari tenggelam

ketika pelepah kurma merapuh

jatuh ke lautan cahaya.

Ciputat, 26-10-2005

EKSTASE 196

gemetar pagi itu

ditinggal malam yang ekstase

trance penduduk langit yang bersujud

dalam genggaman ruh abadi

langit tanpa penyekat

pandangan lepas sampai ke ‘arsy

semua yang jaga

sama berdoa, berzikir

bersujud

diiringi melodi yang merenangi

seluruh lapisan langit

dan gugusan bimasakti

sama seperti ruhku yang gemetar

dalam perjumpaan abadi

tak terperi

Ciputat, 27-10-2005

EKSTASE 197

rapuh!

segenggam jiwa tiba-tiba runtuh

tubuh segar itu rubuh

kemana cahaya menegakkan tulang-tulangnya

jadi kehidupan utuh

mana euh yang menjalankan darah

ngalir dalam tubuh

apakah telah ekstase

dengan cahaya

apakah telah kembali

dipeluk dalam pangkuannya

sunyi!

hari-hari telah berhenti

daun-daun gugur

berserakan di lantai abadi

jadi serenade kehidupan

penuh keheningan

dalam dekap kekasih

tapi orang-orang melepas pilu

rindu hari-hari lalu.

Jakarta, 27-10-2005

EKSTASE 198

dalam rindumu yan g kutuju

deru pengembaraan yang pilu

denting cahaya di atas cakrawala

seperti gelas-gelas beradu

dalam sunyi

seperti gesekan-esekan ether

di alam semesta

ekstase menyebut namamu

ilahi!

ilahi!

aku datang kini

membawa noda dan ilusi

kehinaan diri

jadi saksi abadi

dalam rindumu yang kutuju

aku ingin kau peluk selalu

dalam cahaya

luruhkan diri rapuh in

dalam cahayamu.

Jakarta, 27-10-2005

EKSTASE 199

ilahi

aku datang berselempang pelangi

sambutlah aku

dengan rindumu suci

seperti qais berselendang rindu

nunggu layla di setiap waktu

ilahi

sambutlah aku dengan cintamu

peluklah aku di dekapmu

seperti romeo dan julie

saling bersedekap dalam rindu

saling berpeluk dalam cinta

seperti itukah akhirnya

cinta kita?

aku tak tahu!

Kebon Kelapa, Jakarta, 27-10-2005

Riwayat Penyair.

Juftazani, lahir di Pekanbaru, 11 November 1960. Menulis sejak duduk di bangku PGAA Negeri Pekanbaru 1977, lalu diteruskan di Yogyakarta ketika ia kuliah di Fak.Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1981-1988. Menulis di berbagai media massa Pusat dan Daerah. Berupa esei, puisi dan sedikit cerpen. Kakek nenek dari pihak ayahandanya penganut Thareqat Naqsyabandiyah. Kakek–nenek dari ibunya penganut Tharekat Syattariyah. Kakeknya dari pihak Ibu, setelah menamatkan sekolahnya di India, tahun 1936, pulang kembali ke Padang Panjang, untuk kemudian menetap di Singkil Aceh Selatan, dan mengamalkan Tharekat Syattariyyah di daerah itu.. Ibunya di Pekanbaru mengikuti Thareqat yang dianut ayahnya, yaitu Thareqat Naqsyabandiyah. Di Pekanbaru, orangtuanya berguru kepada Syekh Pulau Gadang yang bermukim di daerah Pulau gadang, Kabupaten Kampar. Namun perjalanan hidup penyair ini. tidak membawanya melanjutkan tradisi kedua orangtuanya dalam tarekat yang sama (Naqsyabandiyah) , Ia memasuki Thareqat Idrisiyah was-Sanusiyah di Tasikmalaya dan diteruskan di Jakarta sampai sekarang dan insya Allah sampai akhir hayatnya.Amin. Selain berpredikat sebagai penyair, ia juga menjadi guru. Juga menjadi mentor sastra di Lingkar Sastra Nukleus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (awal 2005).

Dedikasikan

Penerbitan antologi puisi ini dipersembahkan pertama kepada kepada guru Mursyidku, Syekhul Akbar Muhammad Dahlan dan Syekhul Akbar Muhammad Daud Dahlan dan juga sykeh Akbar Abdul Fatah. Juga kepada kedua orangtuaku (Arif Bin Montan) dan ibuku (Nurminsam Binti Barik). , Kepada istriku, Julaeha binti Ali Suhaebi. Dan kepada empat anakku, Zahra Mostafavi, Khadijah Zakia, Siti Khairani dan Rabi’ah Al-Adawiyah. Dan abangku serta adik-adikku dan saudara-saudaraku yang lain. Juga kepada sdeluruh anggota Nukleus, Syakirin, Apoet, Ruhiyat, Azizah, Taufik (Siro), Aang, Widodo, Dede dan Gembel. Juga kepada Tion (Ikhwan Nasution) di Gerak Gerik. Juga kepada Bembeng, Parto Lee (Syahid), Hendri Van Boemie Ayoe, Iping, Ipung, Alvaz, Widi, Saiful, Feishol dll dari (teater Altar). Tak lupa kepada ustadz Syukron Makmun (Inovasi) dan teman-teman lain yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Alamat Emailnya: juftazani@yahoo.com




Juftazani



37 syair “jatuh padamu” dari album Brownies-grup GIGI 2005. syair dan lagu: Arman Maulana.

38 .Sebuah alat musik tiup dari India mirip seruling.

39 . Pemimpin spiritual atau guru mursyid yang membimbing murid-muridnya melaksanakan ritual

dzikr.

40 . Dengan dzikr. Dengan ruh pembimbing sebagi coach (pelatih) untuk mendekat kepada Tuhan. Di Persia, guru itu dinamakan Pir.

41 . Syekh.

38 ibid.

42 Musik menurut Hazrat Inayat Khan, adalah menyanyi, memainkan dan menari.

43 . Dialog Mephistophile dengan Dr Faust. Dalam “Faust” karya monmumental Johann Wolfgang

von Gothe hal, 115- cetakan Kalam, jakarta 1999. Terjemahan Agam Wispi..

44 . Cinta Yang telah dibunuh ruhnya.

45 Terinspirasi oleh suara biola dalam lagu “The Way of Love” , Haddad Alwy.

46 .ibid.

47 penari klasik tradisional dari desa Sindang laut, Cirebon.

48 puncak bukit thursina.

49 . seorang pelukis seniman Spanyol yang besar.

51. bagian nomor dari “Music For Prayers” dari “Tot Licht” Kelompok Discus.

52 . Bapak rasionalisme moderen .

53 . air adalah gambaran keilahian yang sejuk dan segar serta suci.

54 . senirupawan Belanda yang tersohor di dunia internasional.

55 . filsafat hakiki yang bermuatan akal immanensi dan transendensi.

56. Steuco diyakini kalangan Barat sebagai penemu filsafat perennialisme (vera philosophiae) yang meyakini bahwa tujuan filsafat adalah menyatakan tentang Tuhan.karena itu, filsafat ini bertujuan menyatukan alam semesta dan manusia dengan jalan Tuhan. Tapi Descartes telah mewncabutbnya dan membelokkan tujuan filsafat yang sebenarnya ke arah kejayaan manusia.

57. Seorang budayawan dunia dari Inggeris. Banyak tojkoh lain yang menjeritkan hal yang sama, seperti W.B.Yeats, penyair Inggeris, Maria Rainier Rilke, penyair Jerman, T>S.Eliot, juga penbyair Inggeris, Sayyed Hossn Nasr, Ilmuan Persia dan Toynbee, sejarawan Inggeris, diantaranya.

58 . Descartes adalah representasi dari adam, untuk memerikan kejatuhan manusia dari dunia ke neraka.

Sedang adam representasi kejatuhan manusia dari surga ke dunia.

60 Daalam literatur Kristen Barat, komitmen ini dinamai dengan “The Ten Commandement”(sepuluh perintah/perjanjian Tuhan). Sepuluh perjanjian tuhan itu dirinci sbb:

1. jangan mempersekutukan tuhan 2.jangan durhaka kepada kedua orangtua 3.jangan berdusta. 4. jangan mengingkari janji. 5. jangan membunuh. 6. jangan berjudi. 7. jangan berzina. 8. jangan mabuk (mengisap candu), 9. jangan khianat.10. jangan minum khamar.

60 Daalam literatur Kristen Barat, komitmen ini dinamai dengan “The Ten Commandement”(sepuluh perintah/perjanjian Tuhan). Sepuluh perjanjian tuhan itu dirinci sbb:

1. jangan mempersekutukan tuhan 2.jangan durhaka kepada kedua orangtua 3.jangan berdusta. 4. jangan mengingkari janji. 5. jangan membunuh. 6. jangan berjudi. 7. jangan berzina. 8. jangan mabuk (mengisap candu), 9. jangan khianat.10. jangan minum khamar.

Tidak ada komentar: