Kamis, 18 September 2008

musim 2

MUSIM 2

MUSIM GEMERETAK TANAH

taring kemarau mengerkah

menggigit tubuh tanah yang makin dihisap matahari

rumput-rumput yang enggan tersenyum kini

dan burung-burung melayang murung di langit

dinihari tanah-tanah gemeretak

sementara kodok, kerbau dan nyamuk

merayap terbang ke angkasa berdebu

tubuh-tubuh kurus kurang makan

dan kubangan iu kini tinggal cekungan tanah kering

yang dalam.

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM MENUNGGU

di batang-batang senja

musim menunggu hujan reda

seperti kegelapan yang ingin berakhir

menunggu cahaya

lalu azan tiba-tiba memburu

melilit waktu dengan cahayamu

kaki-kaki berselempang cahaya

mendaki ke puncak-puncak

menampung sinar –

dari 'arasymu

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM DUKA

orang-orang bersedih

kehilangan anggota jiwa mereka

ini musim duka

warna kuning berkibar di sudut-sudut kota

hari pencahayaan bagi manusia

segelintir orang-orang bersedih

karena kehilangan kau

karena cahaya lenyap di dada

tapi mereka tak mampu menangis

akhirnya mereka berduka

mengharap kau datang – melayang di malam

sunyi membayang

bagi sebagian orang – betapa berat

kehilangan kekasih

dibanding kehilangan anggota jiwa

karena jiwa kembali kepadamu kasih

ini musim berganti

antara datang dan pergi

datanglah kembali kekasih

aku rindu

akhirnya aku sangat berduka

karena kau tak kunjung datang juga

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM TEMPIAS

bila musim tempias

di permukaan zaman

kita berangkat ke tanah suci

berpesta besamamu kasih

o betapa indahnya tanah air ibrahim

yang dilewati ratusan ribu tahun

kuikuti jejak-jejak para nabi

yang berlari mengikuti cahayamu

lalu ayat-ayat itu diterima dengan ruh gemetar

seperti penyair yang gemetar menerima ilham dari tuhannya

tapi nabi bukan penyair - terlalu hina derajat itu bagi kekasihmu

karena nabi selalu menjunjung cahayamu

mondar-mandir antara bait al-maqdis dan makkah

penyair senantiasa menjunjung apimu

yang bergejolak di lembah-lembah.

bila musim kian ranggas

tahajudmu yang istiqamah

kukuhkan!

kita bernyanyi di malam sunyi

kembali lagi bersimpuh

di hadapan kekasih!

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM LAUT MENGGEMURUH

kubakar lautan itu

dengan tumpahan airmataku

malam tengah menggelombang lautan ether

dan kabut hitam dan padatan putih

menggumpal antara planet dan bintang-bintang

mencakar iblis dengan sinarnya

di antara dua pelabuhan yang berjarak sangat jauh

ada gelombang sinyal

mengantarkan cinta kasihmu kepada hamba-hambamu

lalu jibril mengelus kepalanya

seperti kekasih mengelus-elus ruhnya

dengan lembut

kucakar wajah nafsuku

dengan tumpahan busa zikirku

yang meluap di sloki-sloki abadi

musim ruh menggemuruh melafazkan istighfar kabir

sebagai laut menggemuruhkan kemarahan

kepada dua insan yang terhanyut

bisikan-bisikan!

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM YANG TERSUNGKUR

telah runtuh musim-musim yang berjaya

ini musim kerendahan jiwa

saat ruh-ruh memetamorfosakan dirinya

sebagai hamba

tersungkurlah musim-musim kejayaan

yang tiada satupun tempat bagi tuhan

kecuali kuburan, rumah ibadah atau orang-orang sibuk berdoa

selebihnya adalah dunia

yang membangga-banggakan kehebatan dirinya, otaknya,

hasil kerja dan kelelebihan-kelebihan nafsunya

musim-musim yang tersungkur

ketika kejayaan terpapas di bawah reruntuhan peradaban

dan tuhan bekerja sama dengan para hambanya

menyusun waktu

musim-musim yang terlanjur fana

dijelmakan dengan keabadian cinta

merapatkan ruh-ruh

ke kapal-kapal yang berlayar

berlabuh di cahaya 'arasymu

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM LAMBAIKAN TANGAN

turut perintahnya

adalah turut melambaikan tangan

menjawab kasih-cintanya

yang tak terhitung jumlah taburannya

kau selalu melambaikan tangan kasihmu

kepada hamba dan makhlukmu

tapi sedikit yang melambaikan kembali

menjawab lambaian indahmu

kapan musim lambaian tangan

memenuhi alam semesta

esok atau lusa

hari ini juga banyak yang melambaikan tangannya

kepadamu kasih

hanya wali yang tahu siapa wali

hanya gelap yang mengerti

betapa gelap lorong-lorong

dalam nadi-nadi ruhmu

Ramadhan 1429 H/7 september 2008

TENGADAH PADA MUSIM

mereka yang tengadah pada bekas cahaya

yang berpendar ribuan tahun lalu

masih berkutat di situ

lihatlah segelintir hamba yang sibuk

bergelantung pada cahayanya

meninggalkan ribuan tahun dan mereka telah tiada di sini

tapi tubuhnya masih mewujud di bumi

ada orang-orang yang tengadah pada musim

lalu berkoar tentang pencapaian terakhir

: inilah musim gugur, daun-daun bertabur

ada orang-orang yang tak pernah mengklaim betapa jauh pencapaian

mereka ada di pusat cahaya

membiarkan orang-orang membusungkan dada

ruh-ruh yang tak pernah bermetamorfosa

adalah raja realitas fisika!

8 Ramadhan 1429 H/ 8 september 2008

KEMBARAKU - MUSIMKU

kembaraku adalah musimku

lemahku adalah ruhku

hinaku adalah jasadku

zikirku adalah tugasku

musimku kembaraku

tiada yang mengembara kecuali mengikuti musim

jika musim kembara telah sirna

kita berada di padang savana

ketika kekasih bertahta sebagai raja

rabiah al-adawiyah datang mempersembahkan cintanya

surga atau neraka

rabiah tak pernah peduli akan nikmat atau siksanya

yang dia tuju hanya berjumpa dengan kekasihnya

8 Ramadhan 1429 H/ 8 september 2008

MUSIM YANG MENGEMBARA

kaulah musim yang mengembara di semua zaman

menjatuhkan jutaan ruh

dan memanggilnya kembali

dari peraduannya yang materi dan tertipu di bumi

musim-musim yang berkata kepada setiap manusia :

"dia ada dan memastikan kehidupan

semua ciptaannya

dia mengawasi segala gerak-gerik mereka

seperti kucing

mengawasi tikus tangkapannya"

dia mengembara ke segala waktu dan penjuru

dia adalah musim yang terjaga!

9 Ramadhan 1429H / September 2008

.

MUSIM 2

MUSIM GEMERETAK TANAH

taring kemarau mengerkah

menggigit tubuh tanah yang makin dihisap matahari

rumput-rumput yang enggan tersenyum kini

dan burung-burung melayang murung di langit

dinihari tanah-tanah gemeretak

sementara kodok, kerbau dan nyamuk

merayap terbang ke angkasa berdebu

tubuh-tubuh kurus kurang makan

dan kubangan iu kini tinggal cekungan tanah kering

yang dalam.

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM MENUNGGU

di batang-batang senja

musim menunggu hujan reda

seperti kegelapan yang ingin berakhir

menunggu cahaya

lalu azan tiba-tiba memburu

melilit waktu dengan cahayamu

kaki-kaki berselempang cahaya

mendaki ke puncak-puncak

menampung sinar –

dari 'arasymu

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM DUKA

orang-orang bersedih

kehilangan anggota jiwa mereka

ini musim duka

warna kuning berkibar di sudut-sudut kota

hari pencahayaan bagi manusia

segelintir orang-orang bersedih

karena kehilangan kau

karena cahaya lenyap di dada

tapi mereka tak mampu menangis

akhirnya mereka berduka

mengharap kau datang – melayang di malam

sunyi membayang

bagi sebagian orang – betapa berat

kehilangan kekasih

dibanding kehilangan anggota jiwa

karena jiwa kembali kepadamu kasih

ini musim berganti

antara datang dan pergi

datanglah kembali kekasih

aku rindu

akhirnya aku sangat berduka

karena kau tak kunjung datang juga

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM TEMPIAS

bila musim tempias

di permukaan zaman

kita berangkat ke tanah suci

berpesta besamamu kasih

o betapa indahnya tanah air ibrahim

yang dilewati ratusan ribu tahun

kuikuti jejak-jejak para nabi

yang berlari mengikuti cahayamu

lalu ayat-ayat itu diterima dengan ruh gemetar

seperti penyair yang gemetar menerima ilham dari tuhannya

tapi nabi bukan penyair - terlalu hina derajat itu bagi kekasihmu

karena nabi selalu menjunjung cahayamu

mondar-mandir antara bait al-maqdis dan makkah

penyair senantiasa menjunjung apimu

yang bergejolak di lembah-lembah.

bila musim kian ranggas

tahajudmu yang istiqamah

kukuhkan!

kita bernyanyi di malam sunyi

kembali lagi bersimpuh

di hadapan kekasih!

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM LAUT MENGGEMURUH

kubakar lautan itu

dengan tumpahan airmataku

malam tengah menggelombang lautan ether

dan kabut hitam dan padatan putih

menggumpal antara planet dan bintang-bintang

mencakar iblis dengan sinarnya

di antara dua pelabuhan yang berjarak sangat jauh

ada gelombang sinyal

mengantarkan cinta kasihmu kepada hamba-hambamu

lalu jibril mengelus kepalanya

seperti kekasih mengelus-elus ruhnya

dengan lembut

kucakar wajah nafsuku

dengan tumpahan busa zikirku

yang meluap di sloki-sloki abadi

musim ruh menggemuruh melafazkan istighfar kabir

sebagai laut menggemuruhkan kemarahan

kepada dua insan yang terhanyut

bisikan-bisikan!

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM YANG TERSUNGKUR

telah runtuh musim-musim yang berjaya

ini musim kerendahan jiwa

saat ruh-ruh memetamorfosakan dirinya

sebagai hamba

tersungkurlah musim-musim kejayaan

yang tiada satupun tempat bagi tuhan

kecuali kuburan, rumah ibadah atau orang-orang sibuk berdoa

selebihnya adalah dunia

yang membangga-banggakan kehebatan dirinya, otaknya,

hasil kerja dan kelelebihan-kelebihan nafsunya

musim-musim yang tersungkur

ketika kejayaan terpapas di bawah reruntuhan peradaban

dan tuhan bekerja sama dengan para hambanya

menyusun waktu

musim-musim yang terlanjur fana

dijelmakan dengan keabadian cinta

merapatkan ruh-ruh

ke kapal-kapal yang berlayar

berlabuh di cahaya 'arasymu

7 Ramadhan 1429 H/7 september 2008

MUSIM LAMBAIKAN TANGAN

turut perintahnya

adalah turut melambaikan tangan

menjawab kasih-cintanya

yang tak terhitung jumlah taburannya

kau selalu melambaikan tangan kasihmu

kepada hamba dan makhlukmu

tapi sedikit yang melambaikan kembali

menjawab lambaian indahmu

kapan musim lambaian tangan

memenuhi alam semesta

esok atau lusa

hari ini juga banyak yang melambaikan tangannya

kepadamu kasih

hanya wali yang tahu siapa wali

hanya gelap yang mengerti

betapa gelap lorong-lorong

dalam nadi-nadi ruhmu

Ramadhan 1429 H/7 september 2008

TENGADAH PADA MUSIM

mereka yang tengadah pada bekas cahaya

yang berpendar ribuan tahun lalu

masih berkutat di situ

lihatlah segelintir hamba yang sibuk

bergelantung pada cahayanya

meninggalkan ribuan tahun dan mereka telah tiada di sini

tapi tubuhnya masih mewujud di bumi

ada orang-orang yang tengadah pada musim

lalu berkoar tentang pencapaian terakhir

: inilah musim gugur, daun-daun bertabur

ada orang-orang yang tak pernah mengklaim betapa jauh pencapaian

mereka ada di pusat cahaya

membiarkan orang-orang membusungkan dada

ruh-ruh yang tak pernah bermetamorfosa

adalah raja realitas fisika!

8 Ramadhan 1429 H/ 8 september 2008

KEMBARAKU - MUSIMKU

kembaraku adalah musimku

lemahku adalah ruhku

hinaku adalah jasadku

zikirku adalah tugasku

musimku kembaraku

tiada yang mengembara kecuali mengikuti musim

jika musim kembara telah sirna

kita berada di padang savana

ketika kekasih bertahta sebagai raja

rabiah al-adawiyah datang mempersembahkan cintanya

surga atau neraka

rabiah tak pernah peduli akan nikmat atau siksanya

yang dia tuju hanya berjumpa dengan kekasihnya

8 Ramadhan 1429 H/ 8 september 2008

MUSIM YANG MENGEMBARA

kaulah musim yang mengembara di semua zaman

menjatuhkan jutaan ruh

dan memanggilnya kembali

dari peraduannya yang materi dan tertipu di bumi

musim-musim yang berkata kepada setiap manusia :

"dia ada dan memastikan kehidupan

semua ciptaannya

dia mengawasi segala gerak-gerik mereka

seperti kucing

mengawasi tikus tangkapannya"

dia mengembara ke segala waktu dan penjuru

dia adalah musim yang terjaga!

9 Ramadhan 1429H / September 2008

.

Tidak ada komentar: