Kamis, 18 September 2008

musim 0

MUSIM 0

MUSIM

kuingin musim telah lama berganti

tapi musim ini

telah merobek-robek cakrawala

dan menghempas segala yang tertera

mengapung di permukaan waktu

kukira jalan-jalan masih terbentang

setelah prahara dan bencana datang

bumi terkelupas

orang-orang melangkah di permukaan lumpur

dan waktu berseru:

kembalilah ke haribaan ruhmu!

Ciputat, 14 Mei 2008

MUSIM YANG RANGGAS

kembara musim tak menentu

ditelan waktu menderu

prahara datang

bencana meruang

o, airmata musim menetesi pelipis kurus

menonjolkan kemarau panjang

yang terpapas di kolong-kolong jembatan

musim yang tertunduk

meniti jalan pancaroba

seperti lapar menimpa anak-anak berpipi lonjong

perutnya menggelembung seperti balon raksasa

musim telah menyengsarakan anak-anak manusia

menelantarkannya di telaga waktu

yang dipenuhi lumpur, sampah dan tumpahan minyak mentah

burung-burung menyanyikan musim yang ranggas!

6 Ramadhan 1429H/6 September 2008

MUSIM BERGETAR

ketika tongkat mengetuk-ketuk tanah sawah

musim bergetar

langit ditampar petir yang gila sasar

ruhmu kering kerontang adalah musim

panjang yang kehilangan arah

kemanakah musim berpulang?

seperti ruhmu yang mengerti kecuali kembali tiada

dan musnah

o, rupanya setiap hari musim meratapi nasibnya

karena kau tak memiliki kompas untuk menunjuk arah

ruhmu menangisi nasibnya yang tak menentu

jika kembali kepadaMu suatu waktu

6 Ramadhan 1429/6 september 2008

MUSIM BADAI

biarlah musim melahirkan badai

anak-anak tercerai-berai

menuai bencana

tanah-tanah yang tersenyum

seperti melempar lembing

ke tubuhmu

siapakah yang menganyam prahara

melahirkan luka demi luka

dalam dada?

Ciputat, 14 Mei 2008

MUSIM MELENTING

denting air melangkah

seperti musim melenting jauh ke savana

burung-burung bermigrasi menyeberangi samudera

disambut alam yang tak pernah ceria

mengapa selalu bermuram durja

apakah karena salju terus menangis

melelehkan airmata

merendam pulau, melenyapkan peta bumi terbaca

kecipak air laut menerpa khayalku

yang menari-nari melangkahi hutan-hutan bakau

bakal tumbuh pohon-pohon reklamasi

yang pasti membusukkan tanah-tanah pulau

seratus tahun lagi

jika pulau-pulau terhempas mencebur ke laut

otak-otak angkuh

kembali menumbuhkan hutan-hutan bakau

karena air laut enggan menusuk rusuk pulau

jika akar-akar hutan bakau setia berdiri

memagari pantai

Ciputat, 23 Mei 2008

PUISI PERJALANAN (Musim Keruntuhan dan Kebangunan)

melewati musim-musim yang bangun

dan runtuh

aku genggam kata-kata

yang jatuh dari arasymu

prahara telah berlalu

begitu cintamu

telusuri lorong-lorong langit

tangan lemahku menggapai

tanganmu yang tak tersentuh

aku kembarai kotamu yang sunyi o kekasih

bintang-bintang yang jatuh redup di telaga

seribu bencana telah terekam dalam diam

kutulis sejuta puisi yang menggemuruh

tanganmu terus kugapai

namun ruhku gemetar tak sampai

menjelajahi peradaban-peradaban yang bangun

dan jatuh

aku diam dalam kata-kata

sejarah katedral tua atau mesjid raya

menyimpan kesaksian sunyi

perjalanan ini masih saja berlanjut

aku sujud pada sajadah cahayamu

yang tak mampu kurengkuh

walau pun dengan seluruh jiwa ragaku

ruhku tersungkur di altar abadimu!

.

Ciputat,13 mei 2008

KEMARAU YANG MENGGEMERETAK

engkaukah yang datang merayap

menangkup tengkuk bumi dengan ganasnya

datang seperti langkah harimau tak menimbulkan suara

tiba-tiba mencakar tengkukku dan taringmu

mencengkeram begitu kuatnya

tanah-tanah basah

perlahan retak dan berbongkah seperti pulau-pulau kecil berserakan

o kemarau! kemarau!

mengapa kau pergi meninggalkan cekungan kekeringan yang panas

pada siang itu kemarau menggemeretak

seperti taring harimau mengerkah

mematahkan tulang yang paling keras

dan sulit dipatahkan

setelah semua porak-poranda

ia berlalu begitu saja

kemarau

jangan kau hampiri aku lagi.

Ciputat. 15 Mei 2008

MUSIM SENDU

kemanakah berlabuh musim sendu

ketika partai-partai sibuk membabat hutan

rakyat miskin jadi pohon-pohon ranggas

atau tentara yang terluka ditusuk bayonet

prajurit-prajurit yang terkapar di belantara musim gugur

kini berbaris di tanah-tanah lapang

makam para tentara terbujur

musim itu belum juga berlalu

6 Ramadhan 1429/6 september 2008

KE ARAH MUSIM

kita pulang ke arah musim

yang tergerus lumpur waktu

kau terbit di timur jiwaku

mendobrak musim yang ranggas

cuaca panas dan daun-daun lepas

seperti bagian-bagian ruh kita

yang kian menguning

tangkai waktu yang terabaikan

lalu mengelupas dari pohon

dan jatuh ke padang sabana

seperti juga ruh kita

gemeretak langit yang makin terpendam

ke dasar jiwa.

6 Ramadhan 1429/6 september 2008

MUSIM BERGANTI

puisi, waktu dan penyairku

tunggu apa lagi

sementara musim terus berganti

mengapa termangu di sini

ketika burung-burung terbang tinggi

dan menukik mencium permukaan laut

padahal ikan yang terbang

menerima nasib musim yang terlepas

dari genggaman

dan ketika belibis habis terbaring di matras air lautan

yang bergejolak tak henti

6 Ramadhan 1429/6 september 2008

Tidak ada komentar: