E K S T A S E
II
Diterbitkan:
Lingkar Sastra Nukleus UIN Syahid
Dan
EKSTASE 100
senja berlabuh
para pengembara berdatangan
melakoni sendratari sunyi
pemabuk-pemabuk itu
datang ke sini
berjungkir balik
penuh akrobatik
cinta!
Rindu!
ingin bertemu
seperti dulu
senja berlagu
menarikan koreografi rindu
pemabuk-pemabuk datang bergelombang
menggantikan pengembara yang telah terbang
tak kembali
mabuk!
seperti laron melepaskan sayap-sayap
terbang dengan cahaya
tubuh egonya terbujur kaku
kini ia tidur di ranjang cahaya
Ciputat
EKSTASE 101
laut memerah
permukaannya telah kau bakar
mengobarkan kilatan cahaya
bintang-bintang mengantarkanku
ke pintu ‘arsymu
aku seperti arman
menari
bernyanyi
ruh-ruh bersimpuh
jatuh di teras kerajaan ‘arsymu
memanggilku depan istanamu
tertutup rapat
burung-burung berterbangan
menubruk pintu keagunganmu
jatuh di kaki ma’rifatmu
seperti arman bernyanyi
mereka mengintip di balik jendela
lampu kerajaan kau padamkan
tanda kau diamkan rindu dan bara cinta
tapi mereka lebih gila
menari, bernyanyi
di atas panggung arman berlari
berterbangan ruh-ruh mendatangimu
di tengah pancaran cahayamu
pecah tangis kerinduan
lebur dalam keindahan
suara mereka masih menggema
dari lautan ‘arsymu :
“ternyata kutak bisa 37
hidup tanpa dirimu
kutelah jatuh padamu
menjadi gila terhadapmu
kutelah jatuh padamu
kepadamu
kutelah jatuh padamu
menjadi gila terhadapmu oooouooo
kutelah jatuh padamu
kepadamu”
EKSTASE 102
kekasih, suaramu memabukkan
aku bernyanyi mencarimu
dari kedalaman jiwa
menari
seperti kabut
datang
dan pergi
kekasih, musikmu
harmoni-harmoni yang
menakjubkan
tarian melodi cinta
tak pernah sirna
o aku datang ke pesta musikmu
aku menari - lebur dalam dinamika
melodi dan dentuman ruhmu
ekstase!
lidah ruhku memanggil-manggil
allah! allah! allah! allah! allah!
allah! allah! allah! allah! allah!
Ciputat, 13-9-2005
EKSTASE 103
akulah abadi
datang ke dunia fana
mencari unsur-unsur
yang ingin kukekalkan
datang kepadaku
mereka yang rindu
melayang-layang di langit ‘arsyku
matanya tak sedetikpun
menoleh tanah
keabadian mencampakkan
semua unsur tanah
mengurai kabut
melenyapkan debu
datanglah hai kekasih
dari kerendahan alam fana
kalian cahaya-cahaya kurindukan
menjelma burung nasar
sayap-sayap debu kalian telah rontok
aku pasangkan sayap
dari sinarku
terbanglah ke a’raf
tempat sumber sinar memancar
tempat segala kasih bergetar
maqam cinta tak henti-henti berkobar.
Ciputat, 13-9-2005
EKSTASE 104
republik kekasih
negara dengan warga negara utama
penguasanya ruh tertinggi
penduduknya filsuf utama,
pembaca segala buku, pencinta abadi,
pemikir ulung, tentara terkuat,
rakyat terpatuh, jiwa ekstase
di negeri ini
tak ada pemberontakan
pemberontakan adalah refleksi kebodohan,
kelemahan, kehinaan dan tidak mengerti
posisi diri
mereka mengemuka sami’na waatha’na
sumber kecerdasan, kemuliaan dan kekuatan
musik lembut mengalun abadi
suara-suara indah nirwana
hiasan utama negeri kekasih
dengan pemabuk kepada cahaya abadi
menari-nari
di tengah keramaian yang sunyi.
Ciputat, 13-9-2005
EKSTASE 105
dunia ini ilusi
fatamorgana!
para pencinta menyaksikan
perubahan pada wajahnya
esensi dan eksistensinya
selalu berlalu, bersembunyi,
penuh gengsi
tak ada kemabukan dan ekstase
dalam perubahan
kecuali kemelambungan
pada kerusakan dan kebinasaan
ekstase pada dunia kematian
ekstase pada kefanaan
pencari kebenaran
mengambil dua jalan bersimpangan
satu jalan mendaki wujud materi
mereka merebut ilmu pengetahuan
jalan lain menyelam ke lautan cinta
mereka menguasai wilayah ma’rifat,
‘arsy dan a’raf
bersembunyi di tengah manusia
dan taburan bintang
mereka menumpahkan segala penampakan
dan kemegahan
kepada kekasihnya
selendang mereka hanyalah kehinaan, kerendahan hati,
kepasrahan dan ekstase
dalam warna, gerak dan suara
o dunia ini ilusi
fatamorgana
pencari kebnenaran pendaki materi
menemukan sorganya di sini
pencari kebenaran hakikat cinta
merasakan sorga di sini dan di sana
tapi mereka men hyelam ke samudera jiwa
sembunyi di palung lautan abadi
pengagung materi
mencorong kemegahan,
berselendang kesombongan
menginjak keadilan
di bawah telapak kaki sendiri.
Ciputat, 13-9-2005
EKSTASE 106
laut yang tenggelam
dalam duka
ombaknya menggapai langit
menjerit
merintih
rindukan kekasih
karang dan pantai ikut jatuh
camar datang membentang kabar:
“kekasih sedang menyaksikanmu”
karang dan pantai bersimpuh
musik abadi mengalun
dari ketinggian langit
air mata seperti hujan
tiba-tiba membasahi alam
laut pun tenang
setelah udara dingin
disirami kasih cinta abadi
karang dan pantai ekstase
bersama nyanyian nirwana
tiada henti.
Ciputat, 13-9-2005
EKSTASE 107
rata
gunung tinggi bersimpuh
sujud ke bumi
ruhmu gemetar
kekasih yang lembut
menjelma halilintar
lebur
puncak sinai gagah perkasa
musa tertidur panjang
ketika tak mampu
pertahankan ekstasenya
khidir yang ekstase abadi
mengusir musa dari sampingnya
ketika khidir lewat
air sujud, sampan berlutut
tapi musa terheran
seperti seorang filsuf eureka!
o mereka telah bersimpang jalan
jauh sebelum bertemu.
Ciputat, 13-9-2005
EKSTASE 108
gila!
aku terbakar api cintanya
seperti dahan bergetar
dihembus angin dari ketinggian ether
aku pun menari
melagukan nyanyian abadi
di tengah riuh dunia
kekasih tertawa
dari balik tirai rahasia
seperti telah berhasil
mempermainkanku
mabuk, menari, bernyanyi
gila!
aku terbakar api gairahnya
melambungkan lamunanku
saat sendiri
taman-taman asri
burung nuri dan kenari
wangi minyak kesturi
menggodaku
di jalan-jalan abadi
penuh keanggunan
aku pun gila karenamu
obatilah aku kekasih
karena aku telah menderita sakit
karenamu.
Ciputat, 14-9-2005
EKSTASE 109
pencinta datang
drum ditabuh
seruling ditiup
saxofon, trombon, gitar dan
piano mengikuti harmoni
pencinta menari
bernyanyi
disilang terpaan biola
pencinta mabuk
trance memasuki kobaran api
tapi tak terbakar
pencinta menelan api
namun tak panas
sihir bukan
ilmu bukan
ini kekuatan cinta
ilmu abadi
pencinta diberi
keajaiban seperti nabi.
Ciputat, 14-9-2005
EKSTASE 110
hampa jiwaku
seperti bejana
bagai tubuh tanpa vibrasi
daun-daun bisu
pohon-pohon mati
kaku, sinyu
hampa jiwaku
seperti taman tanpa pohonan
tiada bangku-bangku dan nyanyian fauna
kehidupan tak berarti
tanpa cinta dan kisahmu
tiada trance dengan kehampaan jiwa
seperti orang gila
wajah kosong tanpa ekspresi
tiada notasi nada
dalam langkahnya
o kekasih
lindungi aku
dari kehampaan seperti ini
seperti batu
batu pun masih berkata
dengan diamnya.
Ciputat, 14-9-2005
EKSTASE 111
suara pungi 38 menari
seekor kobra muncul
di mulut sarangnya
ingin makin dekat
menyatu dengan nyanyian pungi
lupa segala bencana
dan prahara bakal tiba
pungi makin menyatu dengan kobra
ekstase!
mengangkat kepala
menggoyangkan ke kiri dan
ke kanan
dan syekh 39 meniup seruling ajaib 40
di hadapan murid-muridnya
bergelombang murid terjauh datang
bercawan anggur
mereka reguk dari genggaman syekh
murid makin menyatu dengan ruh 41
menari, menyanyi
lupa segala huru-hara dunia
mereka mabuk di taman abadi
mabuk bersama burung-burung yang trans
pohon-pohon pun bernyanyi
semua yang hadir menari-nari
gila dan tak terkendali.
Ciputat, 14-9-2005
EKSTASE 112
di setiap dermaga
anjungan-anjungan kapal terbakar
penuh huru-hara
orang-orang penuh dosa
tiba-tiba mengenal kekasihnya
menjerit memanggilnya
kekasih tertawa:
“benarkah kalian ekstase
terhadapku?”
tiba-tiba berubah pemabuk dzikr
seperti arman berlari di atas panggung
pendosa-pendosa itu
menari
bernyanyi :
kutelah jatuh padamu38
menjadi gila terhadapmu ooouoo
kutelah jatuh padamu
kepadamu
EKSTASE 113
ketika pohon masih dihormati
saat langit dijunjung tinggi
tatkala bumi disujudi
waktu manusia saling menyapa
musik 42 sarana pemenuhan spiritual
sumber penyembuhan
dan kehidupan
ketika tanah dibongkar
pohon-pohon terkapar
bumi dikangkangi
dan manusia tak henti-henti bertengkar
musik sarana untuk melupakan tuhan
sumber penyakit
kerusakan
dan ekstase pada kematian!
Ciputat, 15-9-2005
EKSTASE 114
bayang—bayang cinta
telah mempesona ruhku
tapi pencinta
telah lama tak kusaksikan wujudnya
ia telah memanifestasikan
cintanya
kepada alam semesta
ia bersembunyi
untuk waktu tak ditentukan
sampai akhir jagad semesta
sampai cinta terkikis dari dunia
sampai cinta menggelepar
seperti hewan disembelih
musik adalah cinta
cinta adalah kehidupan
kehidupan adalah tuhan
apa yang kau persepsikan
dan konsepsikan tentang tuhan?
seseorang telah menjawabku :
“ah! persetan
tentang tuhan!”
Ciputat, 15-9-2005
EKSTASE 115
wahai cinta
tersenyumlah pada dunia
tapi wajahmu
tak pernah kulihat tersenyum
hangat pelukanmu
gemetar pada kehidupan
duduk simpuhmu
menggigil di taman salju
tak seorang pun memerlukan cinta
kecuali untuk segelintir keserakahan,
egoistis dan hedonistik
cinta - ruhnya telah dibunuh
tubuhnya ekstase di night club,
bar, karaoke, kamar-kamar hotel, kafe-kafe,
lounge dan fittness
o cinta
lepaskan aku dari pelukan tubuhmu
penuh mesum itu.
Ciputat, 15-9-2005
EKSTASE 116
tuhan telah mati!
johann wolfgang von gothe
telah menyatakannya padaku
“aku ingin segera menyerahkan
diri kepada setan
andai saja aku sendiri bukan
setan!” 43
bahkan dalam mesjid, gereja,
kuil hindu dan budha, sinagog
tuhan terkapar di depan altar
orang-orang mabuk pada cinta 44
pada dusta
ekstase pada kenistaan dan kehinaan
karena ruhnya telah terbunuh
digantikan nafsu yang membara
seperti iblis
yang ingin berbuat apa saja
di alam semesta.
Ciputat. 15-9-2005
EKSTASE 117
lidah-lidah biola 45
mengalun indah
di keagungan langit
menggapai ‘arsy
menunjukkan kebesaranmu
yang abadi
sebuah vibrasi
antara cahaya dan bunyi
menggetarkan ruhku
seakan berjumpa denganmu
aku ekstase
namun sesaat kau berlalu
ruhku tersadar sendu
dimana kamu
rupa semu
suara berlalu
datanglah kembali kekasih
seperti lidah biola
atau tabuhan perkusi
memeluk ruhku yang rindu
terpancar kebahagiaan abadi
seperti airmata
memancar bagai melodi.
Ciputat, 16-9-2005
EKSTASE 118
piano menderai
di atas partitur jiwa
akan datang malaikat-malaikat
membawakan lagu-lagu indah
dari ketinggian ‘arsy
membelai lembut ruhku
selembut nada-nada biola
mengiringi bidadari berbulu angsa
menari seperti ballerina
memukau mata
bagai perawan-perawan meluncur
dari surga
dan vokal abadi
menusuk tajam ke dalam ruhku
lengkap keindahan, keanggunan dan keagunganmu
terpapar nyata di depanku
menggetarkan sukma
tak terasa
wajahku basah
bersimbah airmata!
Ciputat, 16-9-2005
EKSTASE 119
di laut dalam
ikan menari-nari
perahu dan nelayan
mengaji malam
berakhir di ujung azan
ombak ekstase
mengajak perahu dan ikan
menari
bernyanyi
bulan tersenyum iri
bercawan anggur
telah memabukkan
nelayan, perahu dan ikan
dengan bahasa cinta
di lautan
badai tertidur
langit tafakur
burung-burung laut
datang dengan nyanyian kasihmu
mengabarkan cinta
dan keabadian
topan dan prahara tersipu malu
terbungkuk-bungkuk menyingkir
seperti iblis dan setan
malu kepada syekh mursyid abadi.
Ciputat, 18-9-2005
EKSTASE 120
dengan senja
aku mengeja maghrib
kuusung ruhku
(atau ruhku mengusung diriku)?
ke atas mihrab
kumandangkan azan
aku ekstase perlahan
suara!
nyanyian itu
kepak hitam burung-burung walet
makin menghidupkan suasana senja
di balik cakrawala
iblis saling bertubrukan
dikejar panah-panah
ekstase muazin
datang melambari senja
dengan cinta
“muazin sinting! muazin sinting!”
teriak iblis
membereskan rambutnya yang terburai
sambil menyelamatkan ruhnya
yang hitam
terbakar tertembak panah
terbirit-birit disertai luka
dan sebelah matanya buta.
Ciputat, 18-9-2005
EKSTASE 121
dada
berkubur luka
seperti dara
ekstase cinta
pulang ke rumahnya
menating sekarung luka
dara
pulanglah ke rumah cinta abadi
di sini lukamu
akan terobati
ekstase!
rindu!
cinta!
bersatu tari dan lagu
derai tangismu
membuka kotak pandora
rindumu dari azali
tak seperti cinta azazil
yang terus mengyingkir
setiap hari
menyiang hari.
Ciputat, 18-9-2005
EKSTASE 122
seperti prahara
aku mengamuk
mematahkan awan
pohon laut tumbang
kuhempaskan ke permukaan gelombang
ekstaseku
kemabukan yang memusar
membelit pusar laut
kupilin tali kehidupan
maut di depan mata
pecah kepala
patah tulang rusuk
bayi-bayi terbanting
seperti prahara
aku ekstase
tanpa kutahu
kapal iblis
tumpat!
poranda!
berantakan!
kuputar pusaran laut
akibat ruhku
ekstase seperti hallaj
yang gagal meredakan prahara
dalam dada
hingga raja mengamuk
ulama merajuk
tapi akhirnya menuding si hallaj gila
telah memutar-mutar jagad fiqihnya
bagai kota lumpuh berantakan
“daripada umat porak-poranda
lebih baik kau jatuh
di tiang gantungan”
lalu al-hallaj berlagu
“ternyata kutak bisa46
hidup tanpa dirimu ooo
kutelah jatuh padamu
menjadi gila terhadapmu
kutelah jatuh padamu
kepadamu
kutelah jatuh padamu
menjadi gila terhadapmu ooouoo
kutelah jatuh padamu
kepadamu
ciputat, 18-9-2005
EKSTASE 123
daun-daun ekstase
dalam darahku
dalam nadi
dalam benakku
menari seperti padi
dihembus angin
burung-burung menyerbu
dengan riuhnya
petani gembira
memanen dan dsimakan
anak istrinya
tahun-tahun ekstase
dalam episode dasawarsa
yang hilang
peristiwa yang jadi kenangan
lenyap
ditelan abad semakin fani
ditelan rindu para pencari
cinta abadi.
Ciputat, 19-9-2005
EKSTASE 124
flute yang menari
di angkasa ruhmu
seperti badai yang memusar
dalam ekstase harmoni
drum, perkusi, gitar, piano dan melodi
dan suara vokal yang menggemparkan
prahara berbagai badai
menghempas ruh-ruh tidur
menghentakkan mereka
pada partitur-partitur zikir
daun dan pohon menari
menyanyikan keagungan ‘arsy
dengan irama abadi
ekstase dalam sunyi.
Ciputat, 19-9-2005
EKSTASE 125
para pemabuk menyanyikan
cinta dan kebenaran
diiringi musik yang menggetarkan
dawai-dawai ruhnya
keluh kesahnya
membuka jalan dunia tak terlihat
airmatanya membasuh dosa
dan noda berabad-abad
o seruling itu nyanyian kerinduan tuhan
pada makhluknya
datanglah kembali ke pelukannya
dengan bernyanyi dan menari
seperti seekor anjing
mengibas-kibaskan ekornya
mendatangi tuannya
nyanyian dan tarian ini
tak pernah tertulis di dalam buku
tak juga dinyatakan dalam ucapan
dan tak mampu diajarkan oleh guru
ekstase ini datang
pada dirinya sendiri.
Ciputat, 22-9-2005
EKSTASE 126
tuhan meemerintahkan para malaikat
bernyanyi dan menari
merayu ruh
enggan masuk ke tubuh (adam)
dalam ekstase
ruh mabuk bersama tarian dan nyanyian
ia pun masuk ke tubuh
yang tatkala sasdar
menganggap tubuh adam penjara
marilah kita bernyanyi dan menari
keluar dari penjara ini
agar terbebas dari liku-liku kehidupan
yang menipu dan melelahkan
kita ekstase pada cinta
dan kebenaran.
Ciputat, 22-9-2005.
EKSTASE 127
pada awalnya adalah musik
penciptaan alam semesta
dengan dentuman perkusi
dawai-dawai ruhani
lengkingan keperihan
dan tawa kebahagiaan
pada mulanya adalah musik
bahasa arab, ibrani dan sanskerta
paduan sedikit kata dan musik
dengan tarian terbaur
linangan airmata
mereka bernyanyi
dalam duka dan kepedihan
mereka menari
saat suka dan kegembiraan.
Ciputat, 22-9-2005
EKSTASE 128
kesadaranku lepas
dari seluruh ruang hidup
melayang di atas
penampakan fisik dan mental
setitik cahaya
tembus ke dalam mataku
aku berjalan bagai cahaya
aku tak sadar
dengan eksistensi jasad dan mentalku
ekstase!
seperti getaran petir
menyinari ruhku
melayang ruhku
mengambang jiwaku
mabuk dengan anggur surgawi
tangan-tangan bidadari
seperti cahaya membimbingku
naiki tangga-tangga surga
melayang di atas kemegahan bumimu
terbang di keindahan langitmu
mabuk seperti nada biola
memeluk ruh kerinduan
tak terperikan
pecah batu dalam jiwa
memancarkan mata air
bermuara di kornea jiwa.
Ciputat, 23-9-2005
EKSTASE 129
kutub membakar wajahku
angin utara membadai
menyapa pantai
jadi kenangan usai
kitab rumi menyapu kemabukan cendekia
ekstase bagai fase-fase kehidupan
menampar kecantikan intelektual
menjelma serigala
menguras isi bumi
ilalang mencambuk jiwaku
mengirim badai
membuka pertempuran armagedon
di sudut-sudut semesta
malaikat pun terkulai
menunggu tiupan terakhir
menghempas lembaran-lembaran dunia
jadi serpihan debu.
Ciputat, 2 Oktober 2005
EKSTASE 130
menari dalam lintasan-lintasan ruh
api cinta menyala
bintang-bintang sirna
seperti cahaya jiwa adam
yang tercuri dari surga
angin puyuh dari hutan ruh
menghemp[askannya
ke peermukaan dunia
bernyanyi di bening ekstase cahaya
ruhku terkapar
segera kusadar dan sujud di altar
menyanyikan keindahan abadi
denting gitar dan lantunan piano
berlari bersama lidah biola
tiba-tiba bersujud kepada jiwa segala jiwa
o andromeda dan gugusan semesta
terkejut ruh-ruh yang berlari dan bernyanyi
menuju cahaya abadi.
Ciputat, 7-10-2005
EKSTASE 131
kicau burung di surga
menyinggung dawai-dawai cahaya
bidadari bertelekan di ranjang penuh permata
turun dan menari seperti rasinah 47
yang terlalu mahir patahan-patahan cahaya
merenda cinta
m,enikam luka
memendam asa
ekstase seperti pejalan cinta
lebur! Menyatu dengan cahaya
desir angin dari surga
menabuh drum
liuk-liuk biola menyanyikan lirik-lirik kepedihan
adam dan hwa
terpaksa gila kehilangan cahaya
yang telah tercxuri
dari misykat ruhnya
berdentam –dentam terbakar prahara
lecutan biola
percikan api dawai gitar membara
iblis ekstase kehampaan cinta
adam!
hawa!
pakailah busana kalian kembali
perzinahan terlarang di surga
juga di atas dunia!.
Ciputat, 7-10-2005
EKSTASE 132
di tepian waktu
cahaya bersujud
dalam kenangan yang luput
seperti musa merindukan cahayamu
hadir di situ 48
segera ruhnya bersujud
dipeluk kenangan yang semaput
ruh musa mengembara berdarah-darah
tak ingin lagi berjumpa
dalam kerendahan yang hina
betapa hampa jiwa, fana, lemah dan hina
tatkala berjumpa ruh absolut
langsung melecut
wujudmu mengkerut.
Ciputat, 7-10-2005
EKSTASE 133
rahman dan rahimmu
membahana di ceruk jiwa
seperti air
jernih mengalir
senandungkan musik
tetabuhan ritmik
genta m emamtik
rindu dan isy’q
dalam wilayah pengetahuan ‘arsy
jangan kau bilang mistik
tak ada gelap
dalam garis kehidupan dan kematian
yang maujud hanya ekstase
trance yang tak pernah musnah.
Ciputat, 7-10-2005
EKSTASE 134
seperti picasso 49
mengembara di retak ilham
meneteskan luka
ke lembah jiwa
begitulah ruhku terpisah
pedih dan kesepian
meronta!
hampa dan sunyi
melecut jiwa
dengan derai airmata
dari nganga luka jiwa:
“kembalilah kekasih
walau sebentar saja!”
bibir ini basaah
tetesan zikir
dan makna-makna
entitas-entitas berobash
menjadi embun
mendingin jiwa.
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 135
kenangan lauhul mahfoedz
ngembara dalam cita dan cinta
entitas-entitas sukma
berpencar bagai bintang
berdiaspora
saat ledakan pertama 50
ketika kekasih
menyapa dengan penuh rahmah
“ayolah bertakwa
jalan kehidupan paling niscaya!”
ruh-ruh itu tertawa
tak mengenali lagi
yang menyapa adalah ruh abadi
sedikit sekali yang kembali
dan bercumbu dengan kekasih.
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 136
kelopak bunga dan serabngga
ekstase di semesta
menapaki reruntuhan rindu
menari dalam getaran cintamu
seiring partial formlessness 51
biola yang membentuk tangga cahaya
menari dan berlari ke naungan ‘arsy
seperti tentara Allah
yang berperang melawan
jiwa, nafsu dan kemanjaan setaniah.
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 137
bukalah daun jiwamu descartes 52
yang telah mengering
dari aliran air 53
daun kering kecerdasanmu
ytelah melahirkan enstein
yang menghancurklan nagasaki dan hiroshima
nyanyian james watt
menjelmakan kota ilmu pengetahuan
yang membopngkar akar cinta
dan membuangnya ke comberan
ilmu pengetahuan adalah cahaya menipu
jutaan laron berterbangan
dan terbakar apinya yang palsu
orang-orang ekstase di laboratorium
orang-orang trance di pub dan night club
mabuk mariyuana, ekstasy dan pil leksotan
dimana ruhmu kau kuburkan rembrantdt 54
kesenian hanyalah percikan nafsu
yang telah membunuh kesucian ruhmu.
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 138
cogito ergo sum!
riuh tepuk tangan dunia
tatkala descartes berhasil
mencabut pohon vera philosophiae 55
dari bangunan modernitas
steuco 56 telah dicampakkan
dari hakikat ilmu pengetahuan dan filsafat
eureka!
teriakan kebodohan
bergema di langit jagat pengetahuan
tuhan realitas yang tak maujud
dalam kehidupan
jerit manusia yang resah
tak pernah memperoleh jawaban dari ‘arsy
sumber abadsi kehidupan .
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 139
biarlah bumi ini
ekstase menuju kehancuran
walau bertrand russel 57
menjerit
modernitas kehilangan jejak abadi
modernisme adalah debu-debu penuh api
yang membakar karpet-karpet persujudan
yang menghamparkan kesadaran ruh
dalam peta keduniaan
biarlah dunia ini
trance menuju kegersangan cinta
pembunuhan-pembunuhan adalah
kewajiban modernisme
pelacuran dan penipuan agenda modernitas
dunia terus meluncur ke lembah kehinaan
seperti adam
jatuh dari surga ke dunia
descartes 58 dari dunia
ke jurang neraka.
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 140
di tengah padang gelap
terhampar setitik cahaya
melesat dan membakar hitam yang menyelimuti
domba-domba tertawan kegelapan
berlari menyelamatkan diri
tapi domba yang menari
menyapa cahaya dan menikmati
ledakan-ledakan cinta
menerangi langit jiwa
dengan suara koor yang kompak
menyanyikan “selamat datang penyelamat cinta!”
kembang-kembang api keabadian
menyusun seribu taman
domba-domba yang tercerahkan
ekstase
bernyanyi dengan sejuta gelombang keindaha
cantikmu
tuhanku!
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 141
patahan-patahan cahaya
di gugusan andromeda dan al-farabi
mencium bintang memeluk ether
di sudut atmosfir
badai luar angkasa ekstase
menciptakan kabut dingin
hitam membeku
dari gumpalan es berkabut
melesat seekor burung
terbang lurus memasuki ‘arsy
kabut, es, ether dan badai
berzikir keras sekali
karena burung itu
meninggakan berkas-berkas cahaya
yang terus berzikir
seluruh entitas di gugusan andromeda dan al-farabi
riuh tarian dan nyanyian
menggetarkan sendi-sendoi keagungan ‘arsy
karena entitas-entitas itu memuji
penguasa alam semesta
yang menggenggam kebesaran ‘arsy
gagah peerkasa.
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 142
dengarlah badai yang merintih
mencari puncak ekstase abadi
berjuta tahun ia terdiam
di ceruk lobang hitam
di gugusan ibnu sina dan qalkilya
dengarlah badai yang menggeram
menemukan pucuk-pucuk trance
tapi gugur karena kelalaian
mengingat kekasih
panah-panah badai meleleh
menunggu jutaan tahun mewujud lembing-lembing
taufan
menghancurkan gumpalan-gumpalan kabut
yang membeku
para malaikat menggiringnya
memasuki stratosfir bumi
berakrobatik di hutan amazon, virginia dan siberia timur
penduduk bumi menjerit
karena badai ekstase
berzikir di atas perkampungan manusia
yang lupa!
Ciputat, 8-10-2005
EKSTASE 143
genggamlah ruhmu
jadi segumpal cahaya
tapi ruhmu yang kecil itulah
yang membawa tubuhmu yang besar
kemana-mana
segenggam ruh
adalah kehidupan yang abadi
sebesar apapun tubuhmu
bila ditinggal ruh
jadi bangkai
menebarkan bau busuk kemana-mana
segenggam ruh
yang taat pada allah dan rasulnya
menebar wangi kesturi
ke segenap semesta
bahkan bangkaimu yang terbaring
di kuburan
mengeluarkan aroma wangi
dan aku menangis
mengenang dan mencium kuburanmu
seperti ini.
Ciputat, 9-10-2005
EKSTASE 144
misteri kehidupan ini
adalah misteri kematian sekaligus
rahasia dunia ini
rahasia akhirat serempak
ketakterpahaman terhadap perempuan
juga ketakmengertian kepada laki-laki
siapakah yang menciptakan
semua ini?
rahasia ekstase kepada kekasih
adalah rahasia kemabukan pada dunia
misteri gelap
misteri terang sekaligus
satu sisi mata uang tak berdiri sendiri
tanpa sisi mata uang yang lain
tegaskan tujuan pengembaraanmu
jangan terpedaya hidup dan mati
usah takut pada gelap dan terang
rindukan saja satu nama
kekasih abadi
allah!
Ciputat, 9-10-2005
EKSTASE 145
bintang pun terbakar
meledak!
Eestase!
hancur dan kembali ke rahmatullah
esensi dan eksistensinya
bertebaran di alam semesta
jangan kau kira
setiap hari hewan, tumbuhan dan manusia
mengalami ajalnya
bintang di luar anbgkasa pun
setiap hari menemui kematian
manusia mati membekas kuburan
bintang mati meninggalkan
reruntuhan.
Ciputat, 9-10-2005
EKSTASE 146
senja di pucuk-pucuk sukma
cemara menjulang di lereng-lereng badai
menyapa keangkuhanmu
aku datang kekasihku
bagai pusaran prahara yang siuman dan lumpuh
di bawah pancaran ‘arsymu
di sepanjang perbatasan penuh pertempuran
manusia-manusia terkapar
dadanya yang terluka
menganga perlihatkan rabu yang pecah
ngalirkan darah
lalat-lalat kemuraman
mengerubuti tubuh-tubuh membusuk
iblis yang licik penuh culas
mengumumkan kemenangan perang
menyongsong akhirat
yang makin dekat!
Ciputat, 9-10-2005
EKSTASE 147
azan menari-nari
di taman hati
pucuk-pucuk zaitun
melambai dari ketinggian
di lereng-lereng bukit di surga
sebotol anggur di bawakan bidadari
di atas nampam
para pencinta menggapai penuh ekstase
di atas badai
pencinta-pencinta bertawajjuh
dengan kekasih
menelusuri hutan asing dan sungai ganas
di amazon
menyisir bintang-bintang
di gugusan bimasakti tak dikenal
sepanjang perjalanan
pencinta-pencinta tiada henti menari,
bernyanyi
melagukan keindahan taman-taman abadi
bercerita tentang wajah kekasih
tatkala dipertemukan
airmata berguguran menatap kecantikan
yang belum pernah terbayangkan
o cantikmu!
sejuta bius merajam tubuh
dan ruhku!
Ciputat, 9-10-2005
EKSTASE 148
mabuk aku!
di atas trem-trem tercepat di luar angkasa
panah-panah badai memecah kaca jendela
gerbong-gerbong tersungkur
di atas rel yang porak-poranda
aku menari-nari
di antara planet dan bintang yang ekstase
menyunggingkan senyum si gila
kekasih menonton saja
dari balik tirai cahaya-cahaya
catatlah aku dalam diarymu
sebagai kekasih yang tergila-gila kepadamu
kumainkan biola
agar kau mendengar keindahan permainanku
kusapukan airmata pada kanvas
lihat lukisan indah yang kupersembahkan
karena kerinduan ruh dan jiwa
mabuk aku!
kutinggalkan trem-trem yang mogok di luar angkasa
aku melayang bersama jibril dan guru mursyidku
mencari istanamu yang belum kujumpa
bintang dan planet bertabrakan
seluruh gugus bimasakti telah terlewatkan
aku menari di bawah pancaran cahaya ‘arsymu
terheran-heran penuh takjub
menatap kebesaran dan keagungan
yang belum pernah kubayangkan!
Ciputat, 9-10-2005
EKSTASE 149
sepanjang rawa berlumpur
kutatap esensi dan eksistensiku yang hina
hitam, kotor dan bau
ketika aku dihina manusia
sadar aku
esensi dan eksistensiku
lumpur hitam di rawa-rawa
diaduk dengan cahaya, angin, air
aku dishalat (tegak) kan allah
maka aku harus menshalat( menegak) kan
allah dalam tubuh dan ruhku
sepanjang rawa berlumpur
kusaksikan allah mengangkat martabatku
para malaikat menyanyikan:
“engkau makhluk paling mulia!”
nyanyian itu kudengar nyata
saat manusia terlelap semua
aku tahajjudkan ruhku
menyujudi lumpur di rawa-rawa
seperti para malaikat menyujudi adam
sebagai penghormatan teramat agung
kepada pencipta
sepanjang rawa berlumpur
aku menangisi hakikatku
yang tiada berharga
tapi juga kutangisi kebesaranmu
yang tak pernah mampu kupahami
dengan tubuh penuh lumpur hina
pantaskah aku berkata:
“kekasih kepadamu?”
o tuhanku
betapa agung
cintamu kepadaku!
Ciputat, 9-10-2005
EKSTASE 150
dari buku diarymu, kekasih
engkau menulis sepucuk surat
menceritakan taman-taman terindah
dan kaum kirimkan lewat email
dalam mimpiku
di saat kuterjaga
aku tersedu mengenangmu
wajahku basah
lalu kau layangkan selembar sapu tangan
dari surga
kubaca pada lembar saputanganmu
kalimat istighfar seratus kali:
“setiap hari
hapuslah airmatamu
dengan saputangan ini!” ujarmu dalam hening
dan sunyi.
Ciputat, 9-10-2005
EKSTASE 151
kembara telah kutanamkan
dalam jiwa
tanah ini hanyalah taman persinggahan
tanahnya jauh lebih buruk dan tak abadi
aku menetap untuk bekerja
mengumpulkan belanja
untuk berangkat ke surga
kembara telah kutancapkan
dalam ruh
aku singgah sebentar
hanya mengumpulkan bekal
kemudian taman ini pasti kulupakan
selamanya
walau karib kerabat
melepasku dengan derai airmata
kembara telah kutuliskan
pada puisi-puisi cinta
karena kekasih hakiki
tak ada di sini
kuselalu rindukan dunia sana
dimana kekasih tercinta
bertahta.
Ciputat, 10-10-2005
EKSTASE 152
lepaskan ruhmu, manusia
seperti kau melepas kantukmu
menuju tidur
kepergianmu bukanlah
menuju dunia maya fatamorgana
selalulah ekstase padanya
mengembarakan ruhmu
singgah di rumahnya
mekarkan bunga cintamu
mwenghiasi karang keimanan
tertancap kokoh di lautan
lepaskan ruhmu, manusia
pasrahkan semua jiwa dan raga
selalulah menari riang gembira
dan bernyanyi mengenangnya.
Ciputat, 10-10-2005
EKSTASE 153
sinar ultra violet
berlari menerangi gugusan qalkiya
bintang tsurayya tertegun sejenak
suara azan jauh terdengar
menembus batas-batas stratosfir, atmosfir dan
outosfir di bumi
teringat ia awal penciptaan semesta
nur muhammad tiada henti
menzikirkan kekasih
“muhammadlah guru segala pencinta
yang membayangkan dan merindukan
kekasihnya siang dan malam
saat berdiri, duduk atau terbaring” jerit bintang
tsurayya kepada bintang qarmita
o kerinduan demi kerinduan
telah jadi ritual abadi
setiap makhluk yang mencinta kekasih
ekstase!
lebur dalam cahaya
menyilaukan mata jiwa.
Ciputat, 11-10-2005
EKSTASE 154
kubaringkan ruhku
di dalam peti mati itu
tubuhku berdiri kaku
menatap ruhku membaringkan dirinya
sesosok malaikat bertanya:
“sudah waktunyakah
kau terbaring di situ?”
“aku tak tahu!” jawab ruhku.
“itu urusan kekasih
apakah ia memanggil ruhku sekarang
atau nanti
serahkan pada kekasih!” tiba-tiba tubuhku bergetar
menjawab pertanyaan malaikat
dengan penuh ekstase
menyebut-nyebut nama kekasih
aku bimbing tubuh kaku
memasuki peti mati
ia mengikutiku
dan berkata kepadaku (ruh):
“kini aku belajar mati
suatu saat, aku siap
bila kekasihmu memanggilku!”
yang tiba-tiba menangis
mengenang cintanya!
Ciputat, 11-10-2005
EKSTASE 155
saatnya kau menyambut kekasih
datang menjemputmu
dari ketinggian ‘arsy ia berkata:
“kekasihku
datanglah kepadaku
aku utus seorang malaikat
membelai ruhmu dengan lembut
kau akan lahir
dari tubuhmu yang menghamili
benih-benih ibadah
karena cintamu padaku” dengan penuh senyum.
membantu melahirkan bayi ruhku
setiap tarikan nafas ia ucapkan:
laailaahaillallah
laailaahaillallah
laailaahaillallah
dan aku dibawa terbang dua malaikat
menuju ‘arsy kekasih
diiringi tawa, urai airmata dan canda
yang tak merendahkan martabat
ruh yang paling dimuliakan.
Ciputat, 11-10-2005
EKSTASE 156
kaulah pualam terindah
diaduk dengan cinta, cahaya
dan nestapa
keindahanmu menyala-nyala
pohonan, hewan dan alam semesta
iri melihat sosokmu yang sempurna
seluruh makhluk yang menyaksikanmu
ekstase kepada allah
kaulah keramik tercantik
yang dicipta penguasa semesta
diolah dari air, api, angin dan tanah
lalu dihembuskan ruh cinta
engkau pun berdiri
memaknai benda-benda
semua menghamba melayanimu
mengapa kau tak menghamba
melayani pencipta?
ekstaselah pada cahaya abadi
agar bertambah keindahan
dan kencantikanmu
manusia!
Ciputat, 12-10-2005
EKSTASE 157
ornamen-ornamen sukma
menghiasi langit semesta
pohon abadi, cahaya ruhani,
partitur nyanyian semesta
memenuhi gugusan bimasakti
bintang seperti kapal berlayar
di luar angkasa
malaikat bersembunyi
di setiap petala semesta
ruh nabi dan syuhada
bernyanyi sepanjang abad yang hening
menari, ekstase di dalam taman
suara indah menggemuruh
mengagetkan pecinta di dunia
tatkala mereka merenung
dalam tahajud yang panjang.
Ciputat, 12-10-2005
EKSTASE 158
kurekam juga kecantikan abadi dalam diri
sampai aku tak sadar diri
ekstase dalam kecantikanmu
menakar ruhku
yang kian limbung
tak tahan menatap keindahanmu
yang menggoyangkan trance
aku jadbakh
segala fana musnah
abadi cintamu
dalam segala cuaca
dan waktu!
Ciputat, 12-10-2005
EKSTASE 159
dari jauh ia menari-nari
menyambut nyanyian abadi
di gugusan syamsira
bintang utari melempar se nyum
kembara tak putus
olej ekstase pencinta
mabuk hanyalah penyatuan kesadaran pencinta
dengan cahaya abadi
saat bermimpi
didatanghi sang nabi
berurai airmata
dipelukan sang nabi
perpisahan pun terjadi
saat terjaga dari mimpi.
Ciputat, 12-10-2005
EKSTASE 160
wahai jiwa pemabuk
zikirlah dengan hakikat
tinggalkan gemetar bibirmu
leburkan segala huruf
bawalah jantungmu mengangkasa
ke semesta tak terbatas
segala gugus bimasakti
bakal mati
jiwamulah yang gemetar abadi
mengingat satu nama
ruhmulah yang bergoncang kekal
mendengar ayat-ayatnya
dipahat di dinding kabut semesta
ketika pahatan ayat-ayat dicabut
kabut musnah
seperti pahatan ruh di tubuhmu
tubuhpun fana!
Ciputat, 13-10-2005
EKSTASE 161
ornamen-ornamen cinta
telah diukir dalam tubuhmu
juga pahatan abadi
tertatah pada ruhmu
karena matamu buta
kau tak melihat ornamen dan pahatan itu
jika kau mampu melihatnya
kau jatuh pingsan karena keindahannya
mengapa kabut fana
menyelimuti langit ruhmu
menutupi dan merusak kornea matamu
makin sore kabut kian menebal
dan maut menjemput
saat kau tak sanggup menatap
siapa yang menunggumu di sana
o astaghfirulah!
Ciputat, 13-10-2005
EKSTASE 162
di gugusan walmiki
ruh-ruh pencinta menari
para pencinta di bumi
mendengar nyanyian mereka di langit tinggi
terbanglah ruh-ruh pencinta di bumi
bergabung dengan ruh abadi
empat puluh hari
tubuh pencinta mati suri
dintinggal penghuni
ekstase
mabuk di gugusan walmiki
manusia bumi gempar
kemana ruh pencinta pergi
mereka hanya menyaksi
tubuh tak berdaya
pasrah menunggu mati!
Ciputat, 13-10-2005
EKSTASE 163
pualam abadi yang disebar kekasih
ciptaan sempurna
tak akan musnah
walau disusupi rasa manis di surga
tak rusak
dibakar di dasar neraka
pilih kasih-sayang kekasihmu
dengan cara lembut (surga)
atau keras (neraka)
keduanya manifestasi rahman
dan rahim kekasih
keduanya bentuk abadi
cinta kekasih
kkepada makhluk
yang sangat dicintainya.
Ciputat, 13-10-2005
EKSTASE 164
takkan ada senyummu
tanpa ratapmu
tak pernah ada taman
tanpa ada belukar
tak maujud abadi
tanpa mewujud yang fani
o tangismu adalah intan mutiara termahal
untuk meraih cahaya abadi
rintihmu penuh ekstase
bukan gemetar bibirmu
tapi hati yang menggigil
menghadap segala rupa abadi
jangan kau hempas tubuhmu
ruhmu seakan musnah
tercelup ke lautan cahaya sunyi
ekstase pada allah
terluka karena cintanya
tak akan pernah kecewa
karena harapan terus dibentang
sepanjang masa
seperti hamparan permadani cinta
yang indah, lembut
dan menakjubkan.
Ciputat, 13-10-2005
EKSTASE 165
siapakah yang bergitar dinihari
memainkan melodi abadi
memanggil kekasih
agar jangan pergi
jauh dari diri
siapakah yang mengalunkan denting piano
meneteskan air surgawi
ke ceruk jiwa dahaga
memanggil kekasih
agar kembali melebatkan
hutan-hutan ranggas
dalam jiwa manusia
tak pernah ekstase
pada asma ilahi
siapakah yang memainkan biola
mengalunkan nyanyian abadi
menyirami jiwa-jiwa hampa
dengan gemericik air
dalam sunyi
siapakah yangn menabuh perkusi
memperlihatkan kebesaran ilahi
pada jiwa yang tak peduli
pada cahaya abadi
siapakah diri ini
yang tiba-tiba terionggok di sini
membaca puisi.
Ci[putat, 13-10-2005
EKSTASE 166
dengan lampu lentera (bintang-bintang)
yang tergantung di luar angkasa
kita arungi samudera kehidupan
yang fana
kita pengembara
yang kehilangan peta
jika lenter tak ada
pada lentera yang sangat jauh
ada ruh-ruh istirah
di antara kesejukan taman-taman
di dalamnya
ada ruh-ruh yang gelisah
di antara panas dan sempit ruang
di penjara yang telah tersedia
di dalamnya
aku ekstase
mengenang cinta dan kebencian
dua entitas dicipta penguasa semesta
sebagai mizan (timbangan) kehidupan manusia
di karpet bumi.
Ciputat, 13-10-2005
EKSTASE 167
airmata rasulullah
adalah airmata semesta
membasahi pohon-pohon ranggas
umat yang hampir terlepas
dari syafaatnya
di atas dunia
airmata rasulullah
adalah airmata jiwa
menggenangi danau-danau kering
batu-batu panas melengking
menjerit mohon pertolongan
syafaatmu tak pernah terputus
di dunia dan di mahsyar sana
o rasulullah
jalinlah kembali jiwa-jiwa kami
yang terlepas
iman yang tergadai karena kelaparan
tolonglah kami ya rasul
ekstasekanlah kami
pada jalanmu
mabuk pada cintamu yang abadi.
Cipuyay, 14-10-2005
EKSTASE 168
dialah matahari
cahaya menari-nari
sejak dari kandungan
sampai dibungkus kafan
dialah cinta
dialah teladan semua agama
seluruh alquran dalam dirinya
semua makhluk berkaca kepadanya
o muhammad kekasih abadi
basuhlah ruhku
dengan airmatamu
usaplah wajahku
dengan tangan lembutmu
ekstase
tersungkur ruhku
di maqam-maqam abadimu
Ciputat, 14-10-2005
EKSTASE 169
di langit bintang tsurayya dan layla
berzikir dalam tarian abadi
aku menangisi kehinaanku
lumpur hitam di langit terendahmu
nista!
jika tak kau beri petunjuk
dan menundukkan ruhku dengan cintamu
qalbku lebih keras dari batu
aku lebih dungu
dari seribu keledai
di langit bintang marusya dan azkia
menari,
mendendangkan nyanyian surgawi
dengan iringan marawisy dan dentam biola
kutangisi asal-usulku
tanah yang pantas musnah,
rendah!
tapi kesombingan meronta dalam jiwa
menepuk dada
jika tak kau hempaskan aku
pada kemalangan demi kemalangan
aku lebih keras dari karang
aku lebih jahil
dari seribu kafir.
Ciputat, 14-10-2005
EKSTASE 170
rasulullah
wahai rasulullah
aku datang dengan wajah penuh debu
pengembara yang melangkah
dengan lidah kaku
jiwaku telah dihantui
seribu ketakutan dan kekhawatiran
di depanmu
engkau menyodorkan secangkir zamzam
tapi kakiku kaku
aku tak mampu melangkah
rasulullah
wahai rasulullah
aku ini pengembara hina
di akhir zaman penuh pancaroba
sambutlah tanganku
aku rindu bimbinganmu
wadhukanlah aku
dengan airmatamu
thala’al badru ‘alaina
maja-a lillahi da’a
ayyuhal mab’u shufiiha
mintani yaathil wada’a
shalawatullah ‘alaika
fasthafad minhu shuduri
mitslahu siqma raaina
intara fil ‘alamiin
thala’al badru ‘alaina
maja-a lillahi da’a
ayyuhal mab’u shufiioha
mintani yaathil wada’a
EKSTASE 171
ruh
yang menjadikan alam semeasta riuh
penuh tetabuh
dulu
alam ini sepi
walau ada malaikat taat menyembah ilahi
hewan, tumbuhan dan semesta-raya
selalu mel;agukan nyanyian abadi
namun tak berarti
ruh
diaduk lumpur hitam
beranak pinak di muka bumi
manusialah menjadikan
alam semesta bermakna
manusia yang selalu berlagu,
menari, zuhud , peniup seruling sufi
lebih berat dari seribu bumi
ruh pemeluk teguh
bersinar-sinar bagai bintang tsurayya
jika manusia memandang ke langit
penuh tebaran bintang
tuhan melihat bintang berserakan di bumi
bintang ekstase kepada kekasih abadi
manhsia palking indah
memancarkan cahaya.
Ciputat, 17-10-2005
EKSTASE 172
sungguh aku terkluka kekasihku
tatkala kau memisahkanku darimu
aku menjerit
dengarlah gambaran jeritan
yang begitu hebat
ketika lahir kem dunia
aku meraung merasakan perihnya
tapi kau mekasakku mengembara
sungguh hebat luka menyayat jiwa
selama dalam kandungan rahim ibu
aku menjerit menghiba-hiba!
“untuk menjadi hamba yang kumuliakan
kau harus terpisah dariku!” ujarmu
tapi luka yang tak mampu kubayangkan
adalah lupa kepadamu
jika luka inimkuederita berpouluh tahun
akupun malu berkata “kekasih kepadamu!”
tuhan, lindungilah aku dari luka ini!
18-10-2005
EKSTASE 173
luka!
menganga!
terpisah dengan cinta
luka yang mengerikan
tapi ada luka lain
yang aku mohon perlindungan
luka maksiat
tuhanku
betapa hebat aku meronta
karena kau cinta kepadaku
namun betapa hebat cintaku kepada maksiat
karena kau telah mencabut cintamu
dari hatiku
o tuhanku
airmata ini berguguran
seperti tebing-tebing yang runtuh
tiada henti
menggenangi dosa dan menghanyutkannya
ke lautan luas
tuhanku
obatilah luka=lukaku
dengan obat paling mujarab
cintamu
tuhanku
ciputat, 18-10-2005
EKSTASE 174
kau benamkan aku
ke lautan debu
aku tak mampu bernafas
dengan cahayamu
berilah aku sedikit sinarmu
dan seulas hjidayah
agar diriku tak terlalu payah
mengembara dalam gelisah
kau campakkan aku
kle gugusan debu
sulit kutangka[ sinar yang tercemar
atau sinar abadi darimu
tanamkanlah cahayamu
ke onggokan debu ini
aku mengharap cahayamu
seperti tali terulur
dari ketinggian ‘arsymu
Ciputat, 18-10-2005
EKSTASE 175
manusia ingkar janji
pada komitmen abadi
seperti pengikut musa
melupakan sepuluh perjanjian tuhan 60
mereka merajalela melanggar
semua larangan
o alangkah dungunya manusia
dianugerahi cahaya
dan diagungka n pada mahkota cinta
namun manusia ingin yang hina
o betapa jahilnya manusia
telah dimandatkan menjadi khalifah
tapi selalu saja tak puas dan resah
membusunbgkan dada dengan gagah
padahal wujudnya sangat lemah
o ekstase pada nafsu setaniah.
Ciputat, 19-10-2005
EKSTASE 176
melayang di angkasa jiwa
seperti terbang di langit terbuka
akulah rajawali
arungi langit biru
dan hilang entah di rimba mana
seperti ruhku
melambung di gugusan bimasakti
bintang-bintang tak mampu
melihatku lagi
tenggelam di bawah cahaya ‘arsy
karena larut
di alam lahut.
EKSTASE 177
hamparan permadani cahaya
seperti karpet
terkembang di alam semesta
burung-burung berhambur
ke lembah-lembah jiwa
mendengar gemericik mata ari sukma
seperti nyanyian cinta
tak pernah sirna
bintang-bintang
dan langit membentang
adalah lengkung ruhku
diterpa cahaya
seribu pemusik memainkan
partitur keindahan bersama
jiwaku ekstase
mabuk bagaikan seribu penjual anggur
menuangkan bersloki-sloki wine
ke tenggorokanku
kakiku menghentak
sambil mengucap: allah! Allah! Allah!
ditingkah piano, drum dan melodi
mengiringi ekstaseku
yang terus meronta!
Ciputat 22-10-2005
EKSTASE 178
malam
bersama bintang kumelayang
bersama bulan kumengenang
keindahan cintamu
kau berbisik lewat ruhmu
mencium jiwaku
kepayang!
kulantunkan al-waqi’ah
dengan jiwa qana’ah
o cahaya-cahaya menari
menyauk vodka dari lembah cinta
memainkan elegi kerinduan
yang membara
dari panggung musik
menggema!
jauh ke pelosok-pelosok jiwa
o allahku!!
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 179
aku menangis
menyaksikan arsitektur cinta
ditopang pilar-pilar cahaya
membubung ke langit ‘arsymu
agung!
ruh ketawadhu’anku
bersujud di bawah arsitekturmu
mencium lumpur
aku menjerit histeris
hampir putus asa
ketika belalai ruhku
menggapai-gapai ketinggian ‘arsymu
aku terbakar oleh kerinduan
yang tak pernah padam
cinta menyala-nyala
seperti api membara
tak pernah sirna!
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 180
kembarakan hatimu
ke taman cinta
jutaan bunga mewangi
merpati tak ingkar janji
dendang musik abadi
menyambut penuh peduli
lepaskan sayap ruhmu
mengarungi samudera cinta
bintang-bintang di sana
matahari penuh bunga
bulan menyapa
telah datang kekasih abadi
menyambut kepakan sayapmu
yang telah lelah mengembara
terbangkan jiwamu
biarkan titian shiratal mustaqim
kakimu tak akan menjejak tanah
kau akan datang ke taman kekasih
dengan berterbangan
seperti elang.
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 181
rindu kepakan sayapmu
menderu di atas pilu
perpisahan
menyaput awan kegelisahan
tiada tertahankan
aku kesepian
tanpa cintamu lagi
seperti dulu
bertabur cahaya abadi
aku dalam perjalanan
kembali ke pelukan
lebih mesra
sungguh abadi
cintamu tak terperi!
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 182
dari tadi
kupeluk saja boneka ini
lumpur yan g lupa kekasih
penyakit apa
yang kuderita
hingga kepayang dunia
kuingin tirai-tirai penghalang
segera terbang
kulihat kekasih sedang sembahyang
di tengah ketenangan cahaya ‘arsy
keindahan apa menutup pandangan
keangkuhan apa menutup pintu
nuju langitmu
o tangisku pecah!
gundah!
gerinda jiwa kuasah
sayap-asaypku mengerkah
terbanglah
ruh!
ke lautan cintamu!
Ciputat, 23-10-2005
EKSTASE 183
jiwa!
yang tercerabut
dari akar lukanya
kembalilah ke pangkuan cinta
dengan tenang
menapak tilas jalan azalimu
kuserahkan memoar perjalanan ruhku
dengan tergugu
mengenang pengembaraanku
dirintang badai katrina
bencana dan prahara
bukan hal luarbiasa
bacalah kekasih
memoar perjalanan seorang pencinta
yang hina
dan nista
paduka raja
tuihan segala semesta
leburkan aku
dalam arsitektur cintamu.
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 184
siapakah yang menari dalam jiwa
dinihari sunyi
semua mata telah tersungkur
di peraduannya
kaukah kekasih abadi
bernyanyi seperti artis
ekstase!
berlari-lari seperti armand
menjungkir-balikkan panggung
menjadi taman impian
menggetarkan!
jika kau datang ke tamanku
jiwa diharu rindu
kusambut dengan seribu nada keindahan
tapi kau tak datang kekasihku
kau hanya menari dalam jiwa
tatkala aku terlena
saat mata terbuka
buru-buru aku raih air wudhu cinta
menarilah kembali dalam jiwa
tapi kekasih tak datang juga.
Ciputat, 23-10-2005
EKSTASE 185
bumi telah menggulung hamparannya
langit telah menutup layarnya
bintang-bintang telah dikuburkan
aku tersimpan
dalam lipatan kemusnahan
o betapa agungnya engkau
bertahta di atas semesta kefanaan
malaikat, manusia dan jin
kau tidurkan
sebentar lagi kau bangunkan semua
layar kebesaranmu terkembang
hamparan kekuasaanmu membentang
lihatlah padang mahsyar
terang benderang
tanpa pohon
hanya engkaulah satu-satunya
pohon abadi
di tengah terik matahari.
Ciputat, 23-10-2005
EKSTASE 186
dari laju kencang kereta senja
suara azan menerabas kaca jendela
mengajakku bercinta
ekstase!
dan angin tersungkur
di tengah sujud semesta
menyujudkan matahari
beserta kening-kening lembut
dan hati seperti hamparan beludru
putih!
bersih!
tuhanku
ruhku telah terbalut perban
menutup lukaku
setelah dibacok pentinggi-petinggi dunia
mendera!
aku sujudkan jiwaku
di lantai kereta yang berdebu!
Ciputat, 23-10-2005
EKSTASE 167
airmata rasulullah
adalah airmata semesta
membasahi pohon-pohon ranggas
umat yang hampir terlepas
dari syafaatnya
di atas dunia
airmata rasulullah
adalah airmata jiwa
menggenangi danau-danau kering
batu-batu panas melengking
menjerit mohon pertolongan
syafaatmu tak pernah terputus
di dunia dan di mahsyar sana
o rasulullah
jalinlah kembali jiwa-jiwa kami
yang terlepas
iman yang tergadai karena kelaparan
tolonglah kami ya rasul
ekstasekanlah kami
pada jalanmu
mabuk pada cintamu yang abadi.
Cipuyay, 14-10-2005
EKSTASE 168
dialah matahari
cahaya menari-nari
sejak dari kandungan
sampai dibungkus kafan
dialah cinta
dialah teladan semua agama
seluruh alquran dalam dirinya
semua makhluk berkaca kepadanya
o muhammad kekasih abadi
basuhlah ruhku
dengan airmatamu
usaplah wajahku
dengan tangan lembutmu
ekstase
tersungkur ruhku
di maqam-maqam abadimu
Ciputat, 14-10-2005
EKSTASE 169
di langit bintang tsurayya dan layla
berzikir dalam tarian abadi
aku menangisi kehinaanku
lumpur hitam di langit terendahmu
nista!
jika tak kau beri petunjuk
dan menundukkan ruhku dengan cintamu
qalbku lebih keras dari batu
aku lebih dungu
dari seribu keledai
di langit bintang marusya dan azkia
menari,
mendendangkan nyanyian surgawi
dengan iringan marawisy dan dentam biola
kutangisi asal-usulku
tanah yang pantas musnah,
rendah!
tapi kesombingan meronta dalam jiwa
menepuk dada
jika tak kau hempaskan aku
pada kemalangan demi kemalangan
aku lebih keras dari karang
aku lebih jahil
dari seribu kafir.
Ciputat, 14-10-2005
EKSTASE 170
rasulullah
wahai rasulullah
aku datang dengan wajah penuh debu
pengembara yang melangkah
dengan lidah kaku
jiwaku telah dihantui
seribu ketakutan dan kekhawatiran
di depanmu
engkau menyodorkan secangkir zamzam
tapi kakiku kaku
aku tak mampu melangkah
rasulullah
wahai rasulullah
aku ini pengembara hina
di akhir zaman penuh pancaroba
sambutlah tanganku
aku rindu bimbinganmu
wadhukanlah aku
dengan airmatamu
thala’al badru ‘alaina
maja-a lillahi da’a
ayyuhal mab’u shufiiha
mintani yaathil wada’a
shalawatullah ‘alaika
fasthafad minhu shuduri
mitslahu siqma raaina
intara fil ‘alamiin
thala’al badru ‘alaina
maja-a lillahi da’a
ayyuhal mab’u shufiioha
mintani yaathil wada’a
EKSTASE 171
ruh
yang menjadikan alam semeasta riuh
penuh tetabuh
dulu
alam ini sepi
walau ada malaikat taat menyembah ilahi
hewan, tumbuhan dan semesta-raya
selalu mel;agukan nyanyian abadi
namun tak berarti
ruh
diaduk lumpur hitam
beranak pinak di muka bumi
manusialah menjadikan
alam semesta bermakna
manusia yang selalu berlagu,
menari, zuhud , peniup seruling sufi
lebih berat dari seribu bumi
ruh pemeluk teguh
bersinar-sinar bagai bintang tsurayya
jika manusia memandang ke langit
penuh tebaran bintang
tuhan melihat bintang berserakan di bumi
bintang ekstase kepada kekasih abadi
manhsia palking indah
memancarkan cahaya.
Ciputat, 17-10-2005
EKSTASE 172
sungguh aku terkluka kekasihku
tatkala kau memisahkanku darimu
aku menjerit
dengarlah gambaran jeritan
yang begitu hebat
ketika lahir kem dunia
aku meraung merasakan perihnya
tapi kau mekasakku mengembara
sungguh hebat luka menyayat jiwa
selama dalam kandungan rahim ibu
aku menjerit menghiba-hiba!
“untuk menjadi hamba yang kumuliakan
kau harus terpisah dariku!” ujarmu
tapi luka yang tak mampu kubayangkan
adalah lupa kepadamu
jika luka inimkuederita berpouluh tahun
akupun malu berkata “kekasih kepadamu!”
tuhan, lindungilah aku dari luka ini!
18-10-2005
EKSTASE 173
luka!
menganga!
terpisah dengan cinta
luka yang mengerikan
tapi ada luka lain
yang aku mohon perlindungan
luka maksiat
tuhanku
betapa hebat aku meronta
karena kau cinta kepadaku
namun betapa hebat cintaku kepada maksiat
karena kau telah mencabut cintamu
dari hatiku
o tuhanku
airmata ini berguguran
seperti tebing-tebing yang runtuh
tiada henti
menggenangi dosa dan menghanyutkannya
ke lautan luas
tuhanku
obatilah luka=lukaku
dengan obat paling mujarab
cintamu
tuhanku
ciputat, 18-10-2005
EKSTASE 174
kau benamkan aku
ke lautan debu
aku tak mampu bernafas
dengan cahayamu
berilah aku sedikit sinarmu
dan seulas hjidayah
agar diriku tak terlalu payah
mengembara dalam gelisah
kau campakkan aku
kle gugusan debu
sulit kutangka[ sinar yang tercemar
atau sinar abadi darimu
tanamkanlah cahayamu
ke onggokan debu ini
aku mengharap cahayamu
seperti tali terulur
dari ketinggian ‘arsymu
Ciputat, 18-10-2005
EKSTASE 175
manusia ingkar janji
pada komitmen abadi
seperti pengikut musa
melupakan sepuluh perjanjian tuhan 60
mereka merajalela melanggar
semua larangan
o alangkah dungunya manusia
dianugerahi cahaya
dan diagungka n pada mahkota cinta
namun manusia ingin yang hina
o betapa jahilnya manusia
telah dimandatkan menjadi mkhalifah
tapi selalu saja tak puas dan resah
membusunbgkan dada dengan gagah
padahal wujudnya sangat lemah
o ekstase pada nafsu setaniah.
Ciputat, 19-10-2005
EKSTASE 176
melayang di angkasa jiwa
seperti terbang di langit terbuka
akulah rajawali
arungi langit biru
dan hilang entah di rimba mana
seperti ruhku
melambung di gugusan bimasakti
bintang-bintang tak mampu
melihatku lagi
tenggelam di bawah cahaya ‘arsy
karena larut
di alam lahut.
EKSTASE 177
hamparan permadani cahaya
seperti karpet
terkembang di alam semesta
burung-burung berhambur
ke lembah-lembah jiwa
mendengar gemericik mata ari sukma
seperti nyanyian cinta
tak pernah sirna
bintang-bintang
dan langit membentang
adalah lengkung ruhku
diterpa cahaya
seribu pemusik memainkan
partitur keindahan bersama
jiwaku ekstase
mabuk bagaikan seribu penjual anggur
menuangkan bersloki-sloki wine
ke tenggorokanku
kakiku menghentak
sambil mengucap: allah! Allah! Allah!
ditingkah piano, drum dan melodi
mengiringi ekstaseku
yang terus meronta!
Ciputat 22-10-2005
EKSTASE 178
malam
bersama bintang kumelayang
bersama bulan kumengenang
keindahan cintamu
kau berbisik lewat ruhmu
mencium jiwaku
kepayang!
kulantunkan al-waqi’ah
dengan jiwa qana’ah
o cahaya-cahaya menari
menyauk vodka dari lembah cinta
memainkan elegi kerinduan
yang membara
dari panggung musik
menggema!
jauh ke pelosok-pelosok jiwa
o allahku!!
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 179
aku menangis
menyaksikan arsitektur cinta
ditopang pilar-pilar cahaya
membubung ke langit ‘arsymu
agung!
ruh ketawadhu’anku
bersujud di bawah arsitekturmu
mencium lumpur
aku menjerit histeris
hampir putus asa
ketika belalai ruhku
menggapai-gapai ketinggian ‘arsymu
aku terbakar oleh kerinduan
yang tak pernah padam
cinta menyala-nyala
seperti api membara
tak pernah sirna!
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 180
kembarakan hatimu
ke taman cinta
jutaan bunga mewangi
merpati tak ingkar janji
dendang musik abadi
menyambut penuh peduli
lepaskan sayap ruhmu
mengarungi samudera cinta
bintang-bintang di sana
matahari penuh bunga
bulan menyapa
telah datang kekasih abadi
menyambut kepakan sayapmu
yang telah lelah mengembara
terbangkan jiwamu
biarkan titian shiratal mustaqim
kakimu tak akan menjejak tanah
kau akan datang ke taman kekasih
dengan berterbangan
seperti elang.
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 181
rindu kepakan sayapmu
menderu di atas pilu
perpisahan
menyaput awan kegelisahan
tiada tertahankan
aku kesepian
tanpa cintamu lagi
seperti dulu
bertabur cahaya abadi
aku dalam perjalanan
kembali ke pelukan
lebih mesra
sungguh abadi
cintamu tak terperi!
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 182
dari tadi
kupeluk saja boneka ini
lumpur yan g lupa kekasih
penyakit apa
yang kuderita
hingga kepayang dunia
kuingin tirai-tirai penghalang
segera terbang
kulihat kekasih sedang sembahyang
di tengah ketenangan cahaya ‘arsy
keindahan apa menutup pandangan
keangkuhan apa menutup pintu
nuju langitmu
o tangisku pecah!
gundah!
gerinda jiwa kuasah
sayap-asaypku mengerkah
terbanglah
ruh!
ke lautan cintamu!
Ciputat, 23-10-2005
EKSTASE 183
jiwa!
yang tercerabut
dari akar lukanya
kembalilah ke pangkuan cinta
dengan tenang
menapak tilas jalan azalimu
kuserahkan memoar perjalanan ruhku
dengan tergugu
mengenang pengembaraanku
dirintang badai katrina
bencana dan prahara
bukan hal luarbiasa
bacalah kekasih
memoar perjalanan seorang pencinta
yang hina
dan nista
paduka raja
tuihan segala semesta
leburkan aku
dalam arsitektur cintamu.
Ciputat, 22-10-2005
EKSTASE 184
siapakah yang menari dalam jiwa
dinihari sunyi
semua mata telah tersungkur
di peraduannya
kaukah kekasih abadi
bernyanyi seperti artis
ekstase!
berlari-lari seperti armand
menjungkir-balikkan panggung
menjadi taman impian
menggetarkan!
jika kau datang ke tamanku
jiwa diharu rindu
kusambut dengan seribu nada keindahan
tapi kau tak datang kekasihku
kau hanya menari dalam jiwa
tatkala aku terlena
saat mata terbuka
buru-buru aku raih air wudhu cinta
menarilah kembali dalam jiwa
tapi kekasih tak datang juga.
Ciputat, 23-10-2005
EKSTASE 185
bumi telah menggulung hamparannya
langit telah menutup layarnya
bintang-bintang telah dikuburkan
aku tersimpan
dalam lipatan kemusnahan
o betapa agungnya engkau
bertahta di atas semesta kefanaan
malaikat, manusia dan jin
kau tidurkan
sebentar lagi kau bangunkan semua
layar kebesaranmu terkembang
hamparan kekuasaanmu membentang
lihatlah padang mahsyar
terang benderang
tanpa pohon
hanya engkaulah satu-satunya
pohon abadi
di tengah terik matahari.
Ciputat, 23-10-2005
EKSTASE 186
dari laju kencang kereta senja
suara azan menerabas kaca jendela
mengajakku bercinta
ekstase!
dan angin tersungkur
di tengah sujud semesta
menyujudkan matahari
beserta kening-kening lembut
dan hati seperti hamparan beludru
putih!
bersih!
tuhanku
ruhku telah terbalut perban
menutup lukaku
setelah dibacok pentinggi-petinggi dunia
mendera!
aku sujudkan jiwaku
di lantai kereta yang berdebu!
Ciputat, 23-10-2005
EKSTASE 187
gudang-gudang terkunci
dalam ruhmu
cahaya tak mapu
menerangi ruang-ruang jiwamu
akun ingin ekstase di menaranya
tapi kau menjatuhkanku
ke perairan ruhmu yang hitam
di samping taman nirwana
di sebelah rumahmu
kudapati semak belukar
bersembunyi kalejengking dan ular
cemara yang dulu menjulang tinggi
telah lama mati
gedunggedung hancur poranda
di kota tua
menyisakan sejarah yang termbun
runtuhan duka
kabut menaungi peninggalan manusia cahaya
kini entah dim ana mereka
tinggal hanya arca tua
lapuk dan penuh tanda tanya.
Ciputat, 24-10-2005
EKSTASE 188
berapa jiwa telah kau terkam
di rimba petualangan
cahaya dalam ruhmu
telah lampus
catatan klehidupan yang tertulis
pada kertas
telah hangus
aku tak mampu ekstase
dalam kerangkeng ruhmu yang kaku
berdinding beton tebal
dingin berlumut
bangkai-bangkai manfsaamu
berserakan memenuhi lantai
jiwamu!
Ciputat, 24-10-2005
EKSTASE 189
telah kupancari ruhmu dengan cahaya ‘arsyku
tapi tak tembus
telah kusinari jiwamu dengan cahaya matahariku
tapi tak putus
telah kuterima sinar bulan menerangi nuranimu
tapi lampus
begitu serious kumandikan tubuhmu
penuh kotoran dan noda dosa
aduh!
ingusmu terus meleleh dari hidungmu
mengotori kembali apa yang telah kubersihkan
pada dirimu
pada ruhmu
dalam jiwamu!
Ciputat, 24-10-2005
EKSTASE 190
riuh suara badai
antara kepakan elang yang erkulai
makin meninggi
ke pucuk gugus bimasakti
ruh-ruh yang kian deru
rindu ekstase
menggulung seperti kumparan debu
makin terngiang detak jantung kekasih
kepakan sayap ruh
ninggalkan langit yang kian sepi
makin tak berarti
lebih abadi nerobos pintu-pintu
makin meninggi
berarti dalam diri
seperti gumpalan makna
sulit terurai
tak terkatakan
rindu makin menderu
seperti ketenangan lengkung ‘ars
meluruhkan kata demi kata
meneteskan airmata
aku termangu
bisu!
airmata
netesi rabu!
kalbu!
ruhku!
Ciputat , 25-10-2005
EKSTASE 191
seperti tangan melambai
dari pintu azali yang landai
ngucapkan “selamat mengembara!” kepada ruhku
sampai kembali
ke pangkuan ilahi
o, betapa kelu lidahku
kesedihan tak terucap
airmata terperangkap
jiwaku!
harapan apa yang akan kuraih
dalam perjalanan sangat panjang
ke depan
tahukah ruhku
bahwa di depan
ada perjumpaan?
o, kelu lidahku
kecemasan tak terungkap
berat pengembaraan
yang mengalihkan perhatian
pada kesia-siaan
melenakan!
aku merenung
tapi tak mampu kuhitung
dunia tambah akhirat
tuhankah?
oh ruhku!
oh jiwaku!
Ciputat, 25-10-2005
EKSTASE 192
kukembarai juga
dunia ini akhirnya
mengikuti ruh-ruh
yang telah jelajahi
semesta dunia fana
terdengar jejak langkah
qabil, fir’aun dan qarun
juga kudengar samar
langkah lembut ibrahim, isa dan
muhammad
manakah jejak yang sesungguhnya
akan kutempuh?
o kekasih
jika tak kau bimbing ruhku
aku berada di persimpangan jalan
sangat membingungkan
aku berdiri di tengah dilema psikologis
teramat sulit kurengkuh
mengayuh sampan ruhku
di lautan pengembaraan
yang luarbiasa luas
tak terbatas!
o kepakan sayap elang cahayamu
beri isyarat untukku
kutinggalkan sampan ruh ini
kuterbang ke angkasa raya
menggapai cintamu
baru kutahu
tujuan pengembaraanku
yang sesungguhnya
cintaku!
Ciputat, 25-10-2005
EKSTASE 193
ada seulas tangan melambai
memanggil
lelah
dan terkulai
tersaput kabut
hilang dalam badai
ada selembar tangan menggapai
manjat tebing-tebing tak sampai
jatuh!
luruh!
lenyap dalam kabut!
ada suara tangis membadai
dari lembah kubur itu
entah apa diratap
serak!
basah!
lengking kesedihan
sungguh dalam!
cinta!
tak tergapai
ekstase!
tak tercapai
trance!
tak sampai
sia-sia kutebarkan cahaya
di alam semesta
juga di semesta ruh
dan jiwa!
Ciputat, 25-10-2005
EKSTASE 194
kepedihan apakah yang tak terungkap
dalam dekap
dekap tak dekat
kesedihan apakah yang tak terucap
dalam hasrat
hasrat tak lekat
kebingungan apakah yang tak terpahat
dalam jagat
jagat tak berat
o jika aku trance
trancelah seperti hallaj
jika aku ekstase
ekstaselah bagai junaid
jika kumabuk
mabuklah seolah rumi
jika aku mimpi
mimpilah seperti qais
jika aku menggapai
gapailah seperti sisipuss
siapakah sesungguhnya
hendak kurindu?
kutuju kamu
kamu tak di situ
kumaksud engkau
engkau telah kelu
tinggal cangkangmu
ngelabui ruhku
kekasih selalu bersandiwara denganku
sungguh aku tak paham sandiwaramu
kekasihku!
Ciputat, 25-10-2005
EKSTASE 195
ia letakkan lentera itu
di tengah jiwa
dari pagi saat matahari siuman
jiwa itu pun ekstase
trance yang mendengungkan
nyanyian penari abadi
mabuk yang menarikan
epos perpisahan yang memilukan
tragedi perceraian sepasang kekasih
meninggalkan jejak kesedihan
yang terukir pada ornamen-ornamen percintaan
ia ambil lentera itu
dari tengah jiwa
saat matahari tenggelam
ketika pelepah kurma merapuh
jatuh ke lautan cahaya.
Ciputat, 26-10-2005
EKSTASE 196
gemetar pagi itu
ditinggal malam yang ekstase
trance penduduk langit yang bersujud
dalam genggaman ruh abadi
langit tanpa penyekat
pandangan lepas sampai ke ‘arsy
semua yang jaga
sama berdoa, berzikir
bersujud
diiringi melodi yang merenangi
seluruh lapisan langit
dan gugusan bimasakti
sama seperti ruhku yang gemetar
dalam perjumpaan abadi
tak terperi
Ciputat, 27-10-2005
EKSTASE 197
rapuh!
segenggam jiwa tiba-tiba runtuh
tubuh segar itu rubuh
kemana cahaya menegakkan tulang-tulangnya
jadi kehidupan utuh
mana euh yang menjalankan darah
ngalir dalam tubuh
apakah telah ekstase
dengan cahaya
apakah telah kembali
dipeluk dalam pangkuannya
sunyi!
hari-hari telah berhenti
daun-daun gugur
berserakan di lantai abadi
jadi serenade kehidupan
penuh keheningan
dalam dekap kekasih
tapi orang-orang melepas pilu
rindu hari-hari lalu.
Jakarta, 27-10-2005
EKSTASE 198
dalam rindumu yan g kutuju
deru pengembaraan yang pilu
denting cahaya di atas cakrawala
seperti gelas-gelas beradu
dalam sunyi
seperti gesekan-esekan ether
di alam semesta
ekstase menyebut namamu
ilahi!
ilahi!
aku datang kini
membawa noda dan ilusi
kehinaan diri
jadi saksi abadi
dalam rindumu yang kutuju
aku ingin kau peluk selalu
dalam cahaya
luruhkan diri rapuh in
dalam cahayamu.
Jakarta, 27-10-2005
EKSTASE 199
ilahi
aku datang berselempang pelangi
sambutlah aku
dengan rindumu suci
seperti qais berselendang rindu
nunggu layla di setiap waktu
ilahi
sambutlah aku dengan cintamu
peluklah aku di dekapmu
seperti romeo dan julie
saling bersedekap dalam rindu
saling berpeluk dalam cinta
seperti itukah akhirnya
cinta kita?
aku tak tahu!
Kebon Kelapa, Jakarta, 27-10-2005
Riwayat Penyair.
Juftazani, lahir di Pekanbaru, 11 November 1960. Menulis sejak duduk di bangku PGAA Negeri Pekanbaru 1977, lalu diteruskan di Yogyakarta ketika ia kuliah di Fak.Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1981-1988. Menulis di berbagai media massa Pusat dan Daerah. Berupa esei, puisi dan sedikit cerpen. Kakek nenek dari pihak ayahandanya penganut Thareqat Naqsyabandiyah. Kakek–nenek dari ibunya penganut Tharekat Syattariyah. Kakeknya dari pihak Ibu, setelah menamatkan sekolahnya di India, tahun 1936, pulang kembali ke Padang Panjang, untuk kemudian menetap di Singkil Aceh Selatan, dan mengamalkan Tharekat Syattariyyah di daerah itu.. Ibunya di Pekanbaru mengikuti Thareqat yang dianut ayahnya, yaitu Thareqat Naqsyabandiyah. Di Pekanbaru, orangtuanya berguru kepada Syekh Pulau Gadang yang bermukim di daerah Pulau gadang, Kabupaten Kampar. Namun perjalanan hidup penyair ini. tidak membawanya melanjutkan tradisi kedua orangtuanya dalam tarekat yang sama (Naqsyabandiyah) , Ia memasuki Thareqat Idrisiyah was-Sanusiyah di Tasikmalaya dan diteruskan di Jakarta sampai sekarang dan insya Allah sampai akhir hayatnya.Amin. Selain berpredikat sebagai penyair, ia juga menjadi guru. Juga menjadi mentor sastra di Lingkar Sastra Nukleus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (awal 2005).
Dedikasikan
Penerbitan antologi puisi ini dipersembahkan pertama kepada kepada guru Mursyidku, Syekhul Akbar Muhammad Dahlan dan Syekhul Akbar Muhammad Daud Dahlan dan juga sykeh Akbar Abdul Fatah. Juga kepada kedua orangtuaku (Arif Bin Montan) dan ibuku (Nurminsam Binti Barik). , Kepada istriku, Julaeha binti Ali Suhaebi. Dan kepada empat anakku, Zahra Mostafavi, Khadijah Zakia, Siti Khairani dan Rabi’ah Al-Adawiyah. Dan abangku serta adik-adikku dan saudara-saudaraku yang lain. Juga kepada sdeluruh anggota Nukleus, Syakirin, Apoet, Ruhiyat, Azizah, Taufik (Siro), Aang, Widodo, Dede dan Gembel. Juga kepada Tion (Ikhwan Nasution) di Gerak Gerik. Juga kepada Bembeng, Parto Lee (Syahid), Hendri Van Boemie Ayoe, Iping, Ipung, Alvaz, Widi, Saiful, Feishol dll dari (teater Altar). Tak lupa kepada ustadz Syukron Makmun (Inovasi) dan teman-teman lain yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Alamat Emailnya: juftazani@yahoo.com
Juftazani
37 syair “jatuh padamu” dari album Brownies-grup GIGI 2005. syair dan lagu: Arman Maulana.
38 .Sebuah alat musik tiup dari India mirip seruling.
39 . Pemimpin spiritual atau guru mursyid yang membimbing murid-muridnya melaksanakan ritual
dzikr.
40 . Dengan dzikr. Dengan ruh pembimbing sebagi coach (pelatih) untuk mendekat kepada Tuhan. Di Persia, guru itu dinamakan Pir.
38 ibid.
42 Musik menurut Hazrat Inayat Khan, adalah menyanyi, memainkan dan menari.
43 . Dialog Mephistophile dengan Dr Faust. Dalam “Faust” karya monmumental Johann Wolfgang
von Gothe hal, 115- cetakan Kalam, jakarta 1999. Terjemahan Agam Wispi..
46 .ibid.
47 penari klasik tradisional dari desa Sindang laut, Cirebon.
48 puncak bukit thursina.
50 Bigbang (Ledakan besar) yang mengawali penciptaan alam semesta.
52 . Bapak rasionalisme moderen .
53 . air adalah gambaran keilahian yang sejuk dan segar serta suci.
54 . senirupawan Belanda yang tersohor di dunia internasional.
55 . filsafat hakiki yang bermuatan akal immanensi dan transendensi.
56. Steuco diyakini kalangan Barat sebagai penemu filsafat perennialisme (vera philosophiae) yang meyakini bahwa tujuan filsafat adalah menyatakan tentang Tuhan.karena itu, filsafat ini bertujuan menyatukan alam semesta dan manusia dengan jalan Tuhan. Tapi Descartes telah mewncabutbnya dan membelokkan tujuan filsafat yang sebenarnya ke arah kejayaan manusia.
57. Seorang budayawan dunia dari Inggeris. Banyak tojkoh lain yang menjeritkan hal yang sama, seperti W.B.Yeats, penyair Inggeris, Maria Rainier Rilke, penyair Jerman, T>S.Eliot, juga penbyair Inggeris, Sayyed Hossn Nasr, Ilmuan Persia dan Toynbee, sejarawan Inggeris, diantaranya.
58 . Descartes adalah representasi dari adam, untuk memerikan kejatuhan manusia dari dunia ke neraka.
Sedang adam representasi kejatuhan manusia dari surga ke dunia.
60 Daalam literatur Kristen Barat, komitmen ini dinamai dengan “The Ten Commandement”(sepuluh perintah/perjanjian Tuhan). Sepuluh perjanjian tuhan itu dirinci sbb:
1. jangan mempersekutukan tuhan 2.jangan durhaka kepada kedua orangtua 3.jangan berdusta. 4. jangan mengingkari janji. 5. jangan membunuh. 6. jangan berjudi. 7. jangan berzina. 8. jangan mabuk (mengisap candu), 9. jangan khianat.10. jangan minum khamar.
60 Daalam literatur Kristen Barat, komitmen ini dinamai dengan “The Ten Commandement”(sepuluh perintah/perjanjian Tuhan). Sepuluh perjanjian tuhan itu dirinci sbb:
1. jangan mempersekutukan tuhan 2.jangan durhaka kepada kedua orangtua 3.jangan berdusta. 4. jangan mengingkari janji. 5. jangan membunuh. 6. jangan berjudi. 7. jangan berzina. 8. jangan mabuk (mengisap candu), 9. jangan khianat.10. jangan minum khamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar